58
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional yaitu metode penelitian yang bertujuan melihat hubungan antara satu variabel dengan variabel yang
lain.
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka dalam penelitian ini variabel yang terlibat adalah:
Variabel Bebas : Keteraturan Shalat Lima Waktu
Variabel Tergantung : Regulasi Emosi
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Keteraturan Shalat Lima Waktu
Keteraturan shalat lima waktu adalah menjalankan shalat lima waktu secara rutin atau teratur yaitu shalat Subuh, Zuhur, Ashar, Magrib, dan Isya yang ditunjukkan dengan
Universitas Sumatera Utara
59
skala keteraturan shalat yang terdiri dari 4 pilihan jawaban, berdasarkan teori aspek-aspek keteraturan shalat dari Adi 1994 yang meliputi :
a.. Faktor ketepatan dan disiplin. Shalat wajib lima waktu harus dilaksanakan dengan disiplin yaitu dengan
menepati waktu-waktu shalat yang telah ditentukan. Seseorang dikatakan disiplin bila selalu melakukan shalat tepat waktu secara terus menerus, karena apabila sering
terlambat atau bermalas-malas dalam mengerjakan shalat akan dianggap gagal dalam mencapai keteraturan shalat.
b. Faktor kesadaran dan tanggung jawab. Kesadaran dan tanggung jawab sangat penting dalam melaksanakan shalat wajib
lima waktu. Kalau tidak diikuti kesadaran dan rasa tanggung jawab untuk menjalankan shalat, maka akan menjadikan seseorang merasa sulit dan berat untuk memenuhi
kewajiban tersebut. Seolah-olah hanya terpaksa saja dan kurang ikhlas. Seseorang yang memiiki kesadaran akan pentingnya shalat akan memandang shalat sebagai kebutuhan.
c. Faktor kekuatan kehendak dan dapat mengatasi pengaruh lingkungan. Kekuatan kehendak atau kekuatan niat sangat menentukan perilaku seseorang
termasuk shalatnya. Seseorang yang memilki kekuatan niat akan senantiasa melaksanakan shalat dalam keadaan bagaimanapun juga, termasuk sakit atau dalam
perjalanan. Kekuatan niat dapat mengatasi pengaruh lingkungan yang bersifat negatif, karena kalau tidak memilki kekuatan niat, tentu akan kurang kuat pula motivasi dan
gairahnya untuk menjalankan shalat, sehingga sering gagal dan menyerah saja pada pengaruh lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
60
Skor total yang diperoleh seseorang merupakan petunjuk sering teratur tidaknya pelaksanaan shalat lima waktu. Semakin besar skor seseorang maka semakin teratur
shalatnya begitu juga sebaliknya.
2. Regulasi Emosi
Regulasi emosi ialah suatu proses intrinsik dan ekstrinsik yang dapat mengontrol serta menyesuaikan emosi yang muncul pada tingkat intensitas yang tepat untuk
mencapai suatu tujuan yang meliputi kemampuan mengatur perasaan, reaksi fisiologis, cara berpikir seseorang, dan respon emosi ekspresi wajah, tingkah laku dan nada suara
serta dapat dengan cepat menenangkan diri setelah kehilangan kontrol atas emosi yang dirasakan.
Regulasi emosi diukur dengan menggunakan skala regulasi emosi yang berbentuk rating scale dengan 6 pilihan jawaban. Dasar penyusunan skala regulasi emosi adalah
berdasarkan aspek-aspek regulasi emosi Gratz Roemer, 2004, yaitu : a.
Strategies to emotion regulation strategies ialah keyakinan individu untuk dapat mengatasi suatu masalah, memiliki kemampuan untuk menemukan suatu cara
yang dapat mengurangi emosi negatif dan dapat dengan cepat menenangkan diri kembali setelah merasakan emosi yang berlebihan.
b. Engaging in goal directed behavior goals ialah kemampuan individu untuk
tidak terpengaruh oleh emosi negatif yang dirasakannya sehingga dapat tetap berpikir dan melakukan sesuatu dengan baik.
c. Control emotional responses impulse ialah kemampuan individu untuk dapat
mengontrol emosi yang dirasakannya dan respon emosi yang ditampilkan respon
Universitas Sumatera Utara
61
fisiologis, tingkah laku dan nada suara, sehingga individu tidak akan merasakan emosi yang berlebihan dan menunjukkan respon emosi yang tepat.
d. Acceptance of emotional response acceptance ialah kemampuan individu untuk
menerima suatu peristiwa yang menimbulkan emosi negatif dan tidak merasa malu merasakan emosi tersebut.
Skor total yang diperoleh seseorang merupakan petunjuk besar kecilnya kemampuan regulasi emosi. Semakin besar skornya maka semakin meningkat
kemampuan regulasi emosi seseorang, begitu juga sebaliknya.
C. Populasi, Sampel dan Metode Pengambilan Sampel 1. Populasi dan Sampel
Populasi adalah seluruh objek yang dimaksud untuk diteliti. Populasi dibatasi sebagai sejumlah subjek atau individu yang paling sedikit memiliki satu sifat yang sama
Hadi, 2000. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah lansia penderita jantung koroner yang berada di Medan
Mengingat keterbatasan peneliti untuk menjangkau seluruh populasi, maka peneliti hanya meneliti sebahagian dari populasi yang dijadikan sebagai subjek penelitian
yang lebih dikenal dengan nama sampel. Sampel adalah sebahagian dari populasi atau sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi dan harus mempunyai
paling sedikit satu sifat yang sama Hadi, 2000. Dalam penelitian ini menggunakan sampel sebanyak lima puluh orang.
Karakteristik populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Universitas Sumatera Utara
62
a. Lanjut usia yang berusia 55 tahun keatas. Pemilihan rentang usia ini disesuaikan dengan definisi lansia menurut UU kesehatan, Definisi ini berpatokan
pada umur harapan hidup tahun 1955 yang berkisar 61-63 tahun dan umur masa pensiun 55 tahun serta UU no. 4 tahun 1965.
b. Bertempat tinggal di kota Medan.
c. Beragama Islam.
d. Shalat lima waktu secara teratur.
2. Metode Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sample adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan prosedur tertentu agar diperoleh sampel yang
dapat mewaliki populasi Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
non random secara incidental yang berarti setiap anggota populasi tidak mendapatkan kesempatan yang sama untuk dapat terpilih menjadi anggota sampel dimana sampel dari
populasi didasarkan pada faktor kebetulan dan kemudahan dijumpainya sampel yang sesuai dengan karakteristik subjek penelitian Hadi, 2000.
Menurut Hadi 2000, teknik incidental sampling memiliki kelebihan dan kelemahan didalam membuat kesimpulan dari suatu penelitian. Kelebihan teknik ini
adalah kemudahan didalam menemukan sampel, menghemat waktu, tenaga, biaya dan adanya keterandalan subjektifitas untuk melihat bahwa subjek yang dipilih sudah sesuai
dengan karakteristik subjek penelitian yang telah ditetapkan.
Universitas Sumatera Utara
63
D. Lokasi Penelitian
Peneliti mengadakan penelitian di kota Medan. Hal ini mengingat keterbatasan waktu dan tenaga peneliti, dan untuk penghematan biaya penelitian.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penskalaan model Likert untuk skala keteraturan shalat lima waktu dan rating scale untuk
skala regulasi emosi.
Prosedur penskalaan model Likert ini didasari oleh dua asumsi Azwar, 2000
1. Setiap pernyataan yang ditulis dapat disepakati sebagai pernyataan yang favorabel
atau pernyataan yang unfavorabel. 2.
Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh responden
yang mempunyai sikap negatif. Hadi 2000 mengemukakan bahwa skala psikologis mendasarkan diri pada
laporan-laporan pribadi. Selain itu skala psikologis memiliki kelebihan dengan asumsi sebagai berikut:
1. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya.
2. Apa yang dikatakan oleh subjek tentang kepada peneliti adalah benar dan dapat
dipercaya. 3.
Interpretasi subjek tentang pernyataan–pernyataan yang diajukan sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.
Universitas Sumatera Utara
64
Selain itu metode skala psikologis digunakan dalam penelitian atas dasar pertimbangan:
1. Metode skala psikologis merupakan metode yang praktis.
2. Dalam waktu yang relatif singkat dapat dikumpulkan data yang banyak.
3. Metode skala psikologis merupakan metode yang dapat menghemat tenaga dan
ekonomis.
1. Skala Keteraturan Shalat Lima Waktu.
Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui tingkat keteraturan shalat pada lansia penderita jantung koroner adalah skala keteraturan shalat yang telah dibuat oleh saudara
Sutriyani 2005. Namun ada beberapa aitem yang telah dirubah sesuai kebutuhan peneliti. Adapun penggunaan alat dalam penelitian ini sudah atas sepengetahun yang
bersangkutan. Skala keteraturan shalat ini memiliki koefisien korelasi 0,249-0,729 dan hasil perhitungan reliabilitas skala keteraturan shalat diperoleh nilai koefisien korelasi
= 0.954. Skala ini dibuat berdasarkan berdasarkan aspek-aspek keteraturan shalat dari
Adi 1994 yaitu: 1. Faktor ketepatan dan disiplin, 2. Faktor kesadaran dan tanggung jawab, 3. Faktor kekuatan kehendak dan dapat mengatasi pengaruh lingkungan. Skala ini
terdiri dari pernyataan dengan empat pilihan jawaban yaitu: Sangat Tidak Sesuai STS, Tidak Sesuai TS, Sesuai S dan Sangat Sesuai SS. Skala disajikan dalam bentuk
pernyataan favourable mendukung dan unfavourable tidak mendukung. Nilai setiap pilihan bergerak dari 1-4, bobot penilaian untuk pernyataan favourable yaitu STS = 1, TS
= 2, S = 3 dan SS = 4. Sedangkan bobot untuk pernyataan unfavourable yaitu STS = 4,
Universitas Sumatera Utara
65
TS = 3, S = 2 dan SS = 1. Untuk lebih jelasnya, cara penilaian skala Likert yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1:
Gambaran Penilaian Skala Likert Pada Penelitian
BENTUK PERNYATAAN SKOR
1 2 3 4 Favourable
STS TS S SS Unfavourable
SS S TS STS
Tabel 2:
Distribusi Aitem-aitem Skala Keteraturan Shalat Sebelum Uji Coba No
Aspek-aspek Keteraturan Shalat
Aitem Total
Favourable Unfavourable
1. Ketepatan dan
disiplin 7, 9, 15, 18, 31, 35,
37, 43, 44. 3, 5, 12, 13, 20, 27,
33, 40, 42. 18
2. Kesadaran dan
tanggung jawab 1, 11, 19, 28, 38, 48,
51, 52. 8, 14, 17, 21, 25, 26,
32, 36, 39, 53. 18
3. Kekuatan kehendak dan dapat mengatasi
pengaruh lingkungan 2, 10, 16, 23, 29,
41, 46, 47,49. 4, 6, 22, 24, 30,
34, 45, 50. 17
Total 26 27
53
Ketiga faktor di atas dihubungkan dengan shalat lima waktu yaitu shalat Subuh, Zhuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya, dalam kondisi biasa dan dalam kondisi istimewa
seperti sedang sibuk, bepergian, sakit, dan lelah.
Universitas Sumatera Utara
66
2. Skala Regulasi Emosi
Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui tingkat regulasi emosi melalui skala regulasi emosi disusun Septiani 2007 dengan mengembangkan skala regulasi emosi
DERS yang disusun oleh Gratz dan Roemer 2004. Hal ini dikarenakan agar aitem- aitem yang diterima setelah uji coba tidak sedikit dan dapat mewakili aspek-aspek
regulasi emosi yang akan diukur. Pernyataan dalam skala asli DERS menggunakan istilah ‘upset’ untuk menunjukkan emosi yang dirasakan. Oleh karena itu, agar lebih dimengerti
sampel penelitian dan mencakup berbagai jenis emosi yang sering dirasakan, maka sinonim kata ‘upset’ dalam bahasa Indonesia diubah menjadi marah, sedih, cemas dan
takut dalam skala penelitian ini. Skala regulasi emosi dibuat dengan menerjemahkan aitem-aitem dalam skala DERS dengan bantuan ahli bahasa inggris. Skala regulasi emosi
yang disusun oleh Septiani 2007 ini memiliki reliabilitas 0,898.
Skala regulasi emosi disusun berdasarkan aspek-aspek regulasi emosi, yaitu
strategies to emotion regulation Strategies, engaging in goal directed behavior Goals, control emotional responses Impulse, acceptance of emotional response Acceptance
Gratz Roemer, 2004. Model skala regulasi emosi menggunakan rating scale dengan 6 pilihan jawaban. Jumlah aitem pada skala regulasi emosi terdiri dari 38 aitem. Adapun
contoh rating scale yang digunakan peneliti dalam skala regulasi emosi dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3:
Contoh rating scale regulasi emosi Tidak
pernah 1 2 3 4 5 6 Selalu
Universitas Sumatera Utara
67
Skala disajikan dalam bentuk pernyataan favorable mendukung dan unfavorable tidak mendukung . Nilai setiap pilihan bergerak dari 1 sampai dengan 6.
Bobot penilaian untuk pernyataan favorable, yaitu : pilihan jawaban 1 = memiliki skor 1, 2 = 2, 3 = 3, 4 = 4, 5 = 5, 6 = 6, sedangkan bobot untuk pernyataan unfavorable yaitu :
pilihan jawaban 1 = memiliki skor 6, 2 = 5, 3 = 4, 4 = 3, 5 = 2, 6 = 1. Semakin besar
perbedaan skor akhir dan skor awal pengukuran regulasi emosi menunjukkan besarnya peningkatan kemampuan regulasi emosi seseorang dan sebaliknya semakin kecil
perbedaan skor akhir dan skor awal pengukuran regulasi emosi menunjukkan kecilnya peningkatan kemampuan regulasi emosi seseorang. Tabel 3 dibawah ini merupakan
penyebaran aitem-aitem skala regulasi emosi.
Tabel 4:
Distribusi Aitem-aitem Skala Regulasi Emosi Sebelum Uji Coba
No Aspek-aspek
Regulasi Emosi Aitem
Total Favourable
Unfavourable
1. Strategy
18, 19, 28 , 36 5, 24, 26, 32, 38
9
2. Goal
3, 16, 17, 30, 35, 37 8, 11, 25, 31, 33
11
3. Impulse
1, 7, 12, 15, 20 2, 10, 13, 14, 21,
27
, 34 12
4. Acceptance
6, 9, 23, 29 4, 22
6 Total
19 19 38
Universitas Sumatera Utara
68
F. Uji Coba Alat Ukur
1. Validitas Alat Ukur
Menurut Azwar 2000, untuk mengetahui apakah skala psikologi mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya, diperlukan suatu pengujian
validitas. Suatu alat tes atau instrumen pengukuran dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur
yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi content validity. Peneliti berusaha mengungkap sejauhmana aitem-aitem dalam tes mencakup
keseluruhan kawasan isi yang hendak diukur dengan mendasarkan pembuatan alat ukur pada aspek-aspek keteraturan shalat lima waktu dan aspek-aspek regulasi emosi yang
dinilai oleh dosen pembimbing Kerlinger, 2002.
2. Uji Daya Beda Aitem
Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu yang memiliki atribut dengan yang tidak memiliki atribut
yang diukur. Dasar kerja yang digunakan dalam analisis aitem ini adalah dengan memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya selaras dengan fungsi ukur tes atau memilih aitem yang
mengukur hal yang sama dengan yang diukur oleh tes sebagai keseluruhan Azwar, 1999. Pengujian daya beda aitem dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara
distribusi skor pada aitem dengan suatu kriteria yang relevan yaitu skor total tes itu
Universitas Sumatera Utara
69
sendiri dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson Product Moment atau yang dikenal dengan indeks daya beda aitem Azwar, 1999.
Koefisien korelasi Pearson Product Moment yang sesuai untuk jumlah sampel 50 orang adalah 0,235 Langdridge, 2004 artinya, aitem-aitem yang memiliki nilai
≥ 0,235 dianggap memiliki daya beda aitem dan dinyatakan valid, sedangkan aitem 0,235
memiliki daya beda aitem yang rendah dan tidak diikutkan dalam skala untuk penelitian sebenarnya. Jumlah aitem pada skala keteraturan shalat lima waktu yang diujicobakan
sebanyak 53 aitem, dari 53 aitem tersebut terdapat 42 aitem yang diterima dan 11 aitem yang gugur dengan kisaran koefisien korelasi 0,292 sampai dengan 0,776
. Sedangkan
Jumlah aitem pada skala regulasi emosi yang diujicobakan sebanyak 38 aitem, dari 38 aitem tersebut terdapat 27 aitem yang diterima dan 11 aitem yang gugur dengan kisaran
koefisien korelasi 0,239 sampai dengan 0,618 .
Distribusi aitem-aitem skala keteraturan
shalat lima waktu dan regulasi emosi setelah uji coba dapat dilihat pada tabel 4 dan 5:
Tabel 5:
Distribusi Aitem-aitem Skala Keteraturan Shalat Setelah Uji Coba No
Aspek-aspek Keteraturan Shalat
Aitem Total
Favourable Unfavourable
1. Ketepatan dan
disiplin 7, 12, 23, 26, 28, 33.
3, 5, 10, 16, 25, 30, 32.
13
2. Kesadaran dan
tanggung jawab 1,9,15, 29, 36, 40, 41.
8, 11, 14, 20, 24, 27, 42.
14
3. Kekuatan kehendak dan dapat mengatasi
pengaruh lingkungan 2, 13, 18, 21,
31, 35, 37. 4, 6, 17, 19, 22,
34, 38,39 15
Total 20 22
42
Universitas Sumatera Utara
70
Tabel 6:
Distribusi Aitem-aitem Skala Regulasi Emosi Setelah Uji Coba
No Aspek-aspek
Regulasi Emosi Aitem
Total Favourable
Unfavourable
1. Strategy
13, 19 , 26 4, 17, 23,
6
2. Goal
11, 12, 20, 25, 27 6, 8, 18 , 21,22
10
3. Impulse
1, 9, 2, 7, 10, 14,
24 7
4. Acceptance
5, 16
3,15 4
Total 12
15 27
3. Reliabilitas Alat Ukur
Reliabilitas alat ukur adalah mencari dan mengetahui sejauhmana hasil pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran ini dapat dipercaya apabila dalam
pelaksanaan pengukuran terhadap sekelompok subjek sama, diperoleh hasil yang sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah Azwar, 1997. Uji
reliabilitas penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi internal Cronbach Alpha Coeficient yaitu suatu bentuk tes yang hanya memerlukan satu kali pengenaan tes
tunggal pada sekelompok individu sebagai subyek dengan tujuan untuk melihat konsistensi antara aitem. Teknik ini digunakan karena dipandang ekonomis dan praktis.
Universitas Sumatera Utara
71
Reliabilitas skala keteraturan shalat lima waktu setelah uji coba ialah 0,947 dan regulasi emosi 0,849.
G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari 3 tahap. Ketiga tahap tersebut adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengolahan data.
1. Tahap Persiapan
Pada tahapan ini maka peneliti mempersiapkan alat ukur berupa skala likert yaitu skala keteraturan shalat lima waktu sebanyak 53 aitem, dan skala regulasi emosi
sebanyak 38 aitem yang berupa skala rating. Untuk mementukan aitem yang layak dijadikan sebagai alat ukur maka digunakan tekhnik korelasi pearson product moment
secara komputerisasi dengan program SPSS for windows 16.0 version.
2. Tahap Pelaksanaan
Setelah diujicobakan, maka selanjutnya peneliti akan melakukan pengambilan data dengan memberikan alat ukur berupa skala keteraturan shalat lima waktu dan skala
regulasi emosi. Pelaksanaan pengambilan data uji coba dimulai pada tanggal 1 September 2008 sampai tanggal 4 Oktober 2008, dan pelaksanaan pengambilan data
mentah dimulai pada tanggal 10 Oktober 2008 sampai 7 November 2008. Pada pelaksanaan try out peneliti memberikan alat ukur kepada 60 sampel penelitian namun
sampel yang bisa terpakai hanya 50 sampel penelitian. Hal ini disebabkan karena tidak dikembalikan dan ada item yang tidak diisi secara lengkap. Pada pelaksanaan
Universitas Sumatera Utara
72
pengambilan data mentah peneliti memberikan alat ukur kepada 50 sampel penelitian dan keseluruhannya dapat terpakai.
3. Tahap Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan tekhnik korelasi Pearson Product Moment secara komputerisasi dengan program SPSS for windows 16.0 version.
H. Metode Analisis Data
Analisis yang digunalan pada penelitian ini adalah analisis statistik dengan bantuan software SPSS versi 16.0 for windows. Alasan yang mendasari dipakainya analisis
statistik adalah karena statistik dapat menunjukkan kesimpulan penelitian. Selain itu alasan penggunaan statistik adalah karena statistik bekerja dengan angka, statistik bersifat
objektif, dan universal Hadi, 2000. Metode analisis penelitian ini adalah metode korasional untuk melihat hubungan
antara kedua variabel, yaitu metode korelasi Pearson Product Moment. Sebelum dilakukan analisis data terlebih dahulu dilakukan uji asumsi penelitian,
yaitu: a.
Uji Normalitas Uji normalitas sebaran variabel penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah data
dari variabel dalam penelitian ini sebarannya normal. Normalitas dapat diuji dengan menggunakan kolmogorov-smirnov test dengan bantuan SPSS versi 16.0 for windows.
Menurut Hadi 2000, sebaran sampel dinyatakan normal apabila p0.05 dan sebaliknya sampel tidak terdistribusi dengan normal apabila p0.05.
Universitas Sumatera Utara
73
b. Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui status linier tidaknya suatu distribusi data penelitian Winarsunu, 2004. Linearitas dapat diuji dengan menggunakan uji F dengan
bantuan SPSS versi 16.0 for windows. Jika p0.05 maka hubungan kedua variabel linear, dan jika p0.05 maka hubungan kedua variabel tidak linear.
Universitas Sumatera Utara
74
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil dan analisa hasil sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian, analisis
hasil penelitian dan diskusi
A. GAMBARAN SUBJEK PENELITIAN
Berdasarkan data yang diperoleh dari 50 orang lansia penderita jantung koroner didapatkan gambaran subjek penelitian menurut jenis kelamin dan usia.
1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Subjek dalam penelitian ini dibedakan jenis kelaminnya yaitu pria dan wanita dengan penyebaran sebagai berikut :
Tabel 7. Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin Jenis kelamin
Jumlah Persen
Pria 32
64 Wanita
18 36
Total 50
100 Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa dari keseluruhan subjek yang berjumlah 50 orang,
persentase terbesar sebanyak 32 orang 64 adalah pria. Sedangkan sebanyak 18 orang 36 adalah wanita.
2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia
Penyebaran subjek penelitian berdasarkan usia adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara