23 4.
Risiko Bisnis Perusahaan yang memiliki risiko bisnis yang tinggi akan menggunakan
hutang yang lebih kecil untuk menghindari risiko kebangkrutan. 5.
Struktur Kepemilikan Institusional Perusahaan yang besar cenderung terdiversifikasi sehingga menurunkan
risiko kebangkrutan. Di samping itu, perusahaan yang besar lebih mudah dalam mendapatkan pendanaan eksternal.
6. Kondisi Internal Perusahaan
Kondisi internal perusahaan menentukan kebijakan penggunaan hutang dalam suatu perusahaan. Kondisi ini terutama pada manajerial perusahaan yang
menjalankan aktivitas utama perusahaan.
2.1.5 Teori Keagenan
Menurut Jensen dan Smith 1984, teori agensi merupakan konsep yang menjelaskan hubungan kontraktual antara principals dengan agents.
Principals merupakan pihak yang memberikan mandat kepada pihak lain. Dan agent merupakan pihak yang diberikan mandat untuk melakukan semua
kegiatan atas nama principals dalam kapasitasnya sebagai pengambil keputusan. Menurut Arief 2006, teori agensi atau juga disebut teori keagenan
merupakan basis teori yang menjadi dasar praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori
keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
24 adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang yaitu investor
dengan pihak yang menerima wewenang atau agensi, yaitu manajer. Pemisahan pemilik dan manajemen di dalam literatur akuntansi disebut
dengan Agency Theory teori keagenan. Teori ini merupakan salah satu teori yang muncul dalam perkembangan riset akuntansi yang merupakan modifikasi
dari perkembangan model akuntansi keuangan dengan menambahkan aspek perilaku manusia dalam model ekonomi. Teori agensi mendasarkan hubungan
kontrak antara pemegang sahampemilik dan manajemenmanajer. Menurut teori ini hubungan antara pemilik dan manajer pada hakekatnya sukar tercipta
karena adanya kepentingan yang saling bertentangan. Dalam kaitannya dengan kepemilikan, terdapat dua masalah keagenan,
yaitu masalah keagenan antara manajemen dan pemegang saham Jensen dan Meckling, 1976 dan masalah keagenan antara pemegang saham mayoritas dan
pemegang saham minoritas Shleifer dan Vishny dalam Wahyu, 2011. Masalah keagenan pertama terjadi pada saat kepemilikan saham terbagi
antara manajerial dengan pemegang saham namun pemegang saham secara individual tidak dapat mengendalikan manajemen. Akibatnya perusahaan
dijalankan dengan lebih mementingkan kepentingan manajerial perusahaan itu sendiri yang kemudian dapat merugikan pihak pemegang saham. Masalah
keagenan kedua terjadi pada saat terdapat pemegang saham mayoritas memiliki persentase yang lebih besar daripada manajerial maupun pemegang saham
lainnya, sehingga terdapat kejadian pemegang saham mayoritas yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25 mengendalikan manajemen untuk kepentingan pemegang saham itu sendiri,
yang memungkinkan pemegang saham mengalami kerugian yang cukup besar Sedangkan hubungan agensi antara pihak principal dengan pihak agent
berada pada hubungan dimana pihak principal menyewa pihak agent untuk bertindak memperjuangkan hak nya di dalam perusahaan. Principal dalam
kasus ini adalah pemegang saham, akan menfasilitasi agent untuk bertindak sebagai perwakilan dari principal dan mempercayakan kepentingannya kepada
agent. Sedangkan agent mendapatkan imbalan berupa gaji, bonus, atau dalam bentuk kompensasi lainnya. Biaya yang dikeluarkan untuk memonitor kinerja
manajerial ini lah yang disebut dengan biaya agensi atau agency cost.
2.1.6 Variabel Kontrol