Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal mencakup faktor fisiologis dan faktor psikologis. Sedangkan faktor eksternal mencakup faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
2.1.4 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
2.1.4.1 Pengertian Matematika
Ruseffendi dalam Heruman 2013:1 menyatakan matematika adalah bahasa symbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara deduktif,
ilmu tentang pola keteraturan, dan truktur yang terorgansasi, mulai dari unsure yg tidak ddidefinisikan, ke unsure yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan
akhirnya ke dalil. Susanto 2013:185 menyatakan bahwa matematika adalah salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan
berargumentasi, memberiikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Menurut Depdiknas 2006 mata pelajaran matematika memiliki tujuan
sebagai berikut:
a Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
b Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
c Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memhami masalah, merancang
model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. d
Mengomunikasi gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk keadaan atau memperjelas masalah.
Ruang lingkup mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SDMI meliputi bilangan, geometri dan pengukuran, pengolahan data.
2.1.4.2 Ciri-ciri Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Ciri-ciri Pembelajaran Matematika di SD adalah:
1. Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral.
Pendekatan spiral dalam pembelajaran matematika merupakan pendekatan dimana pembelajaran konsep atau suatu topik matematika selalu mengkaitkan atau
menghubungkan dengan topik sebelumnya. Topik sebelumnya dapat menjadi prasyarat untuk dapat memahami dan mempelajari suatu topik matematika. Topik
baru yang dipelajari merupakan pendalaman dan perluasan dari topik sebelumnya. Konsep diberikan dimulai dengan benda-benda konkrit kemudian konsep itu
diajarkan kembali dengan bentuk pemahaman yang lebih abstrak dengan menggunakan notasi yang lebih umum digunakan dalam matematika.
2. Pembelajaran matematika bertahap
Materi pelajaran matematika diajarkan secara bertahap yaitu dimulai dari konsep- konsep yang sederhana, menuju konsep yang lebih sulit. Selain itu pembelajaran
matematika dimulai dari yang konkret, ke semi konkret dan akhirnya kepada konsep abstrak. Untuk mempermudah siswa memahami objek matematika maka benda-
benda konkrit digunakan pada tahap konkrit, kemudian ke gambar-gambar pada tahap semi konkrit dan akhirnya ke simbol-simbol pada tahap abstrak.
3. Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif.
Matematika merupakan ilmu deduktif. Namun karena sesuai tahap perkembangan mental siswa maka pada pembelajaran matematika di SD digunakan pendekatan
induktif. Contoh : Pengenalan bangun-bangun ruang tidak dimulai dari definisi, tetapi dimulai
dengan memperhatikan contoh-contoh dari bangun tersebut dan mengenal namanya. Menentukan sifat-sifat yang terdapat pada bangun ruang tersebut sehingga didapat
pemahaman konsep bangun-bangun ruang itu. 4.
Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi Kebenaran matematika merupakan kebenaran yang konsisten artinya tidak ada
pertentangan antara kebenaran yang satu dengan kebenaran yang lainnya. Suatu pernyataan dianggap benar jika didasarkan kepada pernyataan-pernyataan
sebelumnya yang telah diterima kebenarannya. Meskipun di SD pembelajaran matematika dilakukan dengan cara induktif tetapi pada jenjang selanjutnya
generalisasi suatu konsep harus secara deduktif. 5.
Pembelajaran matematika hendaknya bermakna Pembelajaran secara bermakna merupakan cara mengajarkan materi pelajaran yang
mengutamakan pengertian daripada hafalan. Dalam belajar bermakna aturan-aturan, sifat-sifat, dan dalil-dalil tidak diberikan dalam bentuk jadi, tetapi sebaliknya aturan-
aturan, sifat-sifat, dan dalil-dalil ditemukan oleh siswa melalui contoh-contoh secara induktif di SD, kemudian dibuktikan secara deduktif pada jenjang selanjutnya.
Konsep-konsep matematika tidak dapat diajarkan melalui definisi, tetapi melalui contoh-contoh yang relevan. Guru hendaknya dapat membantu pemahaman suatu
konsep dengan pemberian contoh-contoh yang dapat diterima kebenarannya secara intuitif. Artinya siswa dapat menerima kebenaran itu dengan pemikiran yang sejalan
dengan pengalaman yang sudah dimilikinya. Pembelajaran suatu konsep perlu memperhatikan proses terbentuknya konsep tersebut. Dalam pembelajaran bermakna
siswa mempelajari matematika mulai dari proses terbentuknya suatu konsep kemudian berlatih menerapkan dan memanipulasi konsep-konsep tersebut pada
situasi baru. Dengan pembelajaran seperti ini, siswa terhindar dari verbalisme. Karena dalam setiap hal yang dilakukannya dalam kegiatan pembelajaran ia
memahaminya mengapa dilakukan dan bagaimana melakukannya. Oleh karena itu
akan tumbuh kesadaran tentang pentingnya belajar siswa akan belajar dengan baik. 2.1.4.3
Langkah Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Sebagaimana dikemukakan oleh Heruman 2013:3 berikut adalah pemaparan pembelajaran yang ditekankan pada konsep-konsep matematika:
a Penanaman konsep dasar Penanaman Konsep
Yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika. Pembelajaran penanaman konsep dasar merupakan jembatan yang harus dapat
menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkret dengan konsep baru matematika yang abstrak.
b Pemahaman Konsep
Yaitu lanjutan pembelajaran dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika. Pemahaman konsep
terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua,
pembelajaran pemahaman konsep dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan dari pemahaman konsep. Pada
pertemuan tersebut, penanaman konsep dianggap sudah disampaikan pada
pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya.
c Pembinaan Keterampilan
Yaitu pembelajaran lanjutan dari pemahaman konsep dan penanaman konsep. Pembelajaran pembinaan keterampilan bertujuan agar siswa lebih
terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika. Seperti halnya pada pemahaman konsep, pembinaan keterampilan juga terdiri atas dua
pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dan pemahaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua,
pembelajaran pembinaan keterampilan dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tapi masih merupakan lanjutan dari penanaman dan pemahaman
konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman dan pemahaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya.
Berdasarkan ulasan tersebut dapat disimpulkan bahwa langkah pembelajaran matematika di sekolah dasar meliputi: penanaman konsep dasar,
pemahaman konsep agar siswa lebih memahami konsep matematika, dan pembinaan keterampilan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai
konsep matematika.
2.1.5 Hakikat Pendekatan Kontekstual