52
Hasil perhitungan daya beda soal kemudian di klasifikasikan menurut kriteria jelek, cukup, baik, atau baik sekali. Kriteria klasifikasi daya pembeda menurut
Arikunto 2012: 232 dapat dilihat pada tabel 3.4. Tabel 3.4Klasifikasi daya pembeda
Nilai Klasifikasi
0,00-0,20 Jelek 0,21-0,40 Cukup
0,41-0,70 Baik 0,71-1,00 Baik
sekali
Hasil penghitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 11, sedangkan kesimpulan hasil penghitungan daya pembeda soal dapat dilihat pada tabel 3.5.
Tabel 3.5 Hasil Analisis Daya Beda Soal Keterangan
Kriteria Baik Cukup
Jelek Nomor Soal
2, 4, 7, 11, 13, 14, 17, 21, 28, 37, dan
40 1, 3, 5, 9, 10, 12, 15,
16, 18, 26, 27, 32, 36, dan 39
22, 24, dan 25
Jumlah 11 butir soal
14 butir soal 3 butir soal
Berdasarkan hasil penghitungan tersebut, maka 25 soal dapat digunakan untuk analisis selanjutnya yaitu tingkat kesukaran soal dan 3 butir soal dengan
kriteria jelek tidak dapat dilanjutkan untuk analisis soal berikutnya.
3.6.4 Analisis Tingkat Kesukaran Soal
Soal yang baik disamping memenuhi validitas, realibilitas, dan daya beda juga perlu adanya keseimbangan dari tingkat kesukaran soal tersebut.
Keseimbangan yang dimaksud yakni jumlah antara soal mudah, sedang, dan sukar seimbang secara proporsional. Sudjana 2011: 135 berpendapat bahwa ada
53
beberapa dasar pertimbangan dalam menentukan proporsi jumlah soal kategori mudah, sedang, dan sukar yakni 1 jumlah soal sama untuk ketiga kategori soal
tersebut dan 2 proporsi jumlah soal untuk ketiga kategori tersebut didasarkan atas kurva normal. Untuk menghitung tingkat kesukaran soal menggunakan rumus
sebagai berikut: P
P : indeks kesukaran
B : banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS : jumlah seluruh siswa peserta tes Arikunto 2012: 223
Menurut Arikunto 2010: 210 indeks kesukaran dalam soal tes diklasifikasikan sebagai berikut :
Soal dengan P 0,30 adalah soal sukar
Soal dengan 0,31 P 0,70 adalah soal sedang Soal dengan P 0,71
adalah soal
mudah Arikunto 2012: 223
Proporsi tingkat kesukaran yang dipilih dalam penelitian ini yaitu berdasarkan atas kurva normal, dimana soal kategori mudah sebanyak 25, soal
kategori sedang sebanyak 50, dan soal kategori sukar sebanyak 25 dari jumlah total soal yang akan digunakan.Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal, soal
diujicobakan terlebih dahulu, kemudian dianalisis lalu dihitung menggunakan rumus tingkat kesukaran soal. Soal yang dianalisis merupakan soal yang telah
terbukti valid, reliabel, dan mempunyai daya beda. Berdasarkan penghitungan, diperoleh 5 soal kriteria mudah, 14 soal kriteria sedang, dan 5 soal kriteria sukar.
54
Hasil analisis selengkapnya ada pada lampiran 12, sedangkan kesimpulan hasil penghitungan dapat dilihat pada tabel 3.6.
Tabel 3.6 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Keterangan
Kriteria Mudah Sedang Sukar
Nomor Soal 1, 5, 10, 15, dan
17 2, 4, 7, 9, 12, 13,
14, 16, 18, 21, 26, 27, 32, 37, dan 39
3, 11, 28, 36, dan 40
Jumlah 5 butir soal
15 butir soal 5 butir soal
Setelah dilakukan uji validitas, uji reliabilitas, analisis daya pembeda soal, dan analisis tingkat kesukaran pada soal uji coba, maka peneliti memilih 20 soal
yang akan digunakan sebagai instrumen penelitian. Soal yang terpilih merupakan soal yang sudah valid, reliabel, serta memiliki daya beda dan tingkat kesukaran
yang proposional yaitu soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 17, 18, 26, 28, 32, 36, 39, dan 40.
3.7 Metode Analisis Data
Analisis data diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau untuk menguji hipotesis Sugiyono 2011: 331. Metode analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu:
3.7.1 Deskripsi Data
Data yang akan dikumpulkan dan dianalisis dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif
yang diangkakan Sugiyono 2011: 6. Data kuantitatif berupa nilai hasil belajar yaitu nilai pretes dan postes.