dalam Fuad Maskanah, 2000. Perspektif ekonomi-politik konflik adalah bagian yang terelakkan dari proses pembangunan yang mengutamakan industrialisasi tanpa
mempertimbangkan kepentingan penduduk yang kurang memiliki posisi tawar yang kuat dalam mengakses sumberdaya pembangunan Fuad Maskanah, 2000.
Perspektif sosio-kultural berkaitan dengan proses industrialisasi yang mensyaratkan adanya penyesuaian sikap mental, wawasan budaya terutama yang
menyangkut aspek disiplin, penghargaan terhadap waktu, etos kerja yang kuat, kebutuhan untuk berprestasi, kesediaan untuk masuk dalam persaingan dan
sebagainya. Penyesuaian ini membutuhkan waktu yang panjang, dan jika penyesuaian gagal dilakukan akan menyebabkan konflik. Nilai-nilai sosio-kultural menuntut pentingnya
menjaga harmoni, keselarasan dan kerukunan sosial Fuad Maskanah, 2000. Teori-teori mengenai berbagai penyebab konflik menurut Fisher et al. 2001
terbagi kedalam enam teori:
1. Teori Hubungan Masyarakat
Teori yang menganggap bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi, ketidakpercayaan dan permusuhan diantara kelompok yang berbeda dalam suatu
masyarakat.
2. Teori Negosiasi Prinsip
Teori yang menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang mengalami konflik.
3.Teori Kebutuhan Manusia
Teori yang berasumsi bahwa konflik yang berakar dalam disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia fisik, mental dan sosial yang tidak terpenuhi atau dihalangi. Keamanan,
identitas, pengakuan, partisipasi dan otonomi sering merupakan inti pembicaraan.
4. Teori Identitas
Berasumsi bahwa konflik disebabkan karena identitas yang terancam, yang sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan di masa lalu yang tidak diselesaikan.
5. Teori Kesalahpahaman Antar Budaya
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh ketidakcocokan dalam cara-cara komunikasi diantara berbagai budaya yang berbeda.
6. Teori Transformasi Konflik
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah-masalah sosial, budaya dan ekonomi.
A.3. Sifat dan Karakteristik Konflik
Menurut Hendricks 1996 terdapat beberapa karakteristik konflik, yaitu dengan meningkatnya konflik maka perhatian pada konflik itu juga meningkat, keinginan untuk
menang meningkat seiring dengan meningkatnya keinginan pribadi, orang yang menyenangkan dapat menjadi berbahaya bagi yang lain seiring dengan meningkatnya
konflik, strategi manajemen konflik yang berhasil pada tingkat konflik tertentu, sering tidak
efektif pada tingkat konflik yang lebih tinggi bahkan kadang-kadang menjadi tidak ada artinya; dan konflik dapat melampaui dari tahapan yang lazim. Karakteristik konflik
terakhir adalah orang tampak menjadi individu yang berbeda selama berada dalam konflik, tapi konflik yang terjadi pada seluruh tingkat organisasi dapat diidentifikasikan.
Dalam penyelesaian konflik pada umumnya digunakan beberapa titik tolak karena sifat konflik yang selalu identik dengan kehidupan manusia Fuad Maskanah,
2000, bahwa Konflik selalu ada, manusia hidup selalu berkonflik, sebab konflik terdapat di alam
dan hadir dalam kehidupan manusia, konflik selalu berubah dan sulit diramal kapan datangnya seperti cuaca.
Konflik menciptakan perubahan, konflik dapat mengubah pemahaman terhadap sesama. Konflik mendorong adanya klarifikasi pilihan-pilihan dan kekuatan untuk
mencari penyelesaiannya. Konflik selalu mempunyai dua sisi, konflik membawa potensi resiko dan potensi
manfaat secara inheren. Konflik menciptakan energi, baik yang bersifat destruktif atau kreatif atau keduanya
dan mempunyai sifat mengikat. Konflik dapat produktif atau non produktif, konflik yang produktif lebih mengacu
pada permasalahannya, kepentinganminat, prosedur dan nilai-nilai pemahaman yang mampu menghasilkan jalan keluar. Konflik yang non produktif cenderung
mengacu pada stereotip, komunikasi yang payah, sarat emosi, kurang informasi dan salah informasi yang menciptakan konflik.
Konflik dipengaruhi pola-pola biologi, kepribadian dan budaya, reaksi-reaksi psikologis memegang peranan emosional yang sangat kuat dalam mempengaruhi
proses konflik, dengan mengikuti gaya kepribadian dan psikologi seseorang. Budaya juga ikut membentuk aturan-aturan dan ritual yang membawa kita pada
konflik. Konflik mengandung berbagai makna “kaleidoskop”, konflik laksana drama yang
dapat dianalisa dengan memahami siapa, dimana, kapan dan mengapa. Konflik tidak menunjukkan adanya kebenaran utuh yang berdiri sendiri, melainkan berbagai
konstruksi dari realita. Konflik memiliki “daur hidup” dan “sifat-sifat bawaan”, konflik dapat bertransformasi,
bertambah cepat, perlahan menghilang atau berubah bentuk. Konflik menggugah manusia, konflik menjadi inspirasi bagi penulis, pemikir,
seniman, politisi, psikolog dan ahli filsafat.
A.4. Jenis dan Wujud Konflik
Menurut level permasalahannya, terdapat dua jenis konflik yakni konflik vertikal dan konflik horizontal Fuad Maskanah, 2000. Konflik vertikal terjadi apabila pihak
yang dilawan oleh pihak lainnya berada pada level yang berbeda, sehingga kaitan makro-
mikronya lebih cepat dapat diketahui. Sedangkan konflik horizontal, terjadi diantara masyarakat dengan anggota masyarakat lainnya. Menurut Hendricks 1996, jenis konflik
juga dapat dibedakan antara konflik intrapersonal dan interpersonal. Konflik intrapersonal melibatkan ketidaksesuaian emosi individu ketika keahlian, kepentingan, tujuan dan nilai-
nilai yang dihadapinya jauh dari menyenangkan. Konflik interpersonal melibatkan ketidaksesuaian emosi, kepentingan, tujuan dan nilai-nilai antara satu individukelompok
dengan individukelompok lain. Konflik dapat berwujud konflik tertutup latent, mencuat emerging dan terbuka manifest Moore, 1996 dalam Fuad Maskanah, 2000. Konflik
tertutup latent dicirikan dengan adanya tekanan-tekanan yang tidak tampak, tidak sepenuhnya berkembang dan belum terangkat ke puncak kutub-kutub konflik. Konflik
mencuat emerging adalah perselisihan antara pihak-pihak yang telah teridentifikasi, diakui adanya perselisihan, mayoritas permasalahannya jelas tetapi proses penyelesaian
masalahnya sendiri belum berkembang. Konflik terbuka manifest merupakan konflik dimana pihak-pihak yang berselisih terlibat secara aktif dalam perselisihan yang terjadi,
mungkin sudah memulai untuk bernegosiasi atau bahkan menemui jalan buntu.
A.5. Pengelolaan dan Penyelesaian Konflik
Konflik dapat dikelola melalui tiga dasar penyelesaian Condliffe, 1991 dalam Sardjono, 2004, yaitu: 1 Langsung antar pihak yang bersengketa one-to-one, dimana
masing-masing pihak yang bersengketa bertindak untuk menyelesaikannya sendiri; 2 Mewakilkan kepada pihak lain representational, dimana pihak-pihak yang bersengketa
diwakili pihak lain seperti pengacara, teman, kolega dan asosiasi resmi; dan 3 Menggunakan pihak ketiga third party, dimana peran pihak ketiga berdasarkan inisiatif
mereka sendiri atau atas permintaan kedua belah pihak yang bersengketa atau karena hak yang dimilikinya. Condliffe 1991 dalam Sardjono 2004, juga mengajukan delapan
prosedur umum dalam rangka penyelesaian konflik:
1. Lumping it