Masalah hubungan antar manusia
Emosi-emosi yang kuat, salah persepsi, kurangsalah komunikasi, sikap negatif,
repetitif
Perbedaan data
Kurang informasi, perbedaan
Perbedaan nilai
pandangan, perbedaan
Nilai sehari-hari, nilai tetap, interpretasi pendefinisian diri
Tc Psi
Masalah struktural
Sumberdaya, waktu, faktor geografis, kekuasaan Subs
kewenangan pengambilan keputusan
Kepentinganminat
Tata cara Tc, Psikologis Psi, Substantif Subs
Gambar 1. Ruang-ruang konflik Fuad Maskanah, 2000
B. Pengelolaan Sumberdaya Hutan
Definisi hutan menurut UU RI No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan pasal 1 adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati
yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Dicantumkan pula pada pasal 6 ayat 1 bahwa hutan
mempunyai tiga fungsi yaitu fungsi konservasi, lindung dan produksi. Menurut Nilsson 1996 dalam Gardner dan Engelman 1999 dalam Suhendang 2002, macam-macam
fungsi hutan dapat dikelompokkan kedalam fungsi untuk 1 menghasilkan kayu industri industrial wood, untuk papan, kertas, kemasan dan lain-lain, 2 menghasilkan kayu
bakar dan arang fuel wood and charcoal, 3 menghasilkan hasil hutan bukan kayu Non-Wood Forest Products, 4 menyediakan lahan untuk pemukiman manusia human
settlement, 5 menyediakan lahan untuk pertanian agriculture land, 6 memberikan perlindungan terhadap siklus air dalam DAS Daerah Aliran Sungai dan pengendalian
erosi watershed protection and erosion control, 7 tempat penyimpanan carbon carbon storage, 8 pemeliharaan keanekaragaman hayati dan habitat biodiversity and habitat
preservation, dan 9 obyek ekoturisme dan rekreasi alam ecotourism and recreation. Hutan sebagai salah satu sistem penyangga kehidupan dan sumber
kemakmuran rakyat telah menurun kondisinya. Areal hutan produksi seluas ± 41 juta Ha
yang dikelola oleh 320 unit HPH, seluas ± 11.6 juta Ha 28 telah rusak, menjadi semak
belukar, tanah kosong dan ladang. Sedangkan dari areal eks 112 unit HPH dengan luas 5.7 juta Ha yang dikelola PT. INHUTANI I-V, seluas 2.6 juta Ha 45 telah rusak,
menjadi tanah kosong, semak belukar dan ladang. Rekalkulasi terhadap hutan lindung dan kawasan konservasi seluas
± 29.8 juta Ha menunjukkan hanya ± 6.7 juta Ha 54 dari hutan lindung dan
± 10.7 juta Ha 62 dari kawasan konservasi cagar alam, suaka
margasatwa, taman hutan raya dan taman nasional yang masih tersisa sebagai hutan primer Dephut, 2000 dalam Muhshi, 2004. Hal ini dapat mengancam keberlangsungan
kehidupan bangsa Indonesia khususnya pihak yang hidupnya tergantung pada keberadaan hutan. Peranan penting hutan sebagai bagian dari sumberdaya alam dalam
berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan lingkungan hidup, akan dirasakan manfaatnya apabila hutan terjamin eksistensinya sehingga dapat berfungsi secara
optimal. Fungsi-fungsi ekologi, ekonomi dan sosial dari hutan akan memberikan peranan nyata apabila pengelolaan sumberdaya alam berupa hutan seiring dengan upaya
pelestarian guna mewujudkan pembangunan nasional berkelanjutan Zain, 1998. Pengelolaan sumberdaya alam, antara lain hutan, adalah pemanfaatan dan
perlakuan terhadap ekosistem sumberdaya alam dengan menjaga kelestarian Soerianegara, 1996. Untuk menjaga kelestarian SDH dan keserasian serta
keseimbangan lingkungan hidup, pengelolaan SDH harus didasarkan pada asas-asas ekologi dan pendekatan ekosistem. Hal ini seiring dengan tujuan pemanfaatan dan
pengelolaan SDH ialah untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Soerianegara, 1996. Tujuan ini diperkuat oleh pasal 33 UUD 1945 sebagai
landasan konstitusional, pasal 3 UU RI No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan pasal 4 UU RI No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan. Seminar
Nasional Pengembangan Lingkungan Hidup di Jakarta tahun 1978 merumuskan kerangka pemikiran mengenai permasalahan, kebijakan dan program pengelolaan SDH
dalam rangka pengembangan lingkungan hidup Gambar 2. Negara Indonesia yang bersifat sektoral dan sentralis dari pengelolaan
sumberdaya alam telah membuat tiadanya ruang bagi masyarakat untuk memberikan kontrol dan lemahnya penegakan hukum dalam pengelolaan sumberdaya alam,
khususnya hutan Noorhalis, 2002. Hal ini menimbulkan berbagai konflik baik yang bersifat vertikal maupun horizontal Tabel 1. Konflik dalam pengelolaan SDH telah
berlangsung lama, sejalan dengan kebijakan HPH yang dikeluarkan pemerintah pada tahun 1970-an Wulan et al., 2004.
Implikasi kebijakan pembangunan sumberdaya alam yang dapat pulih
Sumberdaya di Sumberdaya hutan luar hutan SDH
Terutama Agro-forestry dan sumberdaya energi pedesaan
kayu bakar
Keadaan dan Masalah Kebijakan
Program
Gambar 2. Bagan pemanfaatan SDH dalam rangka pengembangan lingkungan hidup ubahan Direktorat Bina Program, 1978 dalam Soerianegara, 1996
Secara garis besar permasalahan yang mendalangi mismanagement hutan Indonesia disebabkan oleh kurangnya informasi yang memadai mengenai SDH itu
sendiri, baik sebagai sumber kayu dan hasil hutan non kayu lainnya; maupun sebagai satu unit ekosistem dengan unsur manusia yakni masyarakat lokal beserta ragam
interaksinya serta rendahnya kemampuan kebijakan dan aparat pemerintah dalam mengantisipasi perkembangan kebutuhan lokal, nasional dan internasional terhadap
keberadaan SDH Fuad Maskanah, 2000. Sumberdaya hutan dan sumberdaya alam lainnya secara luas adalah bagian dari ekosistem, dan ketika pembangunan sebagai
intervensi untuk meningkatkan kesejahteraan manusia dilakukan, akan terdapat dua persoalan penting berupa krisis akibat pembangunan. Yang pertama adalah krisis alam,
yaitu hancur atau rusaknya lingkungan segala makhluk akibat intervensi proyek-proyek pembangunan, terutama yang dilakukan tanpa visi ekosistemis. Dan yang kedua adalah
krisis keadilan, yakni terciptanya ketimpangan akses dan kontrol berbagai kelompok
Fungsi SDH: 1. Wadah plasma nutfah flora
dan fauna 2. Perlindungan tanah dan air
3. Pengatur udara dan cuaca 4. Produksi bahan
5. Produksi jasarekreasi 6. Cadangan lahan
Peningkatan kesejahteraan ekonomi
dan keseimbangan lingkungan hidup
ekologi Sarana:
- Perundangan-undangan
- Ketenagakerjaan
- Kelembagaan
- Pembiayaan
sosial kelas, gender, ras dan lain sebagainya, terhadap tanah dan kekayaan alam yang berada diatasnya dan apa yang terkandung didalamnya.
Tabel 1. Rekapitulasi Konflik Sumberdaya Alam SDA Tahun 1990-1996
No. Sumber Konflik
Jumlah Kasus
Jenis Konflik
Pelaku Konflik
1. HPH 8741 Pembakaran
areal, tumpang tindih status
lahan, konflik sosial Perusahaan, masyarakat
lokal dan pemerintah pusatdaerah
2. HTI 5757 Perubahan
status penggunaan kawasan,
mark-up dana reboisasi, konflik sosial
Perusahaan, masyarakat lokal dan pemerintah
pusatdaerah 3.
Perhutani 3097
Pencurian kayu, penjarahan lahan dan jati,
penyerangan petugas Perhutani, masyarakat
lokal dan komplotan pencuri
4. Tanah
1492 Sengketa lahan dan tanah,
penyalahgunaan HGU BPN, masyarakat,
Pemda dan perusahaan swasta
5. Taman Nasional
1492 Penebangan liar, tumpang
tindih status lahan, perladangan liar dan
penjarahan Masyarakat lokal, taman
nasional dan PKA 6.
Perkebunan 405
Penjarahan hasil kebun dan penyerobotan lahan
masyarakat Perusahaan negara,
perusahaan swasta dan masyarakat lokal
7. Etnis 331 Perang
antar etnis,
penyingkiran etnis, konflik sosial antara pendatang
dan penduduk asli Berbagai macam
kelompok etnis, perusahaan dan
pemerintah
Sumber: Pusat Dokumentasi dan Informasi Departemen Kehutanan dalam LATIN 1998 dalam Muhshi 2004
C. Kawasan Hutan Lindung