Submodel Lingkungan Validasi Model Sistem

149 menjadi 8 juta hektar yang akan tercapai pada tahun 2009 mendatang. Dengan demikian terjadi pertambahan luas perkebunan kelapa sawit sebesar 3,1 juta hektar. Pertambahan luas perkebunan kelapa sawit akan menyerap tenaga kerja di sektor perkebunan. Dengan asumsi bahwa setiap satu hektar kebun kelapa sawit menyerap 2 orang, maka akan tercipta lapangan pekerjaan bagi sekitar 6,2 juta petani. Peningkatan luas kebun kelapa sawit akan mendorong tumbuhnya berbagai usaha ikutan lainnya seperti sarana produksi pertanian, jasa angkutan, pupuk organik dari TBSTandan Buah Segar dan pupuk anorganik, alat dan mesin pertanian dan mesin-mesin pengolahan. Jumlah tenaga kerja yang terserap tersebut belum termasuk tenaga kerja yang terlibat dalam pabrik kelapa sawit yang mengolah TBS menjadi CPO dan PKO serta industri biodisel itu sendiri.

4.2.2.5. Submodel Lingkungan

Penggunaan biodisel dapat mengurangi efek pemanasan global dan pencemaran udara. Hal ini disebabkan karena biodisel dibuat dari minyak lemak nabati atau hewani, maka emisi gas buang CO 2 yang dilepaskan dari mesin yang berbahan bakar biodisel tidak diklasifikasikan sebagai emisi CO 2 yang menyebabkan pemanasan global. Selain itu, biodisel juga mengandung atom– atom oksigen yang terikat dalam senyawa dari ester asam lemak penyusunnya sehingga pembakarannya didalam mesin menjadi sempurna dan membutuhkan nisbah udara dibandingkan bahan bakar lebih kecil. Dengan demikian emisi senyawa karbon non CO2CO2 minimal maka mesin penggunanya menjadi lebih efisien. Biodisel mempunyai kadar belerang yang amat rendah. Menurut penelitian kadar belerang biodisel adalah berkisar 0-24 ppm dan umumnya lebih kecil dari 15 ppm. Sedangkan solar mempunyai kadar belerang berkisar 1500-4100 ppm. Hal ini menyebabkan emisi SO2 dan partikulat SPM Solid Particulate Matter’s pada mesin yang menggunakan biodisel relatif nihil. Berdasarkan analisa beban lingkungan yang dilakukan terhadap emisi sisa pembakaran bahan bakar kendaraan yang menggunakan bahan bakar solar dan biodisel diperoleh hasil penggunakan biodisel memberikan dampak atau beban lingkungan Environmental Burden atau EB yang lebih kecil dibandingkan 150 dengan penggunaan bahan bakar solar. Perhitungan indeks EB dilakukan terhadap penghitungan 3 parameter yaitu indeks hujan asam atau asiditas, indeks fotokimia dan indeks pemanasan global. Indeks hujan asam, fotokimia dan pemanasan global diperoleh berdasarkan perhitungan jumlah emisi yang dihasilkan dikonversikan dengan indeks EB. Standar EB yang digunakan adalah berdasarkan standar yang ditetapkan oleh ICI mengenai “Safety, Health and Environmental Performance” pada tahun 1996. Data emisi sisa pembakaran kendaraan yang menggunakan disel dan campuran solar dan biodisel PPKS, 2000 dengan berbagai tingkat perbandingan tertera pada Tabel 17 dan Tabel 18. Tabel 17. Data emisi sisa pembakaran kendaraan yang menggunakan disel dan campuran disel dan biodisel. No Tolak Ukur Satuan Disel Beberapa Komposisi Biodisel Minyak Bumi Ester Murni Disel-Ester Disel-Ester Disel-Ester 75 :25 70 : 30 65 : 35 1 Efisiensi Thermal 1 - - 1,125 - 2 Efisiensi Volumetrik 1 - - 1.0184 - 3 Emisi Hidrokarbon beban maksimum ppm 18 14 - 16 - 4 Emisi Karbon monooksida beban maksimum ppm 1650 710 - 1390 - 5 Emisi Karbon Dioksida Volume 11.4 11 - 11 - 6 Emisi Nox ppm 10,931.25 - - 9,208.75 - 7 Partikulat gramkm 0.497 - - 0.178 - 8 Dugaan emisi SOx maksimum berat 0.14 0.03 - 0.1 - 9 Nilai Kalor kjkg 40,297.32 37,114.13 - - - 151 Tabel 18. Analisa beban lingkungan dari emisi sisa pembakaran bahan bakar kendaraan Jika seluruh hasil BDS digunakan sebagai bahan bakar maka perbandingan emisi gas buang sesuai standar yang ditetapkan UNEP dan ICI diolah adalah: emisi sisa bahan bakar yang menggunakan disel adalah, indeks EB asiditas No Tolak Ukur Satuan Estimasi Dugaan Nilai Beban Lingkungan EB Value Substansi Tunggal EB Value Asiditas EB Value Eb Value EB Value Panas Global Penipisan 03 Fotokimia BAHAN BAKAR DISEL 1 Dugaan Total Gas Buang Ton 96,083 2 Emisi Hidrokarbon beban maksimum Ton 435,8 3 230.99 3 Emisi Karbon monooksida beban maksimum Ton 4,439. 03 13,317.13 133.17 4 Emisi Karbon Dioksida Ton 48,88 9.48 48,899.48 5 Emisi Nox Ton 31,50 9.28 693.20 1,260,371.12 945.28 6 Partikulat Ton 4,775. 65 7 Dugaan emisi SOx maksimum Ton 13,45 1.65 417,00 672.58 Indeks EB 1,110.21 1,322,587.72 1,751.03 BAHAN BAKAR BIODISEL 30 : 70 1 Dugaan Total Gas Buang Ton 97,32 1 2 Emisi Hidrokarbon beban maksimum Ton 392.4 207.97 3 Emisi Karbon monooksida beban maksimum Ton 3,787. 72 11,363.17 113.63 4 Emisi Karbon Dioksida Ton 49,79 1 47,791.43 5 Emisi Nox Ton 26,88 6.07 591.49 1,075,442.75 806.58 6 Partikulat Ton 1,732. 31 7 Dugaan emisi SOx maksimum Ton 9,732. 07 301.69 486.60 893.19 1,134,597.35 1,406.82 152 417.00, indeks EB pemanasan global 1,322,567.72, dan indeks EB fotokimia 1,751.03. Indeks EB pada emisi kendaraan yang menggunakan biodisel adalah indeks EB asiditas 301.69, indeks EB pemanasan global 1,134,597.35 dan indeks EB fotokimia 1,406.82. Perbandingan indeks EB emisi gas sisa pembakaran secara histogram tertera pada gambar 50 Gambar 64. Perbandingan Indeks EB Environmental Burden Emisi Sisa Gas Pembakaran Biodisel dan Disel Minyak Bumi Dari gambar diatas terlihat dampak indeks hujan asam atau asiditas, indeks pemanasan global dan indeks fotokimia pada biodisel mempunyai beban atau dampak lingkungan lebih kecil dibandingkan disel minyak bumi.

V. ANALISIS KEBIJAKAN

Implikasi kebijakan merupakan pernyataan dari pemerintah yang diperlukan dalam mewujudkan suatu keadaan atau kondisi yang memungkinkan diterapkannya strategi dan program pengembangan investasi pada industri biodisel kelapa sawit dengan baik. Implikasi kebijakan yang diperlukan untuk mendukung pengembangan investasi biodisel sebagai berikut:

5.1. Sumber Daya

Untuk menjamin ketersediaan sumberdaya bahan baku bagi industri biodisel kelapa sawit diperlukan pengalokasian sejumlah 1,5-2 juta hektar lahan sawit untuk menghasilkan 5 juta ton biodisel yang digunakan sebagai pengganti 5–10 persen BBM solar di dalam negeri dalam jangka panjang. Berdasarkan analisa yang dilakukan pada sub model sumberdaya, ketersediaan bahan baku CPO untuk mensubtitusi 5–10 produk BBM solar adalah cukup, yaitu membutuhkan 500.000–1000.000 ha lahan atau 1,5-3 juta ton CPO. Sedangkan produksi total CPO dalam negeri pada 15 tahun kedepan mencapai hampir 22 juta ton. Untuk mendukung berkembangnya industri biodisel nasional maka pemerintah perlu memfasilitasi kesinambungan penyediaan bahan baku biodisel baik berupa penambahan lahan ataupun mengolah sebagian dari CPO dalam negeri menjadi menjadi biodisel. Namun, apabila subsitusi dari produk BBM solar lebih kecil dari 3 maka lahan yang tersedia saat ini diperkirakan cukup untuk menyediakan bahan baku biodisel.

5.2. Teknis Produksi

Ditinjau dari aspek ketersediaan teknologi pengolahan biodisel tidak mempunyai kendala atau dapat didesain sesuai dengan keinginan penggunanya. Kegunaan biodisel juga dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti BBM solar atau disel serta sebagai bahan bakar mesin pemanas atau heating Oil seperti genset. Berdasarkan validasi sub model teknis produksi dari scalling up proses pengolahan biodisel yang dilakukan oleh ITB dengan kapasitas 400 tontahun,