BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keanekaragaman Sumberdaya Alam Hayati Indonesia
Sumberdaya hayati Indonesia, baik yang berupa tumbuhan, hewan, maupun jasad renik sangat beranekaragam. Bila dibandingkan dengan daerah-
daerah tropik lainnya terlebih lagi dibandingkan dengan daerah beriklim sedang dan dingin. Ditaksir sebanyak 30.000 jenis tumbuhan terdapat di Indonesia.
Jumlah tersebut menjadi lebih besar lagi bila jenis-jenis lumut dan ganggang diperhitungkan. Kekayaan keanekaragaman hayati tersebut merupakan salah satu
modal dasar dalam pelaksanaan pembangunan nasional, sehingga dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Namun,
pemanfaatan tersebut harus sesuai dengan kemampuan carrying capacity,
karakteristik, dan fungsinya Ismanto, 2007. Mengingat pentingnya keanekaragaman hayati sebagai penyedia berbagai
barang dan jasa, mulai dari pangan, energi, dan bahan produksi hingga sumber daya genetik bahan dasar pemuliaan tanaman komoditas serta obat dan selain
berfungsi juga untuk mendukung sistem kehidupan, maka pemanfaatan
keanekaragaman hayati harus dilakukan dengan benar Anonim, 2002. Menurut
Retnoningsih 2006 dalam Suhartrislakhadi 2007 dengan mengetahui potensi dan manfaatnya diharapkan penghargaan terhadap sumberdaya hayati dan
keanekaragaman genetiknya semakin meningkat, sehingga tingkat kerusakan yang terjadi dapat ditekan.
2.2 Potensi Tumbuhan di Indonesia
Indonesia memiliki hutan yang sangat luas, tercatat 143.970.000 hektar luasan hutan tersebar di seluruh pulau. Tidak heran jika hutan yang sangat luas
itu, memiliki keanekaragaman tumbuhan yang sangat tinggi Sastrapradja et al., 1992. Selain diakui sebagai komunitas yang paling kaya, hutan tropika Indonesia
diakui pula sebagai salah satu bagian dunia yang menyisakan kehidupan liar, yang dapat membangkitkan keajaiban dan kekaguman manusia.
Dalam perkembangan hidupnya, manusia mengenal betul keadaan sekelilingnya dan memperhatikan segala sesuatu yang bisa dipakai untuk
mempertahankan hidupnya. Salah satu benda hidup yang berada disekitar manusia adalah tumbuh-tumbuhan. Manusia benar-benar memperhatikan tumbuh-
tumbuhan karena merupakan salah satu benda yang sangat penting dalam menjaga kelangsungan hidupnya, yaitu sebagai sumber makanan pokok Kartiwa dan
Martowikrido, 1992. Menurut Purwanto dan Walujo dalam Kartikawati 2004, tumbuhan
berguna dikelompokkan berdasarkan pemanfaatannya antara lain tumbuhan sebagai bahan pangan, sandang, bangunan, obat-obatan, kosmetika, alat rumah
tangga dan pertanian, tali-temali, anyam-anyaman, pelengkap upacara adat dan kegiatan sosial, minuman, dan kesenian.
2.2.1 Tumbuhan Obat
Menurut Zuhud, Ekarelawan, dan Riswan 1994, tumbuhan obat adalah seluruh jenis tumbuhan obat yang diketahui dan dipercaya mempunyai khasiat
obat, yang dikelompokkan menjadi : 1 tumbuhan obat tradisonal, yaitu jenis tumbuhan yang diketahui atau dipercayai masyarakat mempunyai khasiat obat dan
telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional; 2 tumbuhan obat modern, yaitu jenis tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa
atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis; dan 3 tumbuhan obat potensial, yaitu
jenis tumbuhan yang diduga mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan secara ilmiah medis atau penggunaannya
sebagai bahan obat tradisonal sulit ditelusuri.
2.2.2 Tumbuhan Hias
Tumbuhan hias adalah tumbuhan yang memiliki nilai estetika keindahan. Tumbuhan hias merupakan komoditi holtikultura non-pangan yang digolongkan
ke dalam holtikultur, dalam kehidupan sehari-hari dibudidayakan untuk hiasan dalam dan luar rumah Arafah, 2005.
Secara umum, tanaman hias dikelompokan menjadi dua, yaitu tanaman hias dun dan tanaman hias bunga. Tanaman hias daun yaitu jenis tanaman hias
yang memiliki bentuk dan warna daun yang unik. Sementara daya tarik tanaman hias bunga terletak pada bentuk, warna, dan aroma bunganya Ratnasari, 2007.
2.2.3 Tumbuhan Penghasil Pangan
Menurut Poerwadarminto 1983, tumbuhan pangan adalah segala sesuatu yang tumbuh, berakar, berdaun, berbatang, berakar, berdaun dan dapat dimakan
atau dikonsumsi oleh manusia apabila dikonsumsi oleh hewan disebut pakan. Contohnya adalah buah-buahan, kacang-kacangan, sayuran, dan tumbuhan yang
mengandung karbohidrat.
2.2.4 Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak
Menurut Manetje dan Jones 1992 dalam Kartikawati 2004, pakan ternak adalah tanaman konsentrasi rendah dan mudah dicerna yang merupakan
penghasil pakan bagi satwa herbivora. Pada umumnya tumbuhan penghasil pakan ternak merupakan tumbuhan yang memiliki serat yang cukup tinggi Dwanasuci,
2006. Salah satu tumbuhan yang digunakan sebagai pakan ternak adalah rumput
gajah. Rumput gajah merupakan keluarga rumput rumputan poaceae. Rumput gajah cukup baik untuk silase, berproduksi tinggi, disukai ternak, dan dapat
digunakan untuk perbaikan kesuburan tanah. Selain itu, cukup aditif terhadap keasaman tanah, tahan terhadap kekeringan namun tidak tahan terhadap genangan
air Soegiri et al., 1982.
2.2.5 Tumbuhan Penghasil Minyak Atsiri Tumbuhan Aromatik
Minyak atsiri merupakan minyak yang diperoleh dengan cara ekstraksi atau penyulingan dari daun, akar, batang, kulit, getah, dan bunga yang berasal dari
bagian tumbuhan Kartikawati, 2004. Tumbuhan penghasil minyak atsiri mempunyai ciri bau dan aroma, karena fungsi minyak atsiri yang paling
dibutuhkan adalah sebagai pengharum.
Tanaman atsiri dapat dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu 1 tanaman atsiri utama, yaitu tanaman yang hanya menghasilkan minyak atsiri, 2 tanaman
atsiri alternatif, yaitu tanaman yang menghasilkan produk lain disamping minyak atsiri, 3 limbah hasil samping, dimana minyak atsiri dapat diproduksi sebagai
hasil samping Hobir, 2004
2.2.6 Tumbuhan Penghasil Bahan Pewarna dan Tanin
Menurut Lemmens et al. 1999 dalam Arafah 2005, tanin nabati merupakan bahan dari tumbuhan, yang memiliki rasa pahit dan kelat, seringkali
berupa ekstrak dari pegagan atau bagian lain terutama daun, buah, dan puru. Hasil dari penyamakan kulit dengan tanin berupa kulit samak yang banyak sekali
manfaatnya, selain samak kulit juga dapat digunakan untuk menyamak jala, tali, dan layar. Selain itu, tanin juga digunakan sebagai perekat, bahan pewarna, dan
mordan. Menurut Lemmens et al. 1999, pewarna nabati adalah pewarna yang
berasal dari tumbuhan. Bahan ini diekstrak dengan jalan fermentasi, direbus, atau secara kimiawi, dari sejumlah kecil zat kimia tertentu yang terkandung di dalam
jaringan tumbuhan. Lebih lanjut Heyne 1987 mengemukakan, masyarakat Indonesia telah
banyak menggunakan tumbuhan sebagai bahan pewarna nabati dan sudah lama mengenal pewarna alami tumbuhan untuk pewarna makanan, pewarna anyaman
dan pewarna kain dan kapas.
2.2.7 Tumbuhan Penghasil Bahan Bangunan
Pohon-pohon di hutan merupakan sumber bahan bangunan yang dapat digunakan secara berkesinambungan. Pemanfaatan kayu oleh masyarakat Dayak
Meratus biasanya dilakukan apabila ingin membuat rumah. Biasanya pemilihan jenis-jenis kayu tersebut berdasarkan pertimbangan kekuatan kayu dan ketahanan
terhadap rayap Kartikawati, 2004.
2.2.8 Tumbuhan untuk Ritual Adat dan Keagamaan
Diantara pengetahuan tentang tumbuhan yang dimiliki oleh masyarakat, terdapat tumbuhan yang bersifat spiritual, magis, dan ritual. Demikian pula
pemanfaatannya, salah satunya yaitu pemanfaatan di bidang upacara adat. Indonesia memiliki kurang lebih 350 etnis budaya yang memiliki pengetahuan
etnobotani dalam pemanfaatan maupun penggunaannya di masing-masing daerah khususnya yang dipakai untuk upacara adat. Dalam upacara-upacara adat yang
dilakukan oleh masyarakat Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan daur hidup, tumbuhan banyak digunakan untuk keperluan tersebut Kartiwa dan
Martowikrido, 1992.
2.2.9 Tumbuhan Penghasil Tali, Anyaman dan Kerajinan
Tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan adalah tumbuhan yang biasa digunakan untuk membuat tali, anyaman maupun kerajinan. Beberapa
tumbuhan yang sering digunakan oleh masyarakat untuk membuat anyaman adalah jenis rotan dan bambu Widjaja et al., 1988.
2.2.10 Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar
Pada dasarnya semua tumbuhan berkayu atau bentuk pohon dapat digunakan sebagai kayu bakar Purwanto dan Walujo, 1992. Menurut Inama
2008 kayu bakar merupakan sumberdaya hayati yang sangat penting bagi masyarakat yang tidak memiliki sumber energi lain seperti listrik, minyak tanah
atau gas. Menurut Sutarno 1996 dalam Jalaraya 2008, jenis pohon yang
ditujukan untuk pemenuhan kayu bakar, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Beradaptasi pada rentangan kondisi lingkungan yang luas; Pertumbuhan cepat, volume hasil kayu maksimal tercapai dalam waktu yang
singkat; Tidak merusak tanah dan menjaga kesuburannya;
Tahan terhadap penyakit dan hama; Pengelolaannya singkat waktunya;
Tahan terhadap kekeringan dan toleran iklim yang lain; Pertumbuhan tajuk baik, siap tumbuh pertunasan yang baru;
Memiliki manfaat yang lain yang menguntungkan pertanian; Menghasilkan kayu yang mudah dibelah;
Kadar air rendah dan relatif cepat dikeringkan; Menghasilkan sedikit asap dan tidak beracun apabila dibakar;
Tidak memercikan api dan cukup aman apabila dibakar; dan Menghasilkan kayu yang padat dan lebih lama dibakar;
2.3 Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman jenis adalah suatu karakteristik tingkatan komunitas berdasarkan organisasi biologisnya serta dapat digunakan untuk menyatakan
struktur komunitas. Menurut Soerianegara dan Indrawan 1998, apabila derajat kenakeragaman lebih kecil dari satu berarti keanekaragaman jenis pada petak
tersebut rendah, berkisar antara satu dan tiga disebut sedang, dan jika lebih besar dari tiga disebut mempunyai nilai keanekaragaman jenis pada petak tinggi.
2.4 Pola Penyebaran Tumbuhan