18 Pengukuran hasil belajar ranah afektif, perlu ketelitian, karena berkaitan dengan
kepribadian siswa. Ranah psikomotor berkaitan dengan kemampuan fisik, yaitu berkenaan
dengan keterampilan motorik dan saraf, manipulasi objek, dan koordinasi saraf. Pengukuran kemampuan pada ranah psikomotor, dilakukan terhadap hasil belajar
yang berupa penampilan, namun dalam pelaksanaannya disatukan dengan pengukuran ranah kognitif. Untuk mengukur hasil belajar psikomotor siswa, perlu
ada aktivitas dan unjuk kerja yang dilakukan. Pengukuran hasil belajar psikomotor siswa dilakukan pada proses dan hasil unjuk kerja siswa. Cara yang digunakan
untuk mengukur hasil belajar siswa pada ranah psikomotor, menggunakan matriks atau rubrik pengamatan.
Siswa dikatakan berhasil dalam belajarnya, jika siswa bisa mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Cara
yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah mencapai tujuan- tujuan tersebut, yaitu dengan melakukan evaluasi pembelajaran. Hal ni sesuai
dengan apa yang diungkapkan oleh Sunal 1993 dalam Susanto 2013: 5 bahwa evaluasi merupakan proses penggunaan informasi untuk mengetahui seberapa
efektif suatu program telah memenuhi kebutuhan siswa. Evaluasi pembelajaran dapat dijadikan sebagai timbal balik dari proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya.
2.1.4 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Pada proses pembelajaran, guru perlu memerhatikan berbagai hal dan kemungkinan yang akan terjadi, tidak terkecuali dalam penetapan model
19 pembelajaran. Hal ini tidak lain ditujukan untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah direncanakan sebelumnya. Salah satu yang jadi pertimbangan dalam memilih dan menetapkan model pembelajaran, yaitu tingkat perkembangan siswa.
Ketika guru mempertimbangkan tingkat perkembangan siswa, guru akan memahami apa saja yang dibutuhkan siswa untuk belajar pada usia
perkembangannya. Manfaat yang diperoleh guru setelah memahami kebutuhan siswa, yaitu guru lebih mudah dalam merencanakan tujuan pembelajaran, bahan
materi, dan prosedur yang akan digunakan dalam proses pembelajaran sesuai dengan karakteristik yang dimiliki siswa.
Susanto 2013: 70 menjelaskan bahwa anak yang ada di sekolah dasar masih tergolong anak usia dini, terutama pada kelas rendah. Masa usia dini
memang tergolong pendek, namun sangat penting dan memengaruhi kehidupan siswa di masa mendatang. Oleh karena itulah, pada masa usia ini, potensi yang
dimiliki harus dikembangkan secara optimal. Anak usia sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret, yaitu pada rentang usia 7-11 tahun. Ciri-ciri yang
muncul pada rentang usia ini yaitu: anak mulai memandang dunia secara objektif, berpikir operasional, dapat mengklasifikasikan benda berdasarkan tingkatan, dapat
menggunakan keterhubungan aturan, prinsip, dan hukum sebab-akibat, serta dapat memahami konsep substansi suatu benda Susanto 2013: 79.
Pada rentang usia sekolah dasar, siswa memiliki keunikan sendiri dalam melakukan aktivitasnya. Sumantri 2011: 6.3-4 menjelaskan bahwa karakteristik
perkembangan siswa sekolah dasar terbagi menjadi empat macam, yaitu senang bermain, bergerak, bekerja secara kelompok, dan memeragakan sesuatu secara
20 langsung. Karakteristik tersebut, terjadi secara alamiah sejalan dengan usia siswa.
Oleh karena itu, agar pembelajaran tetap berjalan dengan baik tanpa mengesampingkan karakteristik siswa, guru perlu memanfaatkan keaktifan dan
tingkah laku siswa dalam proses pembelajaran. Dalam merencanakan sebuah pembelajaran, guru perlu menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik materi dan kondisi siswa. Namun demikian, model pembelajaran yang digunakan, tentunya tidak dapat mencakup dan memenuhi semua
karakteristik yang dimiliki siswa. Oleh karena itu, guru perlu merencanakan pembelajaran dengan matang.
2.1.5 Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial IPS