Sejarah Kawasan Sejarah, Letak dan Luas Kawasan

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah, Letak dan Luas Kawasan

4.1.1 Sejarah Kawasan

Kawasan Gunung Merapi merupakan kawasan hutan negara yang dilindungi sejak tahun 1931, bernilai penting dan strategis karena berfungsi sebagai daerah tangkapan air yang bermanfaat bagi wilayah Sleman, Yogyakarta, Klaten, Boyolali, Magelang dan sekitarnya. Merupakan tipe hutan tropis dengan kondisi gunung api yang sangat aktif. Kawasan hutan ini sebelumnya merupakan kawasan yang seluruhnya berfungsi sebagai hutan lindung, kecuali seluas 198,5 Ha yang terletak di Kabupaten Sleman telah ditunjuk sebagai Cagar Alam Plawangan Turgo dan seluas 131 Ha sebagai Hutan Taman Wisata Alam yang ditetapkan berdasarkan SK Mentan No.155KptsUm81975. Kawasan Hutan Lindung yang berada dalam wilayah administratif daerah Propinsi DIY mencakup 1.461 Ha. Penunjukan Kawasan Hutan Gunung Merapi sebagai TNGM sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 134Menhut-II2004 tentang perubahan Fungsi Kawasan Hutan Lindung pada tanggal 4 Mei 2004. Cagar Alam dan Taman Wisata Alam pada Kelompok Hutan Gunung Merapi seluas ± 6.410 ha, yang terletak di Kabupaten Magelang, Boyolali dan Klaten Provinsi Jawa Tengah serta Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Taman Nasional Gunung Merapi terbagi menjadi dua Seksi Pengelolaan Taman Nasional SPTN. SPTN I : Kabupaten Sleman dan Kabupaten Magelang, dan SPTN II : Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten. Dalam Rencana Penglolaan Taman Nasional RPTN periode 2005-2024 pembagian zonasi dalam kawasan TNGM didasarkan pada 3 aspek yaitu: 1. Aspek ekologis : keanekaragaman hayati yang merupakan bagian integral dari konservasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Berdasarkan aspek ini, keberadaan TNGM yang memiliki potensi keanekaragaman hayati yang khas dan kaya akan jenis menjadi fokus perlindungan dari tekanan kepadatan populasi di sekelilingnya. 2. Aspek kebijaksanaan dan peraturan perundangan : Sistem zonasi pada kawasan taman nasional adalah impikasi langsung dari UU No 5 Tahun 1990 pasal 32. Hal ini akan berpengaruh langsung terhadap pengelolaan, tingkat perlindungan dan tingkat sangsi terhadap pelanggaran pada setiap zonasi. 3. Aspek azas manfaat : Pembagian zona di TNGM memperhatikan tingkat ketergantungan masyarakat terhadap potensi sumberdaya alam dan lahan di kawasan TNGM. Ketergantungan sumberdaya alam biasanya pada kebutuhan kayu bakar, rumput, dan bahan galian C berupa pasir. Selain itu pemanfaatan lahan yang perlu diakomodasi adalah pemanfaatan wisata serta peruntukan kawasan untuk penelitian dan pendidikan. Berdasarkan aspek-aspek tersebut zona-zona yang terdapat di TNGM sesuai dengan RPTN setelah di review adalah : 1. Zona Inti Zona inti adalah bagian taman nasional yang mempunyai kondisi alam baik biota ataupun fisiknya masih asli dan tidak atau belum diganggu oleh manusia yang mutlak dilindungi. Fungsi zona inti adalah perlindungan keterwakilan keanekaragaman hayati yang asli dan khas. Zona Inti di TNGM seluas ± 852,87 ha terdiri dari : Zona Inti 1 ± 651,68 ha Zona inti 1 adalah bagian taman nasional yang merupakan kawasan rumput alami yang merupakan transisi antara pasir ke hutan ecotone Zona Inti 2 ± 201,19 ha Zona inti 2 adalah bagian taman nasional yang merupakan kawasan ekosistem Merapi yang utuh dan mutlak dilindungi dan tidak diperkenankan adanya perubahan oleh aktifitas manusia, merupakan alih fungsi dari Cagar Alam Plawangan Turgo. Kriteria fisiknya antara lain : memeliki jenis tumbuhan lebih dari 100 jenis per hektar, memiliki jenis tumbuhan endemik, memiliki ekosistem khas, merupakan habitat dan atau daerah jelajah satwa dilindungi. Zona perlindunganpengawetan tumbuhan dan satwaliar beserta ekosistemnya. 2. Zona Rimba Zona rimba adalah bagian taman nasional yang karena letak, kondisi dan potensinya mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti dan zona pemanfaatan. Zona Rimba di TNGM seluas ± 2.585,50 ha merupakan hutan sekunder dan hutan tanaman lainnya, merupakan buffer taman nasional. Kriteria penentuan zona rimba antara lain berdasarkan kerapatan jenis kurang dari 100 species per hektar, kerapatan tegakan kurang dari 100 pohon per hektar, kelerengan lebih dari 45 peka terhadap erosi. 3. Zona Pemanfaatan Zona Pemanfaatan adalah bagian taman nasional yang karena letak, kondisi dan potensinya alamnya yang terutama dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata alam dan kondisijasa lingkungan lainnya. Zona pemanfaatan di Taman Nasional Gunung seluas ± 257,69 ha diperuntukan bagi pusat kegiatan rekreasi, kunjungan wisata dan kegiatan pemanfaatan lain. Kriteria fisik yang menjadi dasar ditetapkan sebagai zona pemanfaatan di TNGM antara lain memiliki obyek wisata yang menarik dan memungkinkan untuk dikembangkan. Terdapat 5 lima pusat pengembangan wisata zona pemanfaatan di TNGM, yaitu : 1. Plawangan Turgo, Kaliurang, Sleman, DI. Yogyakarta seluas ± 141,69 ha 2. Selo, Boyolali, Jawa Tengah seluas ± 27,43 ha 3. Deles, Klaten, Jawa Tengah seluas ± 18,18 ha 4. Cepogo – Musuk, Boyolali, Jawa Tengah seluas ± 15,39 ha a. Musuk seluas ± 14,39 ha b. Gunung Bibi seluas ± 1 ha 5. Dukun Srumbung, Magelang, Jawa Tengah seluas ± 64,39 ha a. Jurangjero, seluas ± 14,39 ha b. Ngablak seluas ± 50 ha 4. Zona Lainnya 4.1 Zona Volkano Aktif Zona volcano aktif adalah bagian dari TNGM berupa puncak Gunung Merapi dan bagian gunung lainnya yang secara alami menjadi daerah aktivitas aktif vulkanik Gunung Merapi. Zona ini berupa Gunung Anyar dan wilayah luncuran material Gunung Merapi ke arah Kabupaten Magelang berupa tumpukan batu, pasir dan material lain yang masih labil dan berbahaya untuk diadakan kegiatan di atasnya. Zona volcano aktif di TNGM seluas ± 868,85 ha. 4.2 Zona Tradisional Zona tradisional adalah bagian dari taman nasional yang ditetapkan untuk kepentingan pemanfaatan tradisional oleh masyarakat yang karena kesejarahan mempunyai ketergantungan dengan sumber daya alam. Zona tradisional di TNGM seluas ± 579,05 ha merupakan areal yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar Gunung Merapi secara tradisional untuk pemanfaatan rumput di bawah tegakan, perencekan, dan pemanfaatan Getah Pinus. 4.3 Zona Rehabilitasi Zona rehabilitasi adalah bagian dari taman nasional yang karena mengalami kerusakan, sehingga perlu dilakukan kegiatan pemulihan komunitas hayati dan ekosistemnya yang mengalami kerusakan. Zona rehabilitasi di TNGM seluas ± 829,69 ha adalah berupa kawasan TNGM yang mengalami kerusakan akibat letusan Gunung Merapi, bekas area penambangan, serta sempadan Sungai Kaliworo, Kali Senowo dan Kali Blongkeng. 4.4 Zona Religi, Budaya dan Sejarah Zona religi, budaya dan sejarah adalah bagian dari taman nasional yang didalamnya terdapat situs religi, peninggalan warisan budaya dan atau sejarah yang dimanfaatkan untuk kegiatan keagamaan, perlindungan nilai-nilai budaya atau sejarah. Zona ini seluas ± 15,82 ha merupakan kawasan tempat diselenggarakannya Upacara Labuhan Merapi, di wilayah administratif Desa Umbulharjo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman, DI. Yogyakarta. 4.5 Zona Mitigasi Bencana Zona mitigasi bencana adalah bagian dari TNGM yang karena sifat alaminya sebagai daerah lintasan aliran lahar dan material yang timbul akibat aktivitas vulkanik Gunung Merapi harus dipelihara sebagai upaya pengurangan resiko bencana. Zona mitigasi di TNGM seluas ± 147,34 ha berupa alur Sungai Kaliworo di Kabupaten Klaten, alur Kali Senowo serta alur dan sempadan Kali Blongkeng di Kabupaten Magelang.

4.1.2 Letak dan Luas Kawasan