55
3.8.3 Uji Reliabilitas Instrumen
Menurut Sukmadinata 2012: 228, “reliabilitas berkaitan dengan tingkat
keajegan atau ketetapan hasil pengukuran”. Penjelasan selanjutnya yaitu suatu instrumen dikatakan memiliki reliabilitas yang memadai, jika instrumen tersebut
digunakan mengukur aspek yang diukur beberapa kali hasilnya sama atau relatif sama. Menurut Arikunto 2012: 100-1,
makna “ajeg” atau “tetap” tidak dapat diartikan sebagai “sama”. Maksud ajeg atau tetap yaitu mengikuti perubahan
secara ajeg. Pengujian reliabilitas instrumen menggunakan rumus alpha Pengujian
inidilakukan karena dalam pengujian reliabilitas dilakukan sebanyak satu kali Riduwan 2011: 115. Pengujian reliabilitas dibantu dengan program SPSS versi
20 dengan menerapkan cronbachs alpha pada menu analyze – scale – reability
analysis. Untuk mengetahui instrumen reliabel atau tidak, yaitu dengan melihat nilai yang ditunjukkan pada kolom
crombach’s alpha. Jika nilai cronbachs alpha pada instrumen 0,6 atau lebih, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut
reliabel, namun jika nilainya kurang dari 0,6, maka instrumen tersebut tidak reliabel Priyatno 2012: 187. Rekapitulasi hasil pengujian reliabilitas instrumen
secara keseluruhan, dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut.
Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Reliability Statistics
Cronbachs Alpha n of Items
.930 32
56 Mengacu pada pendapat tersebut, nilai reliabilitas 0,930 atau lebih besar
dari 0,80, tingkat keajegan instrumen tersebut masuk dalam kategori baik. Data hasil pengujian reliabilitas selengkapnya pada tiap butir soal, dapat dilihat pada
lampiran 12.
3.8.4 Analisis Tingkat kesukaran
Arikunto 2012: 223 menjelaskan bahwa “bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran difficulty index
”. Soal yang terlalu mudah tidak akan mendorong siswa untuk berusaha
memecahkan permasalahan yang ada dalam butir soal. Sebaliknya, soal yang terlalu sulit akan membuat siswa putus asa, karena siswa berpikir bahwa
permasalahan dalam butir soal di luar kemampuannya. Indeks kesukaran disimbolkan “P” atau proporsi. Rentang nilai kesukaran
antara 0,00 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi nilai proporsi soal, semakin mudah soal tersebut. Sebaliknya, semakin rendah nilai proporsi soal, semakin
sukar soal yang diberikan kepada siswa.. Soal yang digunakan harus memenuhi kriteria kesukaran tes, meliputi soal mudah, sedang, dan sukar. Rumus untuk
menghitung tingkat kesukaran soal menurut Arikunto 2012: 223 yaitu:
Keterangan: P
: indeks kesukaran B
: banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS
: jumlah seluruh siswa peserta tes
57 Indeks kesukaran dapat diketahui melalui klasifikasi berikut:
P = 0,00 – 0,30 adalah soal sukar
P = 0,31 – 0,70 adalah soal sedang
P = 0,71 – 1,00 adalah soal mudah
Arikunto 2012: 225. Berdasarkan hasil penghitungan secara manual, diperoleh data tingkat
kesukaran butir soal sebagaimana yang disajikan pada Tabel 3.5. Data hasil pengujian tingkat kesukaran pada tiap butir soal dapat dilihat pada lampiran 13.
Tabel 3.5 Rekapitulasi Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal
Kriteria Nomor Soal
Mudah 2, 6, 13, 15, 19, 21, 22, 26, 27, 32, 33, 34,
dan 35 Sedang
3, 4, 5, 7, 9, 11, 12, 14, 20, 24, 28, 30, 31, 37, 38, dan 39
Sukar 8, 16, dan 25
3.8.5 Analisis Daya Pembeda