31
2. Tugas perkembangan remaja
Menurut Havighurst, tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan
menimbulkan rasa bahagia dan membawa ke arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya Hurlock, 1999. Adapun tugas
perkembangan pada masa remaja meliputi: a.
Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.
b. Mencapai peran sosial pria, dan wanita.
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.
d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggungjawab.
e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa
lainnya. f.
Mempersiapkan karir ekonomi. g.
Mempersiapkan perkawinan dan keluarga. h.
Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku-mengembangkan ideologi.
Menurut Hurlock 1999, salah satu tugas perkembangan penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan kelompok darinya dan
kemudian membentuk perilaku agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu
anak-anak. Remaja diharapkan mengganti konsep-konsep moral yang berlaku khusus di masa kanak-kanak dengan prinsip moral yang berlaku umum dan
Universitas Sumatera Utara
32 merumuskannya ke dalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman bagi
perilakunya. Remaja harus bisa mengendalikan perilakunya sendiri. Bagi kebanyakan remaja, tugas-tugas tersebut merupakan tugas yang sulit. Dalam
kenyataannya, ada yang berhasil menjalaninya dan ada juga yang tidak berhasil. Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar dalam sikap
dan pola perilaku anak Setiap tugas perkembangan memegang peranan penting untuk menentukan arah perkembangan yang normal.
3. Ciri-ciri masa remaja
Menurut Siegler masa remaja merupakan masa mempertanyakan dan memeriksa kembali sistem keyakinan, dimana perasaan dan kepercayaan religius
dievaluasi kembali. Selain itu, remaja menemukan kemampuan kognitif yang baru, yang membuat mereka memformulasikan prinsip-prinsip dan pandangan
personal mengenai benar dan salah. Mereka merealisasikan kemungkinan yang satu dengan yang lain. Mereka mulai berpikir bagaimana dunia dapat berubah dan
mempertanyakan makna keadilan dan moralitas Kaplan, 2000. Menurut Monks 2002, ada tiga tahap proses perkembangan yang dilalui
remaja dalam proses menuju kedewasaan. Masing-masing tahap memiliki karakteristik, antara lain:
a. Remaja awal 12-15 tahun
Pada tahap ini, remaja mulai beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-
perubahan tersebut. Individu berusaha untuk menghindari ketidaksetujuan sosial atau penolakan dan mulai membentuk kode moral sendiri tentang benar
Universitas Sumatera Utara
33 dan salah. Individu menilai baik terhadap apa yang disetujui orang lain dan
buruk apa yang ditolak orang lain. Pada tahap ini, sifat kritis terhadap ajaran agama mulai timbul, karena ide dan dasar keyakinan beragama yang diterima
saat masih kanak-kanak sudah tidak begitu menarik bagi mereka. b.
Remaja madya 15-18 tahun Pada tahap ini, remaja berada dalam kondisi kebingungan dan terhalang dari
pembentukan kode moral karena ketidakkonsistenan dalam konsep benar dan salah yang ditemukannya dalam kehidupan sehari-hari. Keraguan semacam ini
juga jelas dalam sikap terhadap masalah mencontek, pada waktu remaja duduk di sekolah menengah atas. Karena hal ini sudah agak umum, remaja
menganggap bahwa teman-teman akan memaafkan perilaku ini, dan membenarkan perbuatan mencontek bila selalu ditekan untuk mencapai nilai
yang baik agar dapat diterima di sekolah tinggi dan yang akan menunjang keberhasilan dalam kehidupan sosial dan ekonomi di masa-masa mendatang.
Corak keagamaan pada tahap ini ditandai dengan adanya pertimbangan sosial. Dalam kehidupan keagamaan mereka timbul konflik antara pertimbangan
moral dan material. Pada tahap ini, mulai tumbuh semacam kesadaran akan kewajiban untuk mempertahankan aturan-aturan yang ada, namun belum dapat
mempertanggungjawabkannya secara pribadi. c.
Remaja akhir 18-21 tahun Pada tahap ini, individu dapat melihat sistem sosial secara keseluruhan.
Individu mau diatur secara ketat oleh hukum-hukum umum yang lebih tinggi. Alasan mematuhi peraturan bukan merupakan ketakutan terhadap hukuman
Universitas Sumatera Utara
34 atau kebutuhan individu, melainkan kepercayaan bahwa hukum dan aturan
harus dipatuhi untuk mempertahankan tatanan dan fungsi sosial. Remaja sudah mulai memilih prinsip moral untuk hidup. Individu melakukan tingkah
laku moral yang dikemudikan oleh tanggung jawab batin sendiri. Pada tahap ini, remaja mulai menyadari bahwa keyakinan religius penting bagi mereka.
Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa usia remaja terbagi atas tiga tahap, yaitu remaja awal, madya,
dan akhir dimana masing-masing tahap memiliki karakteristik tersendiri.
D. PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP PENALARAN MORAL REMAJA YANG BERAGAMA ISLAM