mempermudah analisis cerita novel The Tokyo Zodiac Murders ini penulis juga akan akan menjelaskan mengenai definisi novel, setting novel The Tokyo Zodiac Murders, biografi
pengarang dan psikoanalisa Sigmund Freud.
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
1.4.1 Tinjauan Pustaka
Di dalam karya sastra fiksi ada satu unsur intrinsik yang sangat menaruh peranan penting dalam jalannya cerita, unsur tersebut merupakan tokoh. Dalam karya sastra fiksi
tokoh mempunyai tugas yang sangat penting yaitu sebagai sosok yang benar-benar mengambil peran dalam jalannya cerita, dapat juga merupakan penyampai pesan, kesan,
amanat, moral atau sesuatu yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Tokoh dalam karya sastra fiksi merupakan tokoh yang dihasilkan pengarang murni
dari hasil pemikirannya. Boulton dalam Aminuddin 2010:79, mengungkapkan bahwa cara pengarang menggambarkan dan menunjukkan tokohnya itu ada bermacam-macam. Mungkin
pengarang menampilkan tokoh tersebut sebagai pelaku yang hidup di dunia nyata atau hanya di mimpi, pelaku yang mengemban tugas yang penting atau memiliki tujuan yang ingin
dicapai, pelaku yang hidupnya biasa seperti masyarakat kebanyakan, pelaku yang egois, mempunyai obsesi yang berlebihan dan hanya ingin keinginannya terpenuhi, atau bisa juga
pelaku yang mempunyai kelainan yang membuat ia berbeda dengan orang kebanyakan. Dalam cerita fiksi tokoh tersebut dapat berupa manusia, tumbuhan ataupun benda.
Tokoh adalah pelaku yang menyampaikan cerita. Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro 2009:165 tokoh cerita merupakan orang-orang yang ditampilkan dalam suatu
karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan
Universitas Sumatera Utara
dilakukan dalam tindakan. Dari kutipan diatas kita dapat mengetahui bahwa antara tokoh dan karakternya berhubungan erat dengan para pembaca.
Tokoh-tokoh dalam karya sastra fiksi biasanya memiliki kesamaan dengan manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Masing-masing individu memiliki watak yang
berbeda-beda sama halnya dengan tokoh yang ada di dalam karya sastra. Aminudin 2010:79 mengungkapkan Penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku. Dalam
upaya memahami watak pelaku pembaca dapat menelusuri melalui : a. Melalui tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya.
b. Melalui gambaran lingkungan kehidupannya. c. Menunjukan secara langsung bagaimana perilakunya.
d. Melihat bagaimana tokoh itu berbicara tentang dirinya sendiri. e. Memahami bagaimana jalan pikirannya.
f. Melihat bagamana tokoh lain berbicara tentang tokoh itu. g. Melihat tokoh-tokoh yang lain berbicara dengannya.
h. Melihat bagaimana cara tokoh itu bereaksi dengan tokoh yang lain. Setelah kita memahami watak yang terdapat di dalam karya sastra fiksi maka disitulah
kita dapat memahami bagaimana pengarang menampilkan tokoh dalam karya sastranya. Watak yang terdapat dalam masing-masing tokoh dapat menggambarkan psikologis dari
tokoh tersebut. Meskipun psikologis bukan merupakan unsur intrinsik yang mempengaruhi jalannya cerita tapi tidak dapat dipungkiri bahwa dengan adanya unsur psikologis sebagai
unsur ekstrinsik, jelas itu sangat mempengaruhi jalannya cerita dalam suatu karya sastra.
Universitas Sumatera Utara
Secara kategori, sastra berbeda dengan psikologi, sebab sebagaimana yang kita pahami sastra terkait dengan dunia fiksi, drama, puisi, esai yang diklasifikasikan ke dalam
seni art, sedangkan psikologi merujuk pada suatu studi ilmiah tentang perilaku yang dialami atau pun yang dilakukan manusia yang termasuk dalam proses mental. Atau dengan kata lain
gejala yang terdapat pada psikologi bersifat riil sedangkan dalam sastra gejalanya bersifat imajinatif. Namun, kedua hal tersebut memiliki titik temu atau kesamaan, yaitu keduanya
berangkat dari manusia dan kehidupan sebagai sumber kajian utama. Realita psikologis adalah salah satu realita yang paling sering muncul dalam sebuah
karya sastra contohnya di novel. Yang dimaksudkan realita psikologis disini ialah kehadiran suatu fenomena kejiwaan tertentu yang dialami oleh tokoh utama ketika bereaksi pada
lingkunganya dan mungkin juga terhadap dirinya sendiri. Bagian terbesar dari jiwa seseorang tidak dapat terlihat dari luar dan itu merupakan ketidaksadaran. Di samping itu Freud
mengatakan bahwa dalam diri setiap individu terdapat sistem kepribadian yaitu Id, Ego, Super Ego, Dinamika kepribadian yaitu Naluri Insting hidup dan mati.
Di dalam novel The Tokyo Zodiac Murders karya Soji Shimada ini dapat dilihat bahwa tokoh yang merencanakan rencana pembunuhan putri-putrinya untuk membuat suatu
karya seni baru sebenarnya dari awal tidak berniat untuk menjadi seorang pembunuh. Ia merencanakan hal itu karena obsesinya untuk menjadi seorang seniman yang berhasil
menciptakan sesuatu yang tidak pernah diciptakan oleh seniman-seniman lain. Psikologisnya jelas terganggu karena ia tidak lagi memperdulikan bahwa membunuh seseorang itu jelas
melanggar norma hukum maupun masyarakat. Selain itu karena sering menyendiri ia juga jarang mengungkapkan isi hati dan fikirannya kepada seseorang sehingga apapun yang
mengganggu hati dan fikirannya selalu ia simpan sendiri. Hal tersebut lambat laun membuatnya depresi dan mulai mengganggu psikologisnya. Lama kelamaan hal tersebut
menyebabkan terjadinya penyimpangan. Tanpa disadari tokoh mulai terkena perilaku
Universitas Sumatera Utara
penyimpangan seksual yang membuat ia tertarik dengan sebuah manekin yang di pajang di etalase toko. Sifat yang selalu mengurung diri mengakibatkan selain mengalami gangguan
psikologis ternyata tokoh juga mengidam penyakit yang lain.
1.4.2 Kerangka Teori