Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner

45 i. Frekuensi individu melakukan regulasi emosi Strategies Merupakan seberapa sering individu melakukan regulasi emosi dengan berbagai cara yang berbeda untuk mencapai suatu tujuan Gross, 1999. j. Kemampuan individu dalam melakukan regulasi emosi Capabilities Jika trait kepribadian yang dimiliki seseorang mengacu pada apa yang dapat individu lakukan dalam meregulasi emosinya Gross, 1999.

D. Jantung Koroner 1. Definisi Penyakit Jantung Koroner

Penyakit akibat dari penyempitan dan penyumbatan arteri koroner yang berfungsi untuk menyuplai jantung dengan darah yang penuh dengan oksigen. Peredaran darah menjadi tersumbat dengan adanya plak. Kondisi ini disebut atherosclerosis Sarafino, 2006. Penyakit jantung koroner adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung. Soeharto,2000.

2. Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner

Terdapat beberapa faktor risiko penyakit jantung yaitu faktor risiko alami dan faktor risiko gabungan Soeharto, 2000. A. Faktor risiko yang alami terdiri dari: Universitas Sumatera Utara 46 1. Keturunan. Hasil studi para pakar ilmu kesehatan menunjukkan bahwa berbagai penyakit mempunyai hubungan dengan keturunan. Dalam suatu keluarga, ketahanan atau kerentanan seorang anggota keluarga terhadap penyakit kelihatannya ada keterkaitannya. Keturunan mengambil peranan penting dalam menentukan risiko alamiah dari PJK. Penelitian menunjukkan bahwa keluarga yang mempunyai anggota menderita PJK dibawah umur 55 tahun menunjukkan bahwa ada anggota lain dari keluarga tersebut mempunyai penyakit jantung yang bersifat prematur Soeharto, 2000. 2. Jenis Kelamin. Penyakit jantung bukan monopoli orang laki-laki. Perempuan pun dapat terkena juga. Memang betul lebih banyak laki-laki yang terkena serangan jantung daripada perempuan dan dalam usia yang lebih muda. Penelitian menunjukkan bahwa perempuan sebelum fase menopouse memiliki risiko serangan jantung lebih rendah daripada laki- laki. Hal ini disebabkan oleh hormon estrogen yang bersifat ”melindungi” terhadap penyakit tersebut Soeharto, 2000. Hormon ini mempunyai pengaruh bagaimana tubuh bekerja menghadapi lemak dan kolesterol, sehingga menghasilkan kadar HDL tinggi dan LDL rendah. Karena itu pada pemeriksaan darah umumnya perempuan memiliki kadar HDL lebih tinggi daripada laki-laki. Karena itulah, risiko PJK pada perempuan lebih rendah daripada laki-laki Soeharto, 2000. 3. Umur. Jelas sekali umur merupakan faktor yang amat berpengaruh terhadap terjadinya pengendapan aterosklerosis pada arteri koroner. Saluran arteri koroner ini dapat Universitas Sumatera Utara 47 dibandingkan dengan saluran pipa leding, yaitu makin tua umurnya makin besar kemungkinan timbul ”kerak” di dindingnya, yang menyebabkan terganggunya aliran air di dalam pipa Soeharto, 2000. 4. Riwayat Kesehatan Pribadi. Faktor-faktor tertentu dari riwayat kesehatan pribadi dapat mempengaruhi risiko terkena PJK. Misalnya, pada mereka yang pernah terkena serangan jantung, kemungkinan terkena lagi lebih besar dibandingkan dengan mereka yang belum mengalaminya Soeharto, 2000. B. Faktor risiko gabungan terdiri dari : 1. Riwayat keluarga Hasil studi para pakar ilmu kesehatan menunjukkan bahwa berbagai penyakit mempunyai hubungan dengan keturunan. Dalam suatu keluarga, ketahanan atau kerentanan seorang anggota keluarga terhadap penyakit kelihatannya ada keterkaitannya. Keturunan mengambil peranan penting dalam menentukan risiko alamiah dari PJK. Penelitian menunjukkan bahwa keluarga yang mempunyai anggota menderita PJK dibawah umur 55 tahun menunjukkan bahwa ada anggota lain dari keluarga tersebut mempunyai penyakit jantung yang bersifat prematur Soeharto, 2000. Jika orang tua meninggal karena serangan jantung atau stroke, maka risiko akan semakin tinggi. Hal ini berkaitan erat dengan faktor genetik. Eksperimen menunjukkan sekitar 5 sampai 10 persen bayi yang baru lahir mempunyai kadar kolesterol yang lebih tinggi dari biasa. Banyak diantaranya tidak berbahaya, dan dalam waktu yang cukup lama, dapat juga kembali normal. Tetapi ada beberapa orang yang mempunyai apa yang disebut turunan dari keluarga hypercholesterolaimea, artinya orang tersebut mewarisi Universitas Sumatera Utara 48 kecenderungan darah berkadar kolesterol yang tinggi. Nasib orang seperti ini memang kurang menguntungkan, karena mempunyai faktor-faktor risiko yang tinggi untuk mendapat penyakit jantung pada usia muda Knight, 1996. 2. Olahraga Olahraga menyebabkan sel-sel otot dan organ hati menjadi lebih peka sensitif terhadap insulin. Sebagai hasilnya organ diatas dapat menggunakan atau menyimpan glukose lebih efektif, sehingga dapat membantu menurunkan kadar glukose. Keadaan ini dapat berlangsung untuk beberapa jam setelah melakukan olahraga. Namun demikian, perlu diingat bahwa meningkatnya kepekaan insulin akan hilang setelah beberapa hari melakukan olahraga. Manfaat latihan diatas akan hilang bila berhenti 3-4 hari. Keadaan ini menekankan bagaimana pentingnya melakukan olahraga secara teratur dan berkesinambungan Soeharto,2000. 3. Umur Jelas sekali umur merupakan faktor yang amat berpengaruh terhadap terjadinya pengendapan aterosklerosis pada arteri koroner. Saluran arteri koroner ini dapat dibandingkan dengan saluran pipa leding, yaitu makin tua umurnya makin besar kemungkinan timbul ”kerak” di dindingnya, yang menyebabkan terganggunya aliran air di dalam pipa Soeharto, 2000. 4. Merokok Keadaan jantung dan paru-paru mereka yang merokok tidak akan dapat bekerja secara efisien. Mereka mempunyai risiko yang tinggi terhadap PJK, stroke, bronkhitis yang kronis, bahkan kanker Soeharto, 2000. Universitas Sumatera Utara 49 Dalam beberapa dekade belakangan ini semakin banyak bukti yang menyatakan bahwa mengisap rokok adalah salah satu penyebab utama seseorang menderita penyakit kardiovaskular Knight, 1996. 5. Tekanan Darah Tinggi Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan salah satu faktor risiko PJK. Jikalau dibiarkan tanpa perawatan yang tepat, dapat timbul komplikasi yang berbahaya. Penderita sering tidak menyadari selama bertahun-tahun sampai terjadi komplikasi besar seperti stroke, serangan jantung atau kegagalan ginjal Soeharto, 2000. 6. Kegemukan Obesitas atau kegemukan adalah kata yang digunakan untuk menunjukkan adanya penumpukan lemak tubuh yang melebihi batas normal Soeharto, 2000. Hubungan di antara badan yang terlalu gemuk dengan penyakit sudah jelas. Pertambahan berat badan biasanya ditimbulkan oleh karbohidrat dan lemak yang terlalu banyak. Lebih banyak orang yang timbangan badannya terlalu berat menderita penyakit jantung koroner Knight, 1996. 7. Jenis Kelamin Penyakit jantung bukan monopoli orang laki-laki. Perempuan pun dapat terkena juga. Memang betul lebih banyak laki-laki yang terkena serangan jantung daripada perempuan dan dalam usia yang lebih muda. Penelitian menunjukkan bahwa perempuan sebelum fase menopouse memiliki resiko serangan jantung lebih rendah daripada laki- laki. Hal ini disebabkan oleh hormon estrogen yang bersifat ”melindungi” terhadap penyakit tersebut Soeharto, 2000. Universitas Sumatera Utara 50 8. Kadar kolesterol LDL. LDL Low Density Lipopprotein Cholesterol adalah inti dari permasalahan penyakit jantung koroner dan sering dinamakan ”kolesterol jahat”. LDL di dalam darah dapat mengendap di dinding arteri menjadi padat yang terdiri dari campuran kalsium, fibers, dan zat-zat lain yang kesemuanya disebut plak plaque. Terbentuknya plak tersebut menyebabkan penyakit aterosklerosis. Sebetulnya jantung sendiri biasanya sehat, tetapi saluran darah arterinya sering tersumbat oleh plak tersebut. Ini disebut CHD Coronary Hearth Disease. Makin besar kadar LDL didalam darah, resiko PJK semakin tinggi Soeharto, 2000. 9. Stress Stress dianggap merupakan salah satu faktor risiko dari PJK, meskipun belum dapat “diukur” berapa besar pengaruh tersebut memicu timbulnya PJK. Deskripsi yang paling mendekati ialah suatu keadaan mental yang nampak sebagai kegelisahan, kekhawatiran, tensi tinggi, keasyikan yang abnormal dengan suatu dorongan atau sebab dari lingkungan yang tidak menyenangkan. Beberapa studi kepribadian mengungkapkan bahwa kepribadian Tipe A yang ambisius, kemauan keras, mencapai sasaran super dan mereka yang umumnya sulit menjadi puas atau senang ternyata lebih mudah mendapatkan penyakit jantung koroner daripada kepribadian Tipe B, yang dicontohkan sebagai orang-orang yang lebih mudah merasa beruntung, tidak terlalu ambisius, dan mudah puas. Tingkat stress yang tinggi dapat menyebabkan serangan jantung, teristimewa kalau faktor risiko koronber lainnya juga hadir. Soeharto, 2000. Universitas Sumatera Utara 51 10. Diabetes Mellitus. Diabetes menyebabkan faktor risiko terhadap PJK yaitu bila kadar glukosa darah naik, terutama bila berlangsung dalam waktu yang cukup lama karena gula darah glucose tersebut dapat menjadi racun terhadap tubuh, termasuk sistem kardiovaskular. Pasien dengan diabetes cenderung mengalami serangan jantung pada usia yang masih muda Soeharto, 2000. Menurut Sarafino 2006, ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyakit jantung koroner, yaitu: a. Gaya hidup dan biologis Yang dapat menyebabkan penyakit jantung antara lain sejarah keluarga tentang penyakit jantung, tekanan darah tinggi, tingginya level kolesterol LDL dan low HDL, fisik yang lemah, diabetes, obesitas, stress. b. Emosi negatif Berdasarkan hasil penelitian, baik pria atau wanita yang memiliki level yang tinggi pada depresi, dan kecemasan cenderung lebih rentan terkena penyakit jantung. Ada dua alasan yang dapat menjelaskan hal ini, yang pertama saat emosi negatif terjadi, maka gaya hidup sehat berkurang. Alasan kedua jika emosi negatif berdampak pada psikologis yang dapat menyebabkan penyakit jantung, Orang-orang dengan tipe kepribadian A juga lebih cenderung terkena penyakit jantung. Sebab mereka adalah orang-orang yang reaktif, serta memiliki tingkat kemarahan dan permusuhan yang tinggi. Menurut Sarafino 2006 beberapa faktor risiko dari penyakit jantung koroner telah diidentifikasi dan beberapa diantaranya digolongkan menjadi dua faktor yaitu faktor yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat dirubah. Faktor yang tidak dapat diubah Universitas Sumatera Utara 52 seperti status pendidikan, mobilitas sosial, kelas sosial, usia, gender, sejarah keluarga, ras dan lain-lain, dan faktor yang dapat diubah seperti perilaku merokok, obesitas, gaya hidup yang menetap, stress kerja dan tipe perilaku. 3. Gejala-gejala Utama Serangan Jantung Menurut Knight 1996 Ciri-ciri serangan jantung pada umumnya nyata dan jelas. Itu sebabnya perlu mengenal gejala-gejala terjadinya serangan jantung yaitu: 1. Rasa nyeri di dalam dada Inilah tanda yang paling umum, dan dialami setiap kali terjadinya serangan jantung. Ini sama dengan oklusi koroner. Artinya pembuluh nadi koroner tersumbat akibat adanya pembekuan darah atau throumbus. Variasi sakit tersebut terjadi sangat besar, dan terjadi secara tiba-tiba. Terjadi di sembarang waktu siang atau malam. Biasanya terjadi di bagain depan dada, pada tulangdada lalu menyebar keseluruh dada, khususnya di bagian lengan kiri. 2. Shock Shock adalah satu hal yang biasa terjadi pada orang yang mengalami infark dan terjadi pada setiap tahap. Gejala umum dari shock termasuk rasa lemah dan pusing, atau pingsan. Ada juga yang lebih kentara dan parah. Kulitnya pucat, dingin dan basah. Apabila itu shock kardiak maka keadaan orang itu parah, dan sering membawa maut. 3. Gejala gagal jantung Gejala ini terasa pada setiap kali ada infark, dan muncul dengan tiba-tiba dan sangat berbahaya. Itu terjadi karena jantung tidak mampu melakukan tugasnya pada saat aksi datang secara mendadak, dan gagal melakukan tugasnya secra normal. Universitas Sumatera Utara 53 4. Denyut jantung tidak teratur Kadang-kadang timbul ketidak teraturan denyut jantung. Kontraksi dini jantung yang bebas dari irama jantung normal, disebut extra systolis, sering terjadi dan kemudian akan terus tidak teratur baik kecepatan maupun kekuatannya, ini disebut atrial fibrillation.

E. Hubungan keteraturan shalat lima waktu dengan regulasi emosi.