dengan pengalaman yang telah didapatnya. Dengan demikian proses pembelajaran lebih diutamakan dalam pembelajaran ini.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang mengaitkan materi
pelajaran dengan kehidupan sehari-hari sehingga memudahkan siswa dalam memahami materi dan membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna.
2.1.5.2 Dasar Teori Pendekatan Kontekstual
Teori yang mendasari pendekatan kontekstual Aqib, 2013:13: a.
Knowledge-Based Constructivism, menekankan pada pentingnya siswa membangun pengetahuannya sendiri dalam proses pembelajaran.
b. Effort-Based LearningIncremental Theory of Intellegence, bekerja keras untuk
mencapai tujuan belajar akan memotivasi seseorang untuk belajar. c.
Socialization, menyatakan bahwa belajar merupakan proses social yang menentukan tujuan belajar.
d. Situated Learning, pengatahuan dan pembelajaran harus dikondisikan agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai. e.
Distributed Learning, menyatakan bahwa manusia adalah bagian terintegrasi dari proses pembelajaran.
2.1.5.3 Karekteristik Pendekatan Kontekstual
Putra 2013:243 menyatakan bahwa Pendekatan Kontekstual memiliki keberapa karakteristik yaitu:
a. Kerja sama,
b. Saling menunjang,
c. Menyenangkan atau tidak membosankan,
d. Belajar dengan bergairah,
e. Pembelajaran terintegrasi,
f. Menggunakan berbagai sumber,
g. Siswa aktif,
h. Sharing dengan teman,
i. Siswa kritis dan guru kreatif,
j. Dinding kelas dan lorong-lorong sekolah penuh dengan hasil kerja siswa, serta
k. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan
hasil praktikum, dan karangan siswa.
2.1.5.4 Komponen Pendekatan Kontekstual
Aqib 2013:7 menyebutkan ada tujuh komponen Pendekatan Kontekstual, yaitu: a.
Konstruktivisme Konstruktivisme adalah proses membangun pemahamannya sendiri berdasarkan
pengalamannya dan pembelajaran dikemas menjadi mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan.
b. Inquiry
Inquiry adalah proses pengamatan menjadi pemahaman siswa dengan menggunakan keterampilan berpikir kritis.
c. Questioning
Pada hakikatnya dengan bertanya, guru mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir masing-masing siswa untuk menemukan materi yang akan
dipelajari. d.
Learning Community Siswa terlibat dalam komunitas belajar kelompok agar dapat berbagai pendapat
dan pengalaman dalam proses pembelajaran. e.
Modeling
Guru memberiikan contoh dengan memperagakan supaya siswa dapat meniru dan memahami materi yang diajarkan dalam proses pembelajaran.
f. Reflection
Melakukan refleksi diri untuk kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dengan cara mengurutkan kembali pembelajaran yang telah dilaluinya.
g. Authentic Assessment
Penilaian autentik merupakan proses penilaian untuk mengukur perkembangan proses belajar siswa baik kognitif, afektif, maupun psikomotor.
2.1.5.5 Kelebihan Pendekatan Kontekstual