Peraturan Daerah Provinsi DIY No 5 Tahun 2011 tentang

17 Pasal 42 ayat 1 tentang sarana: sumber, alat, dan media pembelajaran Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Beberapa pasal di atas hanyalah sebagian kecil yang berkaitan dengan standar atau kriteria minimal dalam penyelenggaraan pendidikan. Pasal-pasal tersebut berkaitan dengan tujuan penelitian ini, karena peneliti akan menggali lebih dalam tentang perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pada pembelajaran berbasis budaya. Pasal 20 digunakan peneliti untuk membuat analisis perencanaan pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP kelas IV. Selain itu peneliti juga menganalisis silabus berdasarkan BSNP yang merumuskan silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu danatau kelompok mata pelajarantema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokokpembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Unsur-unsur silabus tersebut digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis silabus mata pelajaran IPS kelas IV SD.

c. Peraturan Daerah Provinsi DIY No 5 Tahun 2011 tentang

Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan Berbasis Budaya Peraturan Daerah ini berisi tentang pengelolaan dan penyelenggaraan Pendidikan Berbasis Budaya di provinsi DIY. Artinya penyelenggaraan pendidikan di DIY berdasarkan sistem pendidikan nasional dengan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur budaya yang wajib 18 diterapkan pada setiap penyelenggara pendidikan dan satuan pendidikan. Dalam peraturan daerah tersebut, terdapat beberapa pasal yang mendukung penelitian ini meliputi: Pasal 1 ayat 8 tentang pengertian pendidikan berbasis budaya Pendidikan berbasis budaya adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk memenuhi standar nasional pendidikan yang diperkaya dengan keunggulan komparatif dan kompetitif berdasar nilai-nilai luhur budaya agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi diri sehingga menjadi manusia yang unggul, cerdas, visioner, peka terhadap lingkungan dan keberagaman budaya, serta tanggap terhadap perkembangan dunia. Pasal 1 ayat 21 tentang pendidikan formal yang berbasis budaya Pendidikan formal berbasis budaya yang selanjutnya disebut pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan anak usia dini yang berbentuk taman kanak-kanak, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi berbasis budaya dan mengembangkan serta mampu mentransfer nilai-nilai luhur budaya yang berkembang dalam proses penyelenggaraan pendidikan. Pasal 17 ayat 4 tentang pendidik Setiap pendidik dan tenaga kependidikan wajib mengembangkan pemahaman dan menerapkan nilai luhur budaya. Pasal 21 ayat 2 tentang penilaian pendidikan berbasis budaya Penilaian pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi: a. Mekanisme b. Prosedur c. Instrumen penilaian hasil belajar peserta didik Pasal 21 ayat 3 tentang pendekatan penilaian Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dilaksanakan dengan pendekatan evaluasi berkesinambungan dan evaluasi otentik dengan menggunakan berbagai metoda. Penjelasan: Evaluasi berkesinambungan adalah evaluasi hasil belajar yang diikuti dengan tindak lanjutnya, data hasil evaluasi belajar dimanfaatkan sebagai bahan untuk menyempurnakan program pembelajaran, memperbaiki kelemahan-kelemahan pembelajaran, dan kegiatan bimbingan belajar pada peserta didik yang memerlukannya. Evaluasi otentik adalah evaluasi yang berbasis kompetensi dimana peserta didik bisa dikatakan belajar dengan benar dan baik bila sudah 19 bisa mengimplementasikan hasil belajar dan mengaplikasikan keterampilannya dalam kehidupan sehari-hari. Adapun fokus pelaksanaan evaluasi otentik antara lain: mengevaluasi kemampuan peserta didik untuk menganalisa materi pembelajaran dan kejadian di sekitarnya, mengevaluasi kemampuan peserta didik untuk mengintegrasikan apa yang telah dipelajari, kreatifitas, kemampuan kerja sama, dan kemampuan mengekspresikan secara lisan dan praktek. Pasal 22 ayat 1 tentang penyelenggaraan pendidikan Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan untuk mewujudkan pendidikan berbasis budaya. Pasal 22 ayat 2 tentang penyelenggara pendidikan berbasis budaya Penyelenggaraan pendidikan berbasis budaya sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan melalui: a. pendidikan formal; b. pendidikan nonformal; dan c. pendidikan informal. Pasal 22 ayat 4 tentang keharusan melaksanakan pendidikan berbasis budaya Setiap penyelenggara pendidikan wajib melaksanakan pendidikan berbasis budaya. Pasal 22 ayat 5 tentang sanksi bagi yang tidak melaksanakan pendidikan berbasis budaya Setiap penyelenggara pendidikan yang tidak melaksanakan pendidikan berbasis budaya sebagaimana dimaksud pada ayat 4 dikenai sanksi administratif. Pasal 25 ayat 1 tentang penyelenggaraan pendidikan dasar yang berbasis budaya Penyelenggaraan Pendidikan Dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf b berupa bimbingan pembelajaran dengan memasukkan muatan nilai luhur budaya yang wajib diberikan kepada anak usia 7 tujuh tahun sampai dengan 15 lima belas tahun berdasarkan kurikulum pendidikan berbasis budaya. Pasal 25 ayat 3 tentang metode pembelajaran yang digunakan Metoda pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan melalui pengenalan, pemahaman, dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan teknologi, humaniora, kesenian, olahraga, dan kehidupan sosial serta budaya yang berkembang secara seimbang, sesuai perkembangan dan kebutuhan peserta didik. 20 Penjelasan: Dengan mengedepankan sifat “asah, asih, asuh”, serta menerapkan konsep “ngertiniteni”, “ngrasanirokke” dan “nglakoninambahi” sesuai dengan usianya. Pasal 35 tentang penilaian yang digunakan Penilaian hasil belajar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf b dilaksanakan dengan metoda evaluasi berkesinambungan dan evaluasi otentik dengan memperhatikan keunikan peserta didik yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Beberapa pasal di atas hanyalah sebagian kecil yang berkaitan dengan pengelolaan dan penyelenggaraan Pendidikan Berbasis Budaya di DIY. Pasal-pasal tersebut digunakan sebagai penekanan terhadap keharusan untuk menerapkan Pendidikan Berbasis Budaya di sekolah khususnya SD. Selain itu, ada pula pasal yang mendukung penelitian ini yaitu pasal 21 dan 35 yang membahas tentang penilaian dalam Pendidikan Berbasis Budaya, pasal 22 tentang penyelenggaraan Pendidikan Berbasis Budaya, serta pasal 25 tentang pelaksanaan Pendidikan Berbasis Budaya.

d. Lampiran Peraturan Gubernur DIY Nomor 68 Tahun 2012