KESIMPULAN KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

89

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Setelah dilakukan penelitian dan analisa data maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada hubungan positif antara keteraturan shalat lima waktu dengan regulasi emosi pada lansia yang memiliki penyakit jantung koroner di kota Medan. Kedua variabel memiliki hubungan yang signifikan dengan koefisien korelasi R = 0,387 dan taraf signifikansi p = 0.03 p0.05. 2. Keteraturan shalat lima waktu dan regulasi emosi berkorelasi positif. Hal ini berarti peningkatan keteraturan shalat lima akan diikuti dengan meningkatnya regulasi emosi, dan sebaliknya penurunan keteraturan shalat lima akan diikuti dengan menurunnya regulasi emosi. 3. Keteraturan sholat lima waktu dengan regulasi emosi memiliki hubungan yang linear, dengan menggunakan uji F diperoleh F sebesar 8,460 yang berarti lebih tinggi dari F tabel sebesar 4,04 dengan P0,05 p=0,005. 4. Subjek penelitian yang memiliki keteraturan shalat lima kategori tinggi sebanyak 74, kategori sedang sebesar 36, dan tidak ada subjek penelitian yang termasuk ke dalam keteraturan shalat lima kategori rendah. Universitas Sumatera Utara 90 5. Subjek penelitian yang memiliki regulasi emosi kategori tinggi sebesar 86, kategori sedang sebesar 14, dan tidak ada subjek penelitian yang termasuk ke dalam regulasi emosi kategori rendah. 6. Hasil tambahan penelitian menunjukkan bahwa: a. Kemampuan regulasi emosi juga dipengaruhi oleh jenis kelamin, dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwasanya kemampuan regulasi emosi laki-laki 120,16 lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan regulasi emosi perempuan 119,78. b. Kemampuan regulasi emosi seseorang sejalan dengan pertambahan usia. Dimana rentang usia 55-64 tahun 118,03 memiliki kemampuan regulasi emosi yang rendah dibandingkan dengan usia 65-74 tahun 123,31 dan 75-84 123,17. c. Kemampuan regulasi emosi juga dipengaruhi oleh faktor budaya suku, suku Melayu mempunyai kemampuan regulasi emosi paling rendah 110,17, yang disusul oleh Suku Batak 118,33, Mandailing 120,85, suku Aceh 123.00, Jawa 124.43 dan yang paling tinggi suku Minang 130.50.

B. SARAN