tidak suka matematika dan menujukkan pemikiran operasional konkret di area itu.
2.1.7 Langkah-langkah Pembelajaran Pendekatan Kontekstual dan Teori Belajar
Piaget
Adapun langkah-langkah pembelajaran matematika melalui Pendekatan Kontekstual dan Teori Belajar Piaget adalah sebagai berikut:
1. Memberiikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruk dengan
memanipulasi benda konkret. 2.
Membimbing siswa menemukan konsep yang akan dipelajari melalui cara konkret, semi konkret, semi abstrak, dan abstrak dengan diskusi kerja
kelompok. 3.
Meminta siswauntuk menanyakan hal yang belum diketahui oleh siswa. 4.
Meminta siswa mengkomunikasikan hasil diskusi di depan kelas. 5.
Merefleksi kegiatan pembelajaran serta memberiikan umpan balik dan evaluasi serta memberiikan penilaian terhadap pembelajaran yang dilakukan.
2.2 KAJIAN EMPIRIS
Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya terhadap pendekatan kontekstual dan teori Piaget. Adapun hasil penelitian sebagai
berikut: Liya Nalurita. 2010. Bahan Ajar Kesebangunan dan Simetri Berbasis CTL
Menggunakan Macromedia Flash di Kelas 5 Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan
Matematika volume 4 No. 1 Juni 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 61
hasil belajar siswa berada dalam kategori baik sekali dan 39 hasil belajar siswa berada dalam kategori baik. Persentase siswa dilihat dari ketuntasan hasil belajar
yang ditetapkan oleh guru bidang studi matematika SD Islam Az_Zahrah yaitu
KKM sebesar 75, maka terdapat 83 siswa mencapai ketuntasan belajar.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah melalui penerapan macromedia flash berbasis pendekatan kontekstual dalam memahami materi kesebangunan dan
simetri yang pembelajarannya menggunakan macromedia flash berbasis pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kualitas pembelajaran siswa.
Dian Ismail. 2013. Penggunaan Pendekatan Kontekstual dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi di Kelas V SDN 6 Tibawa Kabupaten
Gorontalo. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kemampuan siswa dalam
menulis puisi. Dari pelaksanaan siklus I kemampuan siswa masih rendah dengan hasil dari 25 siswa terdapat 15 siswa atau 60 yang mampu menulis puisi.
Kemudian peneliti melanjutkan penelitian tindakan pada siklus II dengan hasil dari 25 siswa terdapat 20 siswa atau 80 siswamencapai ketuntasan secara
klasikal. Kesimpulan dari penelitian ini adalah melalui penerapan pendekatan
kontekstual dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa.
Sugiarta I Gede. 2013. Penerapan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar IPA pada Siswa Kelas IV Tahun
Pelajaran 20122013 di SD No. 3 Pegayaman Kecamatan Sukasada. Jurnal
Pendidikan Dasar Volume 3 Tahun 2013. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
peningkatan keaktifan siswa yang dapat dilihat dari siklus I, II, dan III berturut-
turut adalah cukup aktif, aktif, dan aktif. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa
dengan menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.
Yulia Maftuhah Hidayati. 2012. Pembelajaran Penjumlahan Bilangan Pecahan dengan Metode Contextual Teaching and Learning CTL di SD
Muhammadiyah Program Khusus, Kota Barat, Surakarta. Jurnal Pendidikan
Humaniora Volume 13 No 1, Februari 2012: 86-94. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dalam materi menjumlahkan pecahan dengan pendekatan kontekstual dapat memotivasi siswa dalam kegiatan
pembelajaran karena proses pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Dian Patmawati, dkk. 2013. Pembelajaran Segitiga dengan Pendekatan
Kontekstual Berbasis Karakter di Kelas VII SMP Negeri 3 Banda Aceh Tahun Pelajaran 20122013. Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA Volume 6 No
2 halaman 120-129. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran
pengan pendekatan kontekstual berbasis karakter dalam materi segitiga dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara klasikal serta kemampuan guru berada
dalam kriteria baik. Idrus Alhadad, 2012. Penerapan Teori Perkembangan Mental Piaget pada
Konsep Kekekalan Panjang. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP
Bandung Volume 1 No 1 Februari 2012. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa hanya satu anak yang memahami konsep kekekalan panjang. Penelitian yang dilakukan Shawm M. Glynn dan Linda K. Winter yang
berjudul “Contextual Teaching and learning of Science in Elementary Schools”
dalam “Jurnal of Elementary Science Education” menunjukkan bahwa kondisi
pembelajaran dengan penerapan CTL mengakibatkan interaksi kolaboratif dengan siswa, siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, langsung berhubungan dengan
konteks dunia nyata, dan integrasi konten ilmu dengan bidang isi dan keterampilan lainnya, serta CTL yang terbaik diimplementasikan ketika guru
menggunakannya dalam pembelajaran di kelas. Penelitian yang dilakukan oleh Ifraj Shamsid-Deen yang berjudul
“Contextual Teaching ang Learning Practies in the Family and Consumer Sciences Curriculum” dalam “Jurnal of Family and Consumer Sciences
Education” menunjukkan bahwa keluarga dan konsumen ilmu guru memiliki tinggi
tingkat yang sangat tinggi pengetahuan tentang pembelajaran kontekstual, dimana guru dengan 31-40 tahun pengalaman mengajar memiliki tingkat keseluruhan
tertinggi pengetahuan. Empat dari lima pengajaran dan pembelajaran praktik kontekstual terjadi setiap hari di tiga perempat dari keluarga dan ilmu konsumen
guru ruang kelas. Penelitian yang dilakukan oleh Bettye P. Smith yang berjudul
“Implementing the Contextual Teaching and Learning Pedagogical Model” menunjukkan bahwa delapan guru pemula yang berada di antara kelompok kohort
Contextual Teaching and Learning dilatih guru pre-service berpartisipasi dalam penelitian studi kasus. Bidang studi mereka karir dan pendidikan teknis bisnis
dan pemasaran, keluarga dan konsumen ilmu, dan pendidikan teknologi, ilmu pengetahuan, dan matematika. Dua manfaat utama yang pemula karir dan
pendidikan teknis guru dan guru akademik yang berpartisipasi dalam University
of Georgia College studi Pendidikan ditemukan dalam menggunakan Contextual Teaching and Learning strategi diidentifikasi. Pertama, siswa melaporkan bahwa
mereka belajar lebih banyak di Contextual Teaching and Learning kelas strategi dari dalam kursus tradisional lainnya di wilayah subjek yang sama. Alasan yang
diberikan untuk keberhasilan siswa adalah bahwa mereka belajar materi dalam konteks konkret, yang memperkuat memori. Kedua, siswa lebih sangat
termotivasi dalam Contextual Teaching and Learning kelas karena mereka merespon dengan baik untuk strategi terkait. Ketika siswa melihat relevansi dunia
nyata dari apa yang mereka belajar, mereka menjadi lebih tertarik dan termotivasi; ini terutama berlaku bagi siswa yang mengabaikan sekolah membosankan.
2.3 KERANGKA BERPIKIR