Keterampilan Membaca Bahasa Arab Tes Keterampilan Membaca

4. Membaca rekreatif. Tujuan membaca rekreatif adalah untuk memberikan latihan kepada para siswa membaca cepat dan menikmati apa yang dibacanya. Tujuannya lebih jauh adalah untuk membina minat, keterampilan dan kecintaan membaca. 5. Membaca analisis. Tujuan utamanya ialah untuk melatih siswa agar memiliki kemampuan mencari informasi dari bahan tertulis. Siswa dilatih agar dapat menggali dan menunjukkan detail-detail yang memperkuat ide utama yang disajikan penulis. Penelitian ini termasuk penelitian yang menggunakan jenis membaca dalam hati.

2.2.5 Keterampilan Membaca Bahasa Arab

Keterampilan membaca bahasa Arab maharah al- qira’ah reading skiil adalah kemampuan mengenali dan memahami isi sesuatu yang tertulis lambang- lambang tertulis dengan melafalkan atau mencernanya di dalam hati Hermawan 2010:143. Makna yang lebih luas, membaca tidak hanya terpaku kepada kegiatan melafalkan dan memahami makna bacaan dengan baik, yang hanya melibatkan unsur kognitif dan psikomotorik, namun lebih dari itu menyangkut penjiwaan atas isi bacaan. Jadi pembaca yang baik adalah pembaca yang mampu berkomunikasi secara intim dengan bacaan, ia bisa gembira, marah, kagum, rindu, sedih, dan sebagainya sesuai gelombang isi bacaan. Membaca dalam makna yang luas ternyata tidak mudah, sebab banyak variabel yang terlibat, namun untuk sekedar pendahuluan, kemampuan melafalkan kata-kata dan memahami makna secara utuh sudah termasuk baik. Adapun penjiwaan dan implementasi makna dalam kehidupan akan muncul kemudian dengan memperbanyak latihan. 2.2.6 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Membaca Bahasa Arab siswa kelas XI IPS MAN Demak Standar Kompetensi membaca di MAN Demak kelas XI IPS semester genap adalah memahami wacana tulis berbentuk paparan atau dialog tentang fasilitas umum. Tabel 2.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Membaca Bahasa Arab siswa kelas XI IPS MAN Demak No Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1 Memahami wacana tulis berbentuk paparan atau dialog tentang fasilitas umum. 1. Melafalkan dan membaca nyaring kata, kalimat dan wacana tulis secara tepat dan benar. 2. Mengidentifikasi bentuk dan tema wacana secara tepat dan benar. 3. Menemukan makna dan gagasan atau ide wacana secara tepat.

2.2.7 Tes Keterampilan Membaca

Tes kemampuan membaca diartikan sebagai kemampuan untuk memahami informasi yang disampaikan pihak lain melalui sarana tulisan. Tes kemampuan membaca dimaksudkan untuk mengukur kompetensi siswa memahami isi informasi yang terdapat dalam bacaan. Oleh karena itu, teks bacaan yang diujikan hendaklah yang mengandung informasi yang menuntut untuk dipahami Nurgiyantoro 2010:371. Nurgiyantoro menegaskan bahwa tes kemampuan membaca dimaksudkan untuk mengukur tingkat kemampuan kognitif siswa untuk memahami wacana tulis. Misalnya, kemampuan menemukan informasi tersurat maupun tersirat dalam suatu wacana tulis, menentukan ide pokok dalam suatu paragraf, menyimpulkan isi wacana dan menentukan tema atau judul bacaan. Persoalan yang muncul dalam tes keterampilan membaca adalah bagaimana mengukur kemampuan pemahaman isi pesan tersebut, yaitu apakah sekadar menuntut siswa memilih jawaban yang telah disediakan atau menanggapi dengan bahasa sendiri. Selama ini, bentuk soal yang lazim dipakai adalah merespon jawaban yang telah dibuat dan belum terlihat memaksimalkan tugas- tugas yang menuntut siswa mendayakan potensi yang dimilki untuk merespon wacana dengan kemampuannya sendiri Nurgiyantoro 2010:376. Jika sebuah tes sekadar menuntut siswa mengidentifikasi, memilih atau merespon jawaban yang telah disediakan, misalnya bentuk soal objektif seperti pilihan ganda, tes itu merupakan tes tradisional. Sebaliknya, jika tes pemahaman pesan tertulis itu sekaligus menuntut siswa untuk mengkonstruksi jawaban sendiri, baik secara lisan maupun tertulis, maka tes itu menjadi tes otentik. Mengkonstruksi jawaban sendiri artinya peserta uji membuat jawaban sesuai dengan pemahamannya terhadap pesan dan kemampuannya membahasakan kembali baik secara tertulis maupun lisan. Kedua macam tes tersebut sama-sama diperlukan untuk mengukur hasil pembelajaran siswa. Pada ujian akhir yang waktunya dibatasi dalam hal pengerjaan oleh siswa maupun guru yang mengoreksi jawaban, soal bentuk tradisional tampak lebih efektif dipilih. Apalagi soal bentuk ini mampu menampung banyak soal sehingga validitas dan reliabilitas tes secara teoritis lebih memungkinkan untuk terpenuhi. Namun, untuk ujian proses yang sekaligus sebagai bagian strategi pembelajaran, tugas-tugas yang berkadar otentik yang sebaiknya dipilih Nurgiyantoro 2010:377.

2.2.8 Pengertian Metode dan Strategi