67
Tabel 4.2 Kolmogrov-Smirnov Data Perusahaan Properti di Bursa Efek Indonesia
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 30
Normal Parameters
a
Mean .0000000
Std. Deviation .18617265
Most Extreme Differences
Absolute .096
Positive .096
Negative -.084
Kolmogorov-Smirnov Z .527
Asymp. Sig. 2-tailed .944
a. Test distribution is Normal. Sumber: Hasil Penelitian, 2014 Data diolah oleh peneliti
Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai Asymp.Sig 2-tailed adalah 0,944 dan di atas nilai signifikansi 0,05. Dengan kata lain variabel residual
berdistribusi normal. Nilai Kolmogrov-Smirnov Z lebih kecil dari 1,97 yaitu sebesar 0,527 berarti tidak ada perbedaan antara distribusi teoritik dan distribusi
empirik atau dengan kata lain data dikatakan normal.
4.5.2 Uji Heteroskedastisitas
Asumsi heteroskedastisitas adalah asumsi dalam regresi dimana varians dari residual tidak sama untuk satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Uji
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
68 untuk mengetahui heteroskedastisitas ini adalah dengan melihat penyebaran
dari varians residual pada diagram pencar scatterplot.
Sumber: Hasil Penelitian, 2014 Data diolah oleh peneliti
Gambar 4.3 Grafik Scatterplot Perusahaan Properti di Bursa Efek Indonesia
Pada Gambar 4.3 terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas. Hal ini menunjukkan tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai. Untuk memperoleh hasil heteroskedastisitas yang lebih signifikan dapat
dilakukan dengan menggunakan Uji Glejser.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
69
Tabel 4.3 Heteroskedastisitas Uji Glejser Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardiz
ed Coefficien
ts t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
9.148 1.070
8.551 .000
KepemilikanInstitusi onal
.005 .002
530 2.551 .017
KepemilikanManajer ial
.131 .210
.129 6.230 .438
a. Dependent Variable: KebijakanHutang
Sumber: Hasil Penelitian, 2014 Data diolah oleh peneliti
Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka terdapat indikasi terjadi heteroskedastisitas. Hasil
tampilan output SPSS yang tersaji dalam Tabel 4.3 dengan jelas menunjukkan bahwa variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi
variabel dependent absolut absut. Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansi dana jangka panajang diibawah tingkat signifikansi 5. Jadi disimpulkan
model regresi tidak mengalami heteroskedastisitas.
4.5.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terdapat korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
70 dengan variabel pengganggu pada periode sebelumnya. Gejala autokorelasi
dideteksi dengan menggunakan uji Durbin Watson DW. Kriteria pengambilan keputusan uji autokorelasi ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 4.4 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi
Sumber : Situmorang et al 2012 : 126
Tabel 4.5 Autokorelasi Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
1 .468
a
.219 .161
.19294 2.191
a. Predictors: Constant, KepemilikanManajerial, KepemilikanInstitusional b. Dependent Variable: KebijakanHutang
Sumber: Hasil Penelitian, 2014 Data diolah oleh peneliti
Pada hasil output SPSS yang digambarkan dalam Tabel 4.5 terlihat nilai DW sebesar 2,1910 dengan jumlah pengamatan sebanyak 30 dan kasus = 3,
maka nilai du = 1,7214 dan nilai dl = 3,3541. Melalui data tersebut diperoleh hasil bahwa 0 DW dl 0 2,1910 3,3541. Maka disimpulkan terjadi
autokorelasi positif pada model regresi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu dengan yang lainnya. Masalah
Hipotesis nol Keputusan
Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak
0 d dl Tidak ada autokorelasi positif
No decision dl
≤ d ≤ du Tidak ada korelasi negatif
Tolak 4 – dl d 4
Tidak ada korelasi negatif No decision
4 – du ≤ d ≤ 4 – dl
Tidak ada autokorelasi positif atau negatif
Tidak ditolak Du d 4 – du
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
71 ini muncul karena kesalahan pengganggu dari satu observasi tidak bebas ke
observasi lainnya. Deteksi terhadap autokorelasi dapat juga dilakukan dengan metode The
Runs Test seperti dalam Tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6 Autokorelasi
‒ The Runs Test Runs Test
Unstandardized Residual
Test Value
a
.1605 Cases Test Value
15 Cases = Test Value
15 Total Cases
30 Number of Runs
16 Z
.000 Asymp. Sig. 2-tailed
.010 a. Median
Sumber: Hasil Penelitian, 2013 Data diolah oleh peneliti Hasil output SPSS menunjukkan bahwa nilai test adalah 0,1605 dengan
probabilitas 0,01. Nilai signifikansi berada di bawah 0,05 yang berarti tidak menerima hipotesis nol H
. Sehingga dapat disimpulkan bahwa residual bersifat random acak atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual dalam
penelitian perusahaan properti di Bursa Efek Indonesia.
4.5.4 Uji Multikolinearitas