1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi dan informasi yang pesat sebagai suatu proses globalisasi menyebabkan akulturasi budaya Indonesia dan budaya
asing. Hasyim Nardy 2012:25 menjelaskan bahwa akulturasi adalah proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu
dihadapkan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan
diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Hilangnya minat generasi muda bangsa untuk menjaga dan melestarikan berbagai kebudayaan Indonesia seperti tari, musik, dan berbagai
pakaian tradisional menyebabkan hilangnya kebudayaan tersebut sehingga terjadi klaim kebudayaan Indonesia oleh negara lain. Seperti berita yang
dilansir oleh Kompas melalui situs edukasi.kompas.com pada hari Kamis, 21 Juni 2012 bahwa wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wamendikbud
Bidang Kebudayaan di era kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono yaitu Wiendu Nuryanti mengatakan bahwa beberapa kebudayaan telah diklaim oleh
negara lain, seperti klaim kebudayaan Indonesia oleh Malaysia yaitu klaim kebudayaan “reog ponorogo” pada November 2007, lalu klaim terhadap lagu
daerah asal Maluku yang berjudul “Rasa Sayange” pada Desember 2008,
2 selanjutnya klaim terhadap Tari “Pendet” yang berasal dari Bali pada Agustus
2009, dan disusul dengan alat musik “Angklung” pada Maret 2010. Kebudayaan nasional merupakan sesuatu hal yang penting bagi
Indonesia dan merupakan salah satu unsur dalam menjaga rasa nasionalisme sebagai rakyat Indonesia. Hal tersebut sesuai dengan amanat ketentuan pasal
32 Undang-Undang Dasar 1945 yang menegaskan bahwa: “Negara
memajukan kebudayaan
nasional Indonesia
serta penjelasannya antara lain menyatakan usaha kebudayaan harus
menuju kearah kemajuan adab, budaya dan persatuan dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat
memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.”
Beranjak dari amanat tersebut, pemerintah berkewajiban untuk mengambil segala langkah dan upaya dalam usaha memajukan kebudayaan
bangsa dan negara agar tidak punah dan luntur karena merupakan unsur nasionalisme dalam memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan negara
Indonesia. Kebudayaan berkaitan dengan pendidikan. Menurut Bariroh Nizma dan Kusumawati Dwiningsih 2015: 31 menyatakan bahwa
pendidikan menjadi salah satu masalah yang penting dalam suatu negara, karena dengan pendidikan yang baik maka akan menghasilkan manusia
yang berkualitas dan mempunyai pengetahuan yang berguna untuk memajukan kehidupan bangsa yang mampu bersaing dengan dunia
internasional. Usaha yang dilakukan pemerintah untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dalam pendidikan yakni dengan meningkatkan
kualitas pendidikan sehingga kualitas sumber daya manusia juga akan meningkat.
3 Pendidikan sebagai salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa
mempunyai peran penting dalam proses pengenalan kebudayaan Indonesia sejak dini. Pada kurikulum KTSP, kebudayaan Indonesia dikenalkan kepada
siswa melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dalam materi pokok Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Indonesia pada Kompetensi Dasar 1.4
yaitu Menghargai Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Indonesia di kelas V sekolah dasar. Pada materi pokok tersebut dikenalkan berbagai suku dan
kebudayaan Indonesia seperti tarian, pakaian, rumah khas, dan kebudayaan lainnya dari berbagai daerah di Indonesia. Disinilah merupakan titik penting
dari awal pengenalan kebudayaan, dimana pembelajaran yang diberikan harus dapat diterima oleh siswa secara menyeluruh dan dengan perasaan senang.
Apabila siswa dapat memahami materi yang diberikan maka hal tersebut akan menjadi modal awal siswa untuk mengetahui dan menghargai kebudayaan-
kebudayaan Indonesia. Selain itu melalui pembelajaran di kelas guru menanamkan nilai karakter, sehingga siswa tidak hanya memahami materi
kebudayaan, namun juga memiliki rasa cinta sehingga akan timbul sikap ingin menjaga dan melestarikan budaya Indonesia tersebut. Hal tersebut
hanya akan dapat dicapai jika proses pembelajaran bermakna bagi siswa. Namun selama ini, berdasarkan observsi di SD Negeri Giwangan
Yogyakarta, pembelajaran masih didominasi menggunakan metode ceramah ataupun mencatat. Akibatnya anak kurang memahami materi yang
dipelajari. Dengan menggunakan media pembelajaran, maka pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan kebutuhan siswa. Menurut Kemp dan Dayton
4 Sanjaya, 2008: 210 beberapa manfaat penggunaan media pembelajaran
diantaranya yaitu penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar, pembelajaran dapat lebih menarik, pembelajaran dapat lebih interaktif,
kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan, dan sikap positif siswa terhadap materi pembelaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan.
Semakin luasnya kemajuan di bidang teknologi serta berkembangnya dinamika proses belajar maka pendidik memiliki tanggungjawab untuk
mengembangkan berbagai media pembelajaran yang luas sesuai dengan kebutuhan siswa. Perkembangan teknologi komputer terutama dalam bidang
perangkat lunak dapat diterapkan sebagai media pembelajaran. Komputer dapat menyajikan media pembelajaran dalam bentuk multimedia yang
memuat materi pembelajaran secara tekstual, audio maupun visual. Pembelajaran yang memuat materi dalam bentuk audio, visual, teks, gambar,
dan animasi merupakan ciri-ciri dari media pembelajaran interaktif. Salah satu perangkat lunak yang mendukung dalam mengembangkan media
pembelajaran interaktif adalah AutoPlay Media Studio 8. Berdasarkan hasil wawancara pada hari Senin, 1 Februari 2016
dengan Ibu Syam Mardini selaku Kepala Sekolah SD Negeri Giwangan, diketahui bahwa di SD Negeri Giwangan Yogyakarta memiliki fasilitas
penunjang pembelajaran yang cukup lengkap, seperti buku paket siswa, papan tulis, LCD proyektor, dan Laboratorium khusus komputer. Namun,
ketersediaan fasilitas tersebut belum dapat dioptimalkan penggunaannya dalam pembelajaran, misalnya LCD proyektor yang masih sangat jarang
5 digunakan. Hal ini dikarenakan sebagian besar materi pembelajaran
berbentuk media cetak hardcopy. Ketersediaan laboratorium khusus komputer juga dapat menunjang proses pembelajaran pada setiap mata
pelajaran, hanya saja penggunaannya masih terbatas pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi TIK. Padahal diketahui bahwa
penggunaan media pembelajaran dapat membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar terhadap siswa Azhar Arsyad, 2013: 19-20,
sehingga kurangnya media pembelajaran tersebut menyebabkan pembelajaran kurang interaktif dan anak sulit memahami materi yang dipelajari.
Dari segi pelaksanaan, pembelajaran sudah berlangsung cukup baik dimana guru telah berusaha mengkombinasikan beberapa jenis metode
pembelajaran seperti ceramah, diskusi, dan pemberian tugas. Namun dalam proses pengelolaan kelas, siswa terlihat masih kurang antusias dalam
mengikuti pembelajaran di kelas karena kurang adanya interaksi dalam metode pembelajaran yang diterapkan.
Sementara itu, dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Bapak Rian Okta Rahmana selaku Guru Kelas VA pada hari Jum’at, 5 Februari
2016, diketahui bahwa pembelajaran di SD Negeri Giwangan menggunakan kurikulum
KTSP. Namun, masih terbatasnya ketersediaan media pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran di kelas. Guru Kelas
VA juga mengemukakan bahwa media pembelajaran sangat mendukung untuk membantu siswa memahami materi-materi yang luas dan abstrak,
6 dalam hal ini adalah materi yang ada dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial. Melihat
fenomena di
atas maka
peneliti tertarik
untuk mengembangkan dan membuat suatu produk multimedia pembelajaran
interaktif dalam bentuk software yang bertujuan mengenalkan budaya Indonesia meggunakan aplikasi AutoPlay Media Studio 8 dengan judul
Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif Budaya Indonesia untuk Siswa Kelas V SD Negeri Giwangan.
B. Identifikasi Masalah