Dinamika Kepribadian Super Ego

Adapun fungsi pokok Super Ego itu dapat dilihat dalam hubungan dengan ketiga aspek kepribadian itu, yaitu : a Merintangi impuls-impuls Id, terutama impuls-impuls seksual dan agresif yang pernyataannya sangat ditentang oleh masyarakat. b Mendorong Ego untuk lebih mengejar hal-hal yang moralistis daripada yang realitis. c Mengejar kesempurnaan. Dalam keadaan biasa ketiga sistem kepribadian ini bekerja sama dengan diatur oleh Ego, kepribadian berfungsi sebagai kesatuan.

2.5.3 Dinamika Kepribadian

Menurut Freud semua orang termotivasi untuk mencari kepuasan dan mengurangi ketegangan serta kecemasan. Motivasi ini diperoleh dari energi fisik maupun psikis yang berasal dari dorongan-dorongan dasar. Dorongan-dorongan dasar sering diterjemahkan sebagai insting, namun sebetulnya lebih tepat jika disebut sebagai dorongan atau rangsangan. Dorongan-dorongan secara konstan bekerja sebagai kekuatan yang memotivasi, sebagai stimulus dari dalam diri dorongan-dorongan yang tidak dapat dihindari.

2.5.3.1 Naluri Insting

Menurut Freud dalam Sumadi 2007:103 di dalam diri setiap manusia ada dua macam insting-insting, yaitu : 1 Insting-insting hidup, dan 2 Insting-insting mati Universitas Sumatera Utara 1 Insting –insting Hidup Fungsi insting-insting hidup adalah melayani maksud individu untuk tetap hidup dan memperpanjang ras. Bentuk-bentuk utama daripada insting ini ialah insting-insting makan, minum, dan seksual. Bentuk energi yang dipakai oleh insting-insting hidup itu disebut “libido”. Walaupun Freud mengakui adanya bermacam-macam bentuk insting hidup, namun dalam kenyataannya yang paling diutamakan adalah insting seksual. 2 Insting-Insting Mati Insting-insting mati disebut juga insting merusak. Insting-insting ini berfungsinya kurang jelas jika dibandingkan dengan insting-insting hidup, karenanya tidak begitu dikenal. Akan tetapi adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri, bahwa tiap orang itu pada akhirnya akan mati juga. Inilah yang menyebabkan Freud dalam Sumadi 2007: 132 merumuskan bahwa “Tujuan semua hidup adalah mati”. Freud berpendapat bahwa tiap orang mempunyai keinginan yang tidak disadarinya untuk mati. Pendapat tentang adanya keinginan mati itu didasarkan kepada prinsip konstansi yang dirumuskan oleh Frechner, yaitu bahwa semua proses kehidupan itu cenderung untuk kembali kepada ketetapan dunia tiada kehidupan. Insting mati dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu Insting mati Intern dan Insting mati Ekstern. Insting mati Intern lebih kepada keinginan seseorang untuk mati atau membunuh dirinya sendiri karena dorongan-dorongan yang ia rasakan, sementara Insting mati Ekstern merupakan niatan untuk membunuh orang lain demi mencapai suatu keinginan yang ingin dicapai. Universitas Sumatera Utara Insting-insting hidup dan insting-insting mati dapat saling bercampur, saling menetralkan. Makan misalnya merupakan campuran dorongan makan dan dorongan destruktif, yang dapat dipuaskan dengan menggigit, mengunyah, dan menelan makanan.

2.5.3.2 Kecemasan

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya “anxiety” berasal dari Bahasa Latin “angustus” yang berarti kaku, dan “ango”, “anci” yang berarti mencekik. Menurut Freud dalam Alwisol 2009:28 mengatakan bahwa kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang melindungi ego karena kecemasan memberi sinyal kepada kita bahwa ada bahaya dan kalau tidak dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya itu akan meningkat sampai ego dikalahkan. Lingkungan mempunyai kekuatan untuk memberikan kepuasan dan mereduksikan tegangan, maupun menimbulkan sakit dan meningkatkan tegangan, dapat juga menyenangkan maupun mengganggu. Biasanya reaksi individu terhadap ancaman ketidaksenangan dan pengrusakan yang belum dihadapinya ialah menjadi cemas atau takut. Orang yang merasa terancam umumnya adalah orang yang penakut. Freud mengemukakan ada tiga macam kecemasan, yaitu : 1 Kecemasan realita adalah rasa takut akan bahaya yang datang dari dunia luar dan derajat kecemasan semacam itu sangat tergantung kepada ancaman nyata. 2 Kecemasan neurotik adalah rasa takut kalau-kalau insting akan keluar jalur dan tidak dapat dikendalikan sehingga menyebabkan seseorang berbuat sesuatu yang dapat membuatnya terhukum. Universitas Sumatera Utara 3 Kecemasan moral adalah rasa takut terhadap hati nuraninya sendiri. Orang yang hati nuraninya cukup berkembang cenderung merasa bersalah apabila berbuat sesuatu yang bertentangan dengan norma moral. Universitas Sumatera Utara

BAB III ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH HEIKICHI UMEZAWA

3.1. Ringkasan Novel

The Tokyo Zodiac Murders adalah novel yang menceritakan tentang suatu kasus pembunuhan berantai yang terjadi di Jepang pada tahun 1936 yang lebih dikenal dengan nama “Pembunuhan Zodiak di Tokyo”. Pembunuhan ini merupakan salah satu kasus yang paling aneh dan dan sukar untuk dipahami dalam sejarah dunia kriminal. Orang-orang yang terlibat dalam kasus ini bahkan tidak dapat membayangkan kejahatan semacam itu dapat terjadi, dan bagaimana cara untuk menemukan pembunuhnya. Tanpa diduga dibalik kasus pembunuhan ini terdapat suatu catatan tertinggal di lokasi pembunuhan yang dapat mengungkap misteri rahasia dibalik pembunuhan itu. Catatan itu ternyata dibuat oleh seorang seniman yang sangat terkenal pada saat itu. Seniman itu bernama Heikichi Umezawa. Heikichi merupakan seorang seniman yang terkenal di tahun 1930an. Di dalam catatan yang ditemukan di lokasi terbunuhnya Heikichi, terungkap bahwa ia sering mengalami depresi karena mendengar suara bisikan-bisikan asing, dan juga memiliki obsesi berlebihan untuk menciptakan suatu karya seni. Di dalam catatan itu terungkap rencana pembunuhan anak perempuan dan para keponakannya demi menghasilkan suatu karya seni. Sebelum terbunuh Heikichi meninggalkan suatu catatan dengan niatan untuk tidak menerbitkan catatan tersebut. Akan tetapi catatan itu pada akhirnya ditemukan di lokasi ia terbunuh. “Saya tidak menulis dengan niat untuk diterbitkan. Namun, saat tulisan ini mulai tersusun, saya harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa seseorang akan menemukannya. Oleh karena itu, izinkan saya memulai dengan mengatakan bahwa meskipun Universitas Sumatera Utara