156 Kabupaten serta para guru dan pengawas jenjang SD 8-906
”. Selain itu, pada tanggal 19 Desember 2011 juga tertulis bahwa Dikpora mengadakan
workshop Penyelenggaraan Pendidikan dalam Perda No. 5 Tahun 2011 di Hotel Ros-in tanggal 12 Desember 2011 yang diikuti oleh Kepala Sekolah
RSBI di DIY. Berdasarkan hasil wawancara, seluruh guru kelas IV di SD se-Gugus 3 Kecamatan Lendah belum memahami hakekat Pembelajaran
Berbasis Budaya. Namun, saat peneliti melakukan observasi semua guru sudah melaksanakan Pembelajaran Berbasis Budaya. Seluruh guru juga
sudah mengetahui adanya peraturan dari pemerintah tentang Pendidikan Berbasis Budaya. Hanya saja dalam pelaksanaannya di kelas sesuai dengan
pemahaman masing-masing guru. Hal ini karena guru masih merasa belum memperoleh sosialisasi yang intensif dari pengawas.
3. Penilaian Pembelajaran Berbasis Budaya
Penilaian pada Pembelajaran Berbasis Budaya pada hakekatnya tidak semata-mata melalui tes hasil belajar saja. Paulina Pannen Suprayekti,
2009: 4.42-4.44 menyebutkan bahwa penilaian hasil belajar dalam Pembelajaran Berbasis Budaya menggunakan beragam cara dan
perwujudan, beragam teknik dan alat ukur, dan siswa bebas mengekspresikan keberhasilannya dalam beragam bentuk. Selain itu, dalam
Perda DIY Nomor 5 Tahun 2011 pasal 21 ayat 3 telah disebutkan bahwa penilaian hasil belajar pada pendidikan berbasis budaya dilaksanakan
dengan evaluasi berkesinambungan dan evaluasi otentik dengan menggunakan berbagai metoda. Adapun yang dimaksud dengan evaluasi
157 berkesinambungan adalah evaluasi hasil belajar yang diikuti dengan tindak
lanjutnya. Hasil evaluasi belajar digunakan sebagai bahan untuk menyempurnakan
program pembelajaran,
memperbaiki kelemahan
pembelajaran, dan kegiatan bimbingan belajar pada siswa yang memerlukannya. Sedangkan yang dimaksud dengan evaluasi otentik adalah
evaluasi yang berbasis kompetensi dimana siswa bisa dikatakan belajar dengan benar dan baik bila sudah bisa mengimplementasikan hasil belajar
dan mengaplikasikan keterampilannya dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, masing-masing guru
memiliki cara yang berbeda-beda dalam menilai siswa. Dari kelima guru tersebut, ada yang sudah menilai proses belajar siswa, ada pula yang belum.
Namun, hampir semua guru masih menggunakan tes untuk menilai hasil belajar siswa dan belum menilai proses belajar siswa. Evaluasi
berkesinambungan dan evaluasi otentik juga belum terlihat dalam pembelajaran IPS tersebut. Beberapa guru sudah mencoba menggunakan
beragam cara dan teknik untuk menilai hasil belajar siswa. Guru yang paling terlihat dalam menggunakan beragam cara dan
teknik menilai siswa adalah Nt dari SD N Jr. Berdasarkan hasil wawancara, beliau tidak hanya menilai siswa melalui tes hasil belajar, tetapi juga
melalui diskusi kelompok, tugas rumah baik secara kelompok maupun individu, dan hafalan siswa setelah guru menjelaskan. Guru yang
menggunakan beragam cara dalam menilai siswa selanjutnya adalah Sj dari SD N Sd. Beliau tidak hanya menilai siswa berdasarkan ulangan harian,
158 tetapi juga menggunakan hasil diskusi kelompok. Pada setiap pertemuan, Sj
selalu mengadakan evaluasi di akhir pembelajaran. Selain itu ada My dari SD N 1 Ld yang tidak hanya menilai hasil ulangan siswa, tetapi juga menilai
PR. Selain itu, My mencoba menilai hasil karya siswa yaitu kliping gambar alat komunikasi dan transportasi. Terakhir ada guru yang belum melakukan
penilaian Pembelajaran Berbasis Budaya yaitu ada SS dari SD N 2 Ld yang menilai siswa berdasarkan tes tertulis maupun lisan. Namun, terkadang SS
juga menilai hasil diskusi siswa. Selanjutnya ada LTP dari SD N Jt yang menilai hasil belajar siswa berdasarkan tes saja. Tes tersebut bisa dalam
bentuk tertulis maupun tanya jawab secara lisan. Berdasarkan penjelasan di atas, kelima guru cenderung menilai hasil
belajar daripada proses belajar siswa. Guru juga belum melakukan evaluasi otentik dan berkesinambungan sesuai dengan Perda Nomor 5 Tahun 2011
pasal 21 ayat 3. Namun, pada penilaian hasil ada tiga SD yang menggunakan beragam teknik dan alat ukur yaitu SD N Sd, SD N Jr, dan
SD N 1 Ld. Teknik dan alat ukur tersebut adalah hasil tes ulangan, tugas rumah, dan hasil diskusi kelompok saat pembelajaran di kelas.
4. Kendala Penerapan Pembelajaran Berbasis Budaya