VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Industri biodisel kelapa sawit relatif baru di Indonesia dan belum banyak dikembangkan secara komersial dan belum tersosialisasikan kepada masyarakat
luas di Indonesia. Dalam rangka menilai kelayakan investasi industri biodisel kelapa sawit maka disusun rancang bangun SPK investasi pada industri biodisel
kelapa sawit. Rancang bangun direpresentasikan melalui program komputer dengan bantuan software I Think versi 6.0. Secara garis besar rancang bangun
dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Rancang bangun SPK menggunakan model sistem dinamis dapat digunakan
secara cepat oleh pengambil keputusan untuk menilai kelayakan investasi pada industri BDS. Simulasi variabel yang diinginkan dapat didesain sesuai dengan
keinginan pengguna. 2. Rancang bangun SPK yang merupakan agregasi dari sub model yang
dikaitkan berdasarkan hubungan fungsi logika dan teori yang dibangun menggunakan model sistem dinamis
3. Model ini terdiri dari 5 sub model yang saling berkaitan yaitu: 1 sub model sumber daya; 2 sub model teknis produksi; 3 sub model pasar; 4 sub model
analisis finansial dan; 5 sub model lingkungan. Setiap sub model berpengaruh kepada kelayakan investasi.
4. Keterkaitan dari faktor-faktor yang berpengaruh pada investasi ini adalah: sub
model sumber daya berpengaruh pada sub model teknis produksi berupa jaminan penyediaan bahan baku bagi industri. Sub model pasar berpengaruh
pada sub model analisis finansial dan sub model teknis produksi. Potensi pasar termasuk harga pasar yang cukup baik akan menyebabkan perhitungan
kelayakan finansial akan semakin baik. Permintaan pasar juga akan menentukan spesifikasi produk tertentu yang harus diproduksi oleh produsen.
Sub model lingkungan mendukung sub model pasar dan sub model sumber daya.
5. Hasil validasi pada sub model sumber daya CPO sebagai bahan baku biodisel, jika digunakan untuk mensubsitusi BBM solar antara 5-10 persen masih dapat
158 dipenuhi dari potensi luas lahan kelapa sawit yang telah direncanakan oleh
pemerintah Departemen Pertanian asalkan laju pertumbuhan kenaikan ekspor CPO mentah harus dikurangi atau dengan penambahan lahan
perkebunan kelapa sawit menjadi 9 juta hektar. 6. Hasil validasi pada sub model teknis produksi menunjukkan ketersediaan
teknologi relatif mudah dan dapat didesain sesuai dengan keinginan pengguna. 7. Hasil validasi pada sub model kelayakan finansial diperoleh biaya investasi
pabrik biodisel berkapasitas 100.000 tontahun adalah 17.819 juta USD. Komponen biaya bahan baku adalah sebesar 79,3 persen dari total biaya
produksi dengan asumsi harga CPO 360 USDton. Harga pokok produksi Rp 4874liter dan jika margin keuntungan 15 persen maka harga ditingkat
konsumen Rp 5603. 8. Hasil validasi sub model pasar dapat dilakukan dengan memfasilitasi pasar
DN dan LN. Pasar DN dikaitkan dengan mensubsitusi sebagian atau 5-10 persen BBM solar dengan biodisel. Pasar LN dapat dikaitkan dengan program
“carbon trade” yang telah diratifikasi melalui Protocol Kyoto mengingat biodisel bersifat ramah lingkungan.
9. Hasil validasi sub model lingkungan menunjukkan emisi dan beban lingkungan yang dihasilkan oleh biodisel lebih kecil dibandingkan dengan
emisi dan beban lingkungan yang dihasilkan oleh disel. 10. Implikasi kebijakan yang diperlukan untuk investasi diperoleh berdasarkan
hasil analisis dari setiap sub model. Keterkaitan sub model tersebut dapat digambarkan pada Influence Diagram yang digambarkan dalam program I
think. 11. Rancang bangun SPK investasi biodisel pada industri biodisel kelapa sawit
menggunakan model sistem dinamis yang dihasilkan dapat memperkuat atau menkonfirmasi permodelan sistem dinamis, yaitu sistem yang dapat didesain
untuk memecahkan masalah manajemen yang kompleks dan berubah menurut waktu secara cepat dibandingkan dengan model program komputer lainnya.
159
6.2. Saran