Latar Belakang Permasalahan pelaksanaan simak bmn pada satker deputi i semester satu tahun anggaran 2015 bpom evi dwi pebriani 2015

pemerintahan LKPP tidak hanya merupakan alat pertanggungjawaban keuangan pemerintah saja, akan tetapi juga merupakan indikator kredibilitas dari pemerintah itu sendiri. Pengelolaan dan pertanggungjawaban atas Barang Milik Negara BMN merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara. Perihal terkait pengelolaan dan pertanggungjawaban BMN, dalam LKPP masuk komponen penyusunan Neraca. Salah satu upaya konkrit dalam mewujudkan azas akuntabilitas dan transparansi di lingkungan pemerintah dengan mengharuskan setiap entitas pelaporan pengelola keuangan negara untuk menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan. Satuan Kerja Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan Narkotika Psikotropika Zat Adiktif NAPZA Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia BPOM RI sebagai salah satu entitas pelaporan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib untuk menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada rakyat melalui lembaga legislatif serta untuk kepentingan pihak- pihak yang terkait. Salah satu bagian laporan yang tidak dapat terpisahkan dari laporan keuangan adalah laporan BMN yang menjadi pilar penting dalam penyusunan laporan keuangan KementerianLembaga yang terbentuk dari proses penatausahaan BMN di KementerianLembaga terkait. Penatausahaan BMN yang berkualitas meningkatkan penerapan siklus pengelolaan secara keseluruhan menjadi lebih baik, sehingga upaya konkret dalam mewujudkan 3 tiga T, yaitu tertib administrasi, tertib hukum, dan tertib fisik dapat terlaksana. Era baru proses penatausahaan BMN dalam rangka mendukung penyusunan laporan keuangan setiap entitas pelaporan pengelola keuangan negara ditandai dengan pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara SIMAK-BMN yang diterbitkan oleh Kementerian Keuangan RI melalui Peraturan Menteri Keuangan PMK No.171PMK.052007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat. Kewajiban untuk melaksanakan SIMAK-BMN disampaikan dengan jelas pada Bab IV tentang Sistem Akuntansi Instansi SAI bagian satu Pasal 18 PMK No.171PMK.052007 yang menyatakan bahwa setiap Kementerian NegaraLembaga wajib menyelenggarakan SAI untuk menghasilkan laporan keuangan. SAI terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan SAK, SIMAK-BMN, Sistem Akuntansi Bagian Anggaran Perhitungan dan Pembiayaan SA-BAPP. PMK No.171PMK.052007 telah mengalami dua kali perubahan. Perubahan pertama yaitu, PMK No.233PMK.052011 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat yang berbasis kas menuju akrualcash toward acrual CTA. Perubahan kedua yaitu, PMK No.213PMK.052013 Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat yang berbasis akrual. Perubahan kedua tersebut dalam rangka penerapan sistem akuntansi berbasis akrual sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 36 ayat 1 UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Pasal 70 ayat 2 UU No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Pasal 36 ayat 1 UU No.17 Tahun 2003 menyatakan bahwa ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat- lambatnya dalam 5 lima tahun. Selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran. Pasal 70 ayat 2 UU No.1 Tahun 2004 menyatakan bahwa ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat- lambatnya pada tahun 2008 dan selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas. Dalam rangka mendukung pelaksanaan SIMAK-BMN tersebut, Badan POM RI menyusun pedoman penatausahaan BMN Badan POM sebagai acuan yang lebih rinci bagi para pejabat struktural dan fungsional dalam melaksanakan penatausahaan BMN melalui aplikasi SIMAK-BMN di lingkungan satuan kerja masing-masing baik di pusat maupun di daerah melalui Keputusan Kepala BPOM RI Nomor HK.00.05.1.3898 Tahun 2009 tentang Pedoman Penatausahaan BMN BPOM. Selanjutnya dikarenakan adanya pertimbangan untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan kaidah pengelolaan BMN terbaru dan ketentuan perundang- undangan, maka pedoman tersebut direvisi. Revisi pertama berdasarkan Keputusan Kepala BPOM RI No.HK.04.1.24.12.13.6072 Tahun 2013 tentang Penerapan Pedoman Penatausahaan BMN BPOM. SIMAK-BMN sebagai sub-sistem dari Sistem Akuntansi Instansi SAI selain Sistem Akuntansi Keuangan SAK disajikan untuk meningkatkan pemahaman serta kontrol yang sistematis, sehingga sesuai struktur Unit Akuntansi Barang melekat kewajiban untuk penyusunan laporan BMN, dalam rangka penyusunan laporan keuangan instansi. SIMAK-BMN dan SAK dalam lingkup instansi yang merupakan sub-sistem harus saling berjalan simultan, sehingga bisa dilakukan check and balance antara arus uang dan arus barang. Selanjutnya produk hasil yang diharapkan dari seluruh sistem akuntansi tersebut adalah laporan keuangan yang transparan dan akuntabel. Salah satu indikator yang mencerminkan tingkat akuntabilitas dan transparansi Laporan Keuangan Kementerian Lembaga LKKL adalah hasil audit atau pendapat auditor internaleksternal terhadap LKKL terkait. Gambaran secara umum kualitas dari semua LKKL tercermin dari opini Badan Pemeriksa Keuangan BPK atas LKKL, opini terhadap LKKL mulai diberikan sejak tahun 2006. Daftar opini BPK terhadap LKKL akan disajikan dalam tabel sebagai berikut: TABEL 1.1 Perkembangan Opini BPK Tehadap LKKL Tahun 2006-2014 No. Opini 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 1. WTP 07 16 35 45 50 61 62 65 62 2. WDP 38 31 30 26 25 17 22 19 18 3. TMP 36 33 18 8 02 02 03 03 07 4. TW - 01 - - - - - - - Jumlah 81 81 83 79 77 80 87 87 87 Sumber: httpwwwbpk.go.idlkpp GAMBAR 1.1 Grafik Perkembangan Opini BPK Terhadap LKKL Tahun 2006 - 2014 10 20 30 40 50 60 70 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 WTP WDP TMP TW Sesuai dengan Laporan Hasil Pemeriksaan LHP yang terakhir Nomor 74 tanggal 25 Mei 2015, BPK telah memberikan opini Wajar Dengan Pengecualian WDP atas LKPP 2014. LKKL pada tahun 2014 dipaparkan dengan rincian sebanyak 62 LKKL-Wajar Tanpa Pengecualian WTP, 18 LKKL-WDP, 7 LKKL-Tidak Memberikan Pendapat TMP, dan tidak ada LKKL-Tidak Wajar TW. Jumlah LKKL-WTP tersebut menurun dibandingkan dengan jumlah LKKL-WTP pada tahun 2013 yaitu sebanyak 65 LKKL. Temuan-temuan pemeriksaan BPK atas LKPP tahun 2014 masih terdapat permasalahan dalam penatausahaan dan pengamanan aset yang juga merupakan temuan pemeriksaan tahun 2012 dan 2013 silam. Laporan Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan LHP BPK Tahun 2014 berkenaan dengan BMN di antaranya: i penatausahaan, pencatatan, dan pelaporan Persediaan pada 35 KL belum memadai; ii penatausahaan dan pengamanan Aset Tetap pada 56 KL kurang memadai dan terdapat kelemahan pengendalian atas proses Normalisasi Data BMN; dan iii belum diterapkan Amortisasi atas Aset Tak Berwujud. Badan POM RI selaku KL memperoleh opini BPK sejak tahun 2006 cukup beragam. Tahun 2006 memperoleh opini WDP, tahun 2007-2009 WDP-Dengan Paragraf Penjelas DPP, tahun 2010 untuk pertama kalinya WTP-DPP, tahun 2011 akhirnya bisa meraih opini WTP tanpa DPP. Namun setelahnya tahun 2012 justru menurun tajam dengan hanya memperoleh opini TMPdisclaimer, tahun 2013 berangsur membaik lagi dengan memperoleh opini WDP dan terakhir tahun 2014 dengan opini WTP bisa diraih kembali. Salah satu temuan auditor BPK terhadap LKKL Badan POM RI yang selalu muncul setiap tahunnya adalah berkaitan dengan pengelolaan, penatausahaan, dan pelaporan BMN termasuk didalamnya adalah laporan keuangan Satuan Kerja Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan NAPZA. Hal ini sesuai dengan yang telah dijelaskan dalam LHP BPK yang terakhir yang menyampaikan bahwa masalah berkaitan tentang BMN masih selalu muncul dari tahun ke tahun. Salah satu bahan pertimbangan BPK dalam memberikan opini adalah terkait dengan kepatuhan terhadap perundang-undangan yang berlaku. Kemudian Satuan Kerja Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan NAPZA sebagai entitas akuntansi di lingkungan Badan POM RI secara tidak langsung turut mempengaruhi kualitas laporan keuangan Badan POM RI. Karena pada hakekatnya laporan keuangan Badan POM RI merupakan hasil kompilasi dari seluruh laporan keuangan entitas akuntansi yang ada. Dari kondisi yang penulis sampaikan di atas, untuk itu penulis tertarik untuk meneliti hal tersebut dan menuangkannya dalam bentuk tulisan yang berjudul “Pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara SIMAK-BMN pada Satuan Kerja Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan NAPZA Semester Satu Tahun Anggaran 2015 Badan POM”.

B. Fokus Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, maka fokus permasalahan penelitian ini adalah tentang “Bagaimana pelaksanaan SIMAK-BMN pada Satuan Kerja Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan NAPZA Semester Satu I Tahun Anggaran TA 2015 Badan POM?”

C. Tujuan Penelitian

Merujuk pada fokus masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan SIMAK-BMN pada Satuan Kerja Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan NAPZA Semester I TA 2015 Badan POM.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Terhadap Dunia Akademik

Manfaat penulisan ini untuk kepentingan dunia akademik, diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan sumbangan pemikiran di dunia manajemen keuangan negara terutama yang berkaitan dengan BMN. Serta dapat digunakan oleh peneliti selanjutnya sebagai referensi dalam rangka penyempurnaan dan memperluas penelitian. Selain itu penelitian ini untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat ujian kesarjanaan strata satu ilmu administrasi pada STIA-LAN serta dapat meningkatkan daya analisis dan keahlian penulis.

2. Manfaat Terhadap Dunia Praktis

Manfaat penulisan ini terhadap dunia praktis, yaitu hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan saran-saran untuk para pejabat dan pegawai dalam meningkatkan kualitas pelaporan BMN sehingga tercipta tertib administrasi sekaligus meningkatkan kinerja satuan kerja pada Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan NAPZA Badan POM RI.