Analisis Stakeholders TINJAUAN PUSTAKA

lingkungan hidup. Sasaran pengelolaan kawasan lindung adalah meningkatkan fungsi lindung terhadap air, iklim, tumbuhan dan satwa serta nilai sejarah dan budaya bangsa serta mempertahankan keanekaragaman tumbuhan, satwa, tipe ekosistem dan keunikan alam. Menurut Keppres RI No. 32 tahun 1990, perlindungan terhadap kawasan hutan lindung dilakukan untuk mencegah terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi dan menjaga fungsi hidrologis tanah untuk menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air tanah, air permukaan. Menurut UU RI No. 41 tahun 1999 pasal 26 ayat 1 dan 2 dan PP RI No. 34 tahun 2002 tentang Tata Hutan Dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan Dan Penggunaan Kawasan Hutan pasal 18-21, pemanfaatan hutan lindung dapat berupa pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan dan pemungutan hasil hutan bukan kayu HHNK. Pemanfaatan hutan lindung dilaksanakan melalui pemberian izin usaha pemanfaatan kawasan, izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan dan izin pemungutan HHNK. Terdapat larangan melakukan kegiatan budidaya kecuali yang tidak mengganggu fungsi lindung berdasar Keppres RI No. 32 tahun 1990. Dengan tetap memperhatikan fungsi lindung kawasan yang bersangkutan di dalam kawasan lindung dapat dilakukan penelitian eksplorasi mineral dan air tanah, serta kegiatan lain yang berkaitan dengan pencegahan bencana alam. Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pertambangan dilakukan melalui pemberian izin pinjam pakai oleh Menteri dengan mempertimbangkan batasan luas dan jangka waktu tertentu serta kelestarian lingkungan tercantum dalam pasal 38 ayat 3 UU RI No. 41 tahun 1999. Dalam UU No. 41 pasal 38 ayat 4 tahun 1999 juga menegaskan bahwa pada kawasan lindung dilarang melakukan penambangan dengan pola pertambangan terbuka.

D. Analisis Stakeholders

Stakeholder adalah 1 pihak-pihak yang kepentingannya dipengaruhi oleh suatu isu atau pihak yang melakukan suatu kegiatan dan mempengaruhi isu; 2 pihak-pihak yang mempunyai informasi, sumberdaya dan keahlian yang dibutuhkan untuk strategi formulasi dan implementasi, dan 3 pihak-pihak yang mengatur alat relevan implementasi UN-HABITAT UNEP, 2001. Menurut Kulzick 1999, stakeholder adalah kelompok formal dan informal yang berbagi kepentingan teridentifikasi yang sama, menghasilkan sesuatu yang penting bagi organisasi dan mengharapkan timbal balik pamrih. Analisis stakeholder adalah alat vital untuk mengidentifikasi individu, kelompok dan organisasi yang memiliki kepentingan signifikan dan legitimasi dalam isu sosial UN- HABITAT UNEP, 2001. Gawler 2005 pun menyatakan bahwa analisis stakeholder merupakan langkah inisiasi penting dalam situasi analisis, karena mengidentifikasi seluruh stakeholder primer dan sekunder yang memiliki kepentingan dalam suatu isu dimana kebijakan berpengaruh. Tujuan analisis stakeholder adalah untuk membangun pandangan manusia dan institusional secara strategik serta hubungan antar stakeholder dan pertimbangan secara objektif. Pemahaman dalam saran dan kontribusi potensial dari berbagai stakeholder adalah syarat mutlak fundamental bagi suksesnya proses partisipasi pemerintah di bidang sosial dan analisis stakeholder adalah alat mendasar untuk mencapai pemahaman tersebut. Kulzick 1999 juga menyatakan bahwa analisis stakeholder merupakan alat yang dapat digunakan untuk menjembatani dalam situasi pengambilan suatu keputusan, dalam kondisi diikuti oleh berbagai stakeholder yang bersaing kepentingan, sumberdaya terbatas dan kebutuhan stakeholder harus seimbang. Untuk menjamin perwakilan seimbang, analisis harus menyelidiki dan mengidentifikasi para stakeholder dari berbagai aspek UN-HABITAT UNEP, 2001. Sebagai contoh, analisis harus memisahkan kelompok dan kepentingan teridentifikasi yang relevan kedalam sektor publik, sektor swasta dan sektor sosial dan kemasyarakatan. Sebagai tambahan, analisis dapat mengidentifikasi para stakeholder potensial untuk menjamin perwakilan yang tepat berkaitan dengan gender, budaya, kemiskinan atau kriteria lokal relevan lainnya. Melalui kategori tersebut, analisis juga dapat melihat batas-batas dari informasi, keahlian dan sumberdaya yang dimiliki para stakeholder terkait dengan isu. Walaupun demikian, analisis stakeholder hanya dapat mengidentifikasi stakeholder potensial yang relevan. Hal ini tidak menjamin bahwa para stakeholder tersebut akan menjadi pihak yang terlibat secara aktif dan berperan penting; penilaian lain juga dibutuhkan untuk menghasilkan kepentingan dan komitmen berkelanjutan. Menurut Gawler 2005, stakeholder dapat dikelompokkan kedalam stakeholder primer dan sekunder. Stakeholder primer atau stakeholder langsung adalah pihak-pihak yang; disebabkan kepemilikan kekuasaan, wewenang, tanggung jawab atau klaim atas sumberdaya, merupakan pihak sentral dalam inisiasi. Setiap keluaran dalam aksi yang dilakukan akan mempengaruhi pihak-pihak tersebut secara langsung, partisipasi mereka sangat penting. Stakeholder primer dapat meliputi komunitas lokal, swasta, pemerintah lokal dan nasional dan lain sebagainya. Kategori ini juga mencakup individu atau kelompok yang memiliki kekuasaan, mengontrol kebijakan, hukum atau sumberdaya dan yang memiliki kapasitas mempengaruhi keluaran. Sedangkan stakeholder sekunder atau stakeholder tidak langsung adalah pihak-pihak dengan kepentingan tidak langsung dalam keluaran. Pihak-pihak tersebut dapat meliputi konsumen, pendonor, pemerintah dan swasta. Stakeholder sekunder dibutuhkan keterlibatannya secara periodik, tetapi tidak untuk terlibat dalam keseluruhan aspek perencanaan danatau implementasi inisiasi. Prinsip dalam analisis stakeholder menjamin pengikutsertaan kelompok- kelompok yang relevan selama penyatuan sensitifitas gender. Prinsip-prinsip tersebut UN-HABITAT UNEP, 2001 adalah ƒ Keterlibatan;menjamin penyatuan keterlibatan dari keseluruhan berbagai stakeholder, termasuk kelompok marginal dan rentan. ƒ Hubungan; meliputi hanya para stakehoder relevan, yang memiliki peranan signifikan dalam proses tidak meliputi semua pihak. ƒ Sensitifitas gender; baik laki-laki maupun wanita mempunyai akses yang sama di dalam proses pengambilan keputusan. Dalam analisis kita melihat stakeholder dan hubungannya. Berbagai tipe hubungan memerlukan pula berbagai bentuk proses; beberapa bahkan memerlukan masukan lebih banyak dalam pemeliharaannya Allen Kilvington, 2001. Persamaan para stakehoder dapat menjadi spesifik, seperti individu atau kelompok. Pihak-pihak lainnya lebih ’tak berbentuk’ dan diharuskan berpikir lebih luas supaya dapat membentuk dan memelihara hubungan dengan pihak tersebut. Tahapan dalam kegiatan analisis stakeholder UN-HABITAT UNEP, 2001 adalah 1. Menentukan isu spesifik Pembagian dan identifikasi stakeholder ke dalam isu terkait, individu dan kelompok hanya dapat berperan konkrit dalam isu atau topik terkait. Oleh karena itu, proses identifikasi stakeholder berlaku khusus bagi isu spesifik. 2. Merinci stakeholder Terkait dengan isu spesifik, rincian stakeholder yang kemungkinan terkait secara luas, perlu dipersiapkan, di tuntun oleh kategori umum dari kelompok stakeholder publik, swasta dan kemasyarakatan, dengan sub-kategori untuk masing-masing, gender dan lain sebagainya. Mengidentifikasi pihak-pihak yang terpengaruh oleh atau mempengaruhi isu; mempunyai informasi, pengetahuan dan keahlian mengenai isu tersebut dan mengatur alat implementasi relevan terkait dengan isu. 3. Memetakan stakeholder Menganalisa rincian stakeholder dengan berbagai kriteria atau aspek. Hal ini akan membantu dalam menentukan kelompok stakeholder yang dapat menunjukkan perbedaan tingkatan kepentingan, kapasitas dan hubungan terhadap isu. Penguatan kelembagaan diperlukan dalam identifikasi ruang untuk keefektifan partisipasi stakeholder dan kemungkinan kesenjangan atau ’gap’ yang terjadi. Dalam laporan studi yang dilakukan CIFOR 2001, langkah-langkah dalam melakukan analisis stakeholder di kawasan hutan atau pedesaan adalah mengidentifikasi berbagai kelompok, sub-kelompok danatau kategori individu dan kepentingannya terhadap hutan atau desa, mengidentikasi hak, kewajiban dan keuntungan masing- masing stakeholder terhadap hutan, mengidentifikasi hubungan dan interaksi antara para stakeholder dalam kaitannya dengan hubungan kepentingannya terhadap hutan. Terakhir, menganalisa singkat berdasarkan interaksi-interaksi tersebut dan menghasilkan rekomendasi. Salah satu langkah penting yang harus dilakukan dalam analisis stakeholder adalah melakukan pengorganisasian para stakeholder kedalam matriks yang berbeda sesuai partisipasinya masing-masing; kekuasaan wewenang atau kepentingan atau personalitas masalah atau keinginan, suportif, antagonistik, konstruktif atau destruktif. Pengaturan para stakeholder sangat penting dilakukan dalam pelaksanaan penelitian atau pembuatan kebijakan, hal ini dilakukan supaya tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud. Cara yang dapat dilakukan dalam melakukan pengorganisasian stakeholder adalah dengan memilah stakeholder kedalam matriks pengaruh-kepentingan Gambar 3. Pengaruh Keterangan: A :Memonitor Monitor; minimum D C effort B :Pertahankan penginformasian Keep informed A B C : Pelibatan secara aktif Engage closely D :Pertahankan kepuasaan Keep Kepentingan satisfied Gambar 3. Matriks pengaruh-kepentingan stakeholder Stakeholder yang memiliki pengaruh dan kepentingan yang tinggi adalah individu atau organisasi yang berinteraksi baik langsung maupun tak langsung yang sangat kuat terhadap sumberdaya, sehingga stakeholder tersebut melakukan usaha tinggi dalam memuaskan keinginan dan perlu dilibatkan secara aktif dalam setiap pengambilan keputusan pada suatu isu. Stakeholder yang memiliki pengaruh dan kepentingan yang rendah, hanya perlu di monitor dengan usaha yang minimum. Untuk stakeholder yang berada diantaranya, perlu dilakukan pemberian informasi dan pemuasan yang seimbang.

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah dan Status Kawasan

Hutan Lindung Gunung Lumut HLGL pada tahun 1970-an masih merupakan areal konsesi Hak Pengusahaan Hutan HPH PT Perseroan Terbatas Telaga Mas. Pada tanggal 15 Januari 1983, kawasan ini ditunjuk sebagai hutan lindung berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 24KptsUm1983 tentang Rencana Pengukuhan dan Penatagunaan Hutan Propinsi Kalimantan Timur. Walaupun demikian status HLGL masih penunjukkan belum dikukuhkan. Sehingga secara legalitas, status HLGL masih lemah karena belum sah secara hukum. Kawasan HLGL merupakan satu dari empat hutan lindung yang berada di Kabupaten Pasir Propinsi Kalimantan Timur. Kawasan ini terletak di arah timur laut Tanah Grogot, ibukota Kabupaten Pasir dan berjarak ± 84 km dari Penajam. Luas keseluruhan kawasan HLGL adalah 35.350 Ha UPTD Planologi Kehutanan Balikpapan. Penataan batas pada kawasan HLGL telah dilakukan sebanyak tiga kali oleh tim orientasi tata batas dari Badan Planologi pada tahun 1986 dan 1990 serta UPTD Unit Pelaksana Teknis Daerah Planologi Kehutanan Balikpapan dan Dinas Kehutanan Kabupaten Pasir pada tahun 2003. Dengan panjang batas yang ditata batas berturut- turut adalah 100.975 Km, 20.600 Km dan 121.575 Km. Di sekitar kawasan hutan lindung terdapat 13 desa termasuk satu dusun berada dalam kawasan di empat kecamatan. Sampai saat ini kegiatan-kegiatan logging masih terjadi di dalam dan sekitar kawasan HLGL, baik yang secara legal oleh beberapa HPH di areal konsesi dan yang memiliki IUPHHK Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu maupun kegiatan illegal logging yang semakin meningkat. Kegiatan tersebut telah memberikan tekanan dan gangguan bagi keberadaan hutan lindung. Sejalan dengan itu, kesadaran dan pengetahuan sebagian masyarakat di dalam dan sekitar HLGL terhadap fungsinya masih kurang. Umumnya mereka memanfaatkan hutan dengan mengambil rotan dan madu yang merupakan produk hutan non-kayu. Namun sebagian masyarakat ada pula yang menebang kayu, baik untuk kebutuhan sendiri maupun dijual TBI Indonesia, 2004. B. Kondisi Fisik B.1. Letak dan Luas Kawasan HLGL terletak pada koordinat geografis 116 o 02’ 57’’- 116 o 50’ 41’’ Bujur Timur dan 01 o 19’ 18’’- 01 o 49’ 33’’ Lintang Selatan. Hutan lindung ini secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Batu Sopang, Muara Komam, Long Ikis dan Long Kali, di bawah pengawasan Dinas Kehutanan Kabupaten Pasir, Propinsi Kalimantan Timur.