2. Manfaat Terhadap Dunia Praktis
Manfaat  penulisan  ini  terhadap  dunia  praktis,  yaitu hasil  dari penelitian  ini diharapkan  dapat  menyumbangkan  saran-saran  untuk para
pejabat  dan  pegawai  dalam meningkatkan kualitas  pelaporan BMN sehingga  tercipta  tertib  administrasi  sekaligus  meningkatkan  kinerja
satuan  kerja  pada  Deputi  Bidang  Pengawasan  Produk  Terapetik  dan NAPZA Badan POM RI.
BAB II KERANGKA TEORI
A. Tinjauan Teori dan Konsep Kunci
1. Tinjauan Teori
a. Pengertian Pelaksanaan
Menurut  Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia  online  pengertian pelaksanaan  adalah  “proses,  cara,  perbuatan  melaksanakan  dari  suatu
rancangan keputusan dan sebagainya”. Pelaksanaan adalah suatu tindakan dari sebuah rencana yang sudah
disusun  secara  matang  dan  terperinci,  implementasi  biasanya  dilakukan setelah  perencanaan  sudah  dianggap  siap.  Secara  sederhana
pelaksanaan  bisa  diartikan  penerapan.  Majone  dan  Wildavsky mengemukakan  pelaksanaan  sebagai  evaluasi.  Browne  dan  Wildavsky
mengemukakan  bahwa  pelaksanaan  adalah  perluasan  aktivitas  yang saling menyesuaikan Usman, 2002:70.
Pengertian-pengertian di
atas memperlihatkan  bahwa
kata pelaksanaan  bermuara  pada  aktivitas, adanya  aksi,  tindakan,  atau
mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa pelaksanaan  bukan  sekedar  aktivitas,  tetapi  suatu  kegiatan  yang
terencana  dan  dilakukan  secara  sungguh-sungguh  berdasarkan  norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.
Pelaksanaan merupakan
aktifitas atau
usaha-usaha yang
dilaksanakan  untuk  melaksanakan  semua  rencana  dan  kebijaksanaan yang  telah  dirumuskan  dan  ditetapkan  dengan  dilengkapi  segala
kebutuhan,  alat-alat  yang  diperlukan,  siapa  yang  melaksanakan,  dimana tempat  pelaksanaannya  mulai  dan  bagaimana  cara  yang  harus
dilaksanakan,  suatu  proses rangkaian  kegiatan  tindak  lanjut  setelah program  atau  kebijaksanaan  ditetapkan  yang  terdiri  atas  pengambilan
keputusan,
langkah yang
strategis maupun
operasional atau
kebijaksanaan menjadi  kenyataan  guna  mencapai  sasaran  dari  program yang ditetapkan semula Abdullah,1988:40.
Dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan adalah tindakan dari sebuah rancangan atau rencana yang saling menyesuaikan untuk mencapai suatu
tujuan yang telah ditentukan. Menurut  Teori  Implementasi  Kebijakan  George  Edward  III    yang
dikutip  oleh  Budi  Winarno,  faktor-faktor  yang  mendukung  pelaksanaan kebijakan, yaitu :
a. Komunikasi
Ada  tiga  hal  penting  yang  dibahas   dalam  proses  komunikasi kebijakan, yakni transmisi, konsistensi, dan kejelasan clarity. Faktor
pertama  yang  mendukung  pelaksanaan  kebijakan  adalah  transmisi. Seorang pejabat yang berkewajiban melaksanakan keputusan harus
menyadari  bahwa  suatu  keputusan  telah dibuat  dan  suatu  perintah untuk pelaksanaannya  telah  dikeluarkan.  Faktor  kedua  yang
mendukung  pelaksanaan  kebijakan  adalah  kejelasan,  yaitu  bahwa petunjuk-petunjuk pelaksanaan kebijakan tidak hanya harus diterima
oleh  para  pelaksana  kebijakan,  tetapi  komunikasi  tersebut  harus jelas. Faktor ketiga yang mendukung pelaksanaan kebijakan adalah
konsistensi, yaitu  jika  pelaksanaan  kebijakan  ingin  berlangsung efektif,  maka  perintah-perintah  pelaksanaan  harus  konsisten  dan
jelas.
b. Sumber Daya resources
Sumber daya vital yang mendukung pelaksanaan kebijakan meliputi staf  yang  memadai  serta  keahlian-keahlian  yang  baik  untuk
melaksanakan  tugas-tugas  mereka,  wewenang  dan  fasilitas-fasilitas yang dapat menunjang pelaksanaan pelayanan publik.
c. Kecenderungan-kecenderungan atau Tingkah laku-tingkah laku.
Kecenderungan dari  para  pelaksana  mempunyai  konsekuensi penting  bagi  pelaksanaan  kebijakan  yang  efektif.  Jika  para
pelaksana  bersikap  baik  terhadap  suatu  kebijakan  tertentu  yang dalam  hal  ini  berarti  adanya  dukungan,  kemungkinan  besar  mereka
melaksanakan  kebijakan  sebagaimana  yang  diinginkan  oleh  para pembuat keputusan awal.
d. Struktur Birokrasi
Birokrasi  merupakan  salah  satu  badan  yang  paling  sering  bahkan secara  keseluruhan  menjadi  pelaksana  kebijakan,  baik itu  struktur
pemerintah  dan  juga  organisasi-organisasi swasta
Winarno, 2002:126-151.
Menurut  Teori  Proses  Implementasi  Kebijakan  menurut  Van  Meter dan  Horn  yang  dikutip  oleh  Budi Winarno,  faktor-faktor  yang  mendukung
pelaksanaan kebijakan yaitu: a.
Ukuran dan tujuan kebijakan. Dalam pelaksanaan  kebijakan,  tujuan dan  sasaran  suatu  program
yang akan  dilaksanakan  harus  diidentifikasi  dan  diukur  karena pelaksanaan  tidak  dapat  berhasil  atau  mengalami  kegagalan  bila
tujuan-tujuan itu tidak dipertimbangkan.
b. Sumber Kebijakan
Sumber  yang  dimaksud  adalah  mencakup  dana  atau  perangsang incentive  lain  yang  mendorong  dan  memperlancar  pelaksanaan
yang efektif.
c. Komunikasi antar organisasi dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan
Pelaksanaan  dapat  berjalan  efektif  bila  disertai  dengan  ketepatan komunikasi antar para pelaksana.
d. Karakteristik organisasi pelaksana
Karakteristik  organisasi  pelaksana erat  kaitannya  dengan  struktur birokrasi.  Struktur  birokrasi
yang  baik  akan  mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi kebijakan.
e. Kondisi ekonomi, sosial, dan politik.
Kondisi ekonomi, sosial, dan politik dapat mempengaruhi organisasi pelaksana dalam pencapaian pelaksanaan kebijakan.
f. Kecenderungan para pelaksana
Intensitas  kecenderungan  dari  para  pelaksana kebijakan akan mempengaruhi  keberhasilan  pencapaian  kebijakan  Winarno,
2002:110.
Menurut Bambang
Sunggono Sunggono,
1994:149-153, implementasi kebijakan mempunyai beberapa faktor penghambat, yaitu:
a. Isi Kebijakan
Pertama,  implementasi  kebijakan gagal  karena  masih  samarnya  isi kebijakan, maksudnya  apa yang  menjadi  tujuan  tidak  cukup
terperinci,  sarana-sarana  dan penerapan  prioritas,  atau  program- program kebijakan terlalu umum atau sama sekali tidak ada. Kedua,
karena  kurangnya ketetapan  intern  maupun  ekstern  dari  kebijakan yang
akan dilaksanakan.
Ketiga, kebijakan
yang akan
diimplementasikan  dapat  juga menunjukkan  adanya  kekurangan- kekurangan  yang  sangat  berarti.  Keempat,  penyebab  lain  dari
timbulnya  kegagalan  implementasi  suatu  kebijakan  publik dapat terjadi  karena  kekurangan-kekurangan  yang  menyangkut  sumber
daya-sumber  daya  pembantu, misalnya  yang menyangkut  waktu, biayadana dan tenaga manusia.
b. Informasi
Implementasi kebijakan  publik  mengasumsikan  bahwa  para
pemegang  peran  yang  terlibat  langsung  mempunyai  informasi  yang perlu  atau  sangat  berkaitan  untuk  dapat  memainkan perannya
dengan  baik.  Informasi  ini  justru  tidak  ada,  misalnya  akibat  adanya gangguan komunikasi.
c. Dukungan
Pelaksanaan  suatu  kebijakan publik  akan  sangat  sulit  apabila  pada proses  implementasinya tidak cukup dukungan untuk pelaksanaan
kebijakan tersebut.
d. Pembagian Potensi
Sebab  musabab  yang  berkaitan  dengan gagalnya implementasi suatu  kebijakan  publik  juga  ditentukan  aspek  pembagian  potensi
diantara para pelaku yang terlibat dalam implementasi. Dalam hal ini berkaitan  dengan  diferensiasi  tugas  dan  wewenang  organisasi
pelaksana.  Struktur  organisasi pelaksanaan  dapat  menimbulkan masalah-masalah  apabila  pembagian  wewenang  dan tanggung
jawab  kurang  disesuaikan  dengan  pembagian  tugas  atau  ditandai oleh adanya pembatasan-pembatasan yang kurang jelas Sunggono,
1994:149-153.
Suatu  kebijakan  akan  menjadi  efektif  apabila  dalam  pembuatan maupun  implementasinya didukung  oleh  sarana-sarana  yang  memadai.
Adapun  unsur-unsur  yang  harus  dipenuhi  agar  suatu  kebijakan  dapat terlaksana dengan baik, yaitu:
a. Peraturan  hukum  ataupun  kebijakan  itu  sendiri,  dimana  terdapat
kemungkinan adanya
ketidakcocokan-ketidakcocokan antara
kebijakan-kebijakan  dengan  hukum  yang  tidak  tertulis  atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat.
b. Mentalitas  petugas  yang  menerapkan  hukum  atau  kebijakan.  Para
petugas hukum secara formal yang mencakup hakim, jaksa, polisi, dan
sebagainya  harus  memiliki  mental  yang  baik  dalam melaksanakan menerapkan  suatu  peraturan  perundang-undangan
atau  kebijakan. Sebab  apabila  terjadi  yang  sebaliknya,  maka  akan terjadi gangguan-gangguan atau hambatan-hambatan dalam
melaksanakan kebijakanperaturan hukum.
c. Fasilitas,  yang  diharapkan  untuk  mendukung  pelaksanaan  suatu
peraturan  hukum.  Apabila  suatu  peraturan  perundang-undangan ingin  terlaksana  dengan  baik,  harus  pula  ditunjang  oleh  fasilitas-
fasilitas yang memadai agar tidak menimbulkan gangguan-gangguan atau hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya.
d. Obyek peraturan, dalam hal ini diperlukan adanya kesadaran hukum
objek  peraturan  tersebut, kepatuhan  hukum, dan  perilaku seperti yang  dikehendaki  oleh  peraturan  perundang- undangan  Sunggono,
1994:158.
b. Pengertian Sistem Informasi
Sistem  informasi  menurut  Robert  A.  Leitch  dan  K.  Roscoe  Davis Jogiyanto, 2005:18 adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang
mempertemukan  kebutuhan  pengolahan  transaksi  harian,  mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan
menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan. Sistem  informasi  merupakan  suatu  perkumpulan  data  yang
terorganisasi  beserta  tatacara  penggunaannya  yang  mencangkup lebih  jauh  dari  pada  sekedar  penyajian.  Istilah tersebut  menyiratkan
suatu maksud yang ingin dicapai dengan jalan memilih dan mengatur data  serta  menyusun  tatacara  penggunaannya.  Keberhasilan  suatu
sistem  informasi  yang  diukur  berdasarkan  maksud  pembuatannya tergantung pada tiga faktor utama, yaitu: keserasian dan mutu data,
pengorganisasian  data,  dan  tatacara  penggunaannya.  Untuk memenuhi permintaan penggunaan tertentu, maka struktur dan cara
kerja  sistem  informasi  berbeda-beda  bergantung  pada  macam keperluan  atau  macam  permintaan  yang  harus  dipenuhi.  Suatu
persamaan
yang menonjol
ialah suatu
sistem informasi
menggabungkan  berbagai  ragam  data  yang  dikumpulkan  dari berbagai  sumber.  Untuk  dapat  menggabungkan  data  yang  berasal
dari  berbagai  sumber  suatu  sistem  alih  rupa  transformation  data sehingga jadi tergabungkan compatible. Berapapun ukurannya dan
apapun  ruang  lingkupnya  suatu  sistem  informasi  perlu  memiliki ketergabungan  compatibility  data  yang  disimpannya  Al  Fatta,
2009:9.
Sutabri  2003:42  mengemukakan  definisi  sistem  informasi  adalah sebagai berikut:
Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan  kebutuhan  pengolahan  transaksi  harian  yang
mendukung  fungsi  operasi  organisasi  yang  bersifat  manajerial dengan  kegiatan  strategi  dari  suatu  organisasi  untuk  dapat
menyediakan  kepada  pihak  luar  tertentu  dengan  laporan-laporan yang diperlukan.
Berdasarkan  pendapat-pendapat  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa sistem  informasi  adalah  sekumpulan  prosedur  organisasi  yang
dilaksanakan  untuk  mencapai  suatu  tujuan  yaitu  memberikan  informasi bagi pengambil keputusan dan untuk mengendalikan organisasi.
c. Pengertian Sistem Informasi Manajemen SIM dan Sistem
Informasi Akuntansi SIA
Menurut  Barry  E.Cushing,  Sistem  Informasi  Manajemen  adalah “kumpulan  dari  manusia  dan  sumber  daya modal  di  dalam  suatu
organisasi  yang  bertanggung  jawab  mengumpulkan  dan  mengolah  data untuk  menghasilkan  informasi  yang  berguna  untuk  semua  tingkatan
manajemen  di  dalam  kegiatan  perencanaan  dan  pengendalian” Jogiyanto, 2005:14.
Sistem  Informasi  Manajemen menurut  Frederick  H.Wu  Jogiyanto, 2005:14  adalah  kumpulan  dari  sistem-sistem  yang  menyediakan
informasi untuk mendukung manajemen. Gordon  B.
Davis  menyampaikan  bahwa  “Sistem  Informasi Manajemen merupakan suatu sistem yang melakukan fungsi-fungsi untuk
menyediakan  semua  informasi  yang  mempengaruhi  semua  operasi organisasi” Jogiyanto, 2005:15.
Dari  pendapat-pendapat  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  Sistem Informasi
Manajemen adalah
kumpulan sumber
daya yang
mengumpulkan  dan  mengolah  data  untuk  menghasilkan  informasi  yang berguna untuk mendukung manajemen dalam setiap operasi organisasi.
Terdapat  beberapa  definisi  sistem  informasi  akuntansi  yang  telah dikemukakan oleh para ahli, yaitu sebagai berikut:
Menurut  Bodnar  dan  Hopwood  2010:1  sistem  informasi  akuntansi adalah  “An  accounting  information  system  is  a  collection  of  resources,
such  as  people  and  equipment,  design  to  transform  financial  and  other data  into  information”.  Pernyataan  Bodnar  dan  Hopwood  menjelaskan
bahwa  sistem  informasi  akuntansi  merupakan kumpulan  sumber  daya, seperti  manusia  dan  peralatan  yang  dirancang  untuk  mengubah  data
keuangan dan data lainnya ke dalam informasi. Sedangkan    menurut    Romney  dan    Steinbart    2009:28    sistem
informasi akuntansi adalah “An acconting information system is a  system that collect, records, stores and processes data to produce information for
decision  makers”.  Pernyataan  yang  dikemukakan  oleh  Romney  dan Steinbart  menjelaskan  bahwa    sistem    informasi  akuntansi  merupakan
sistem yang mengumpulkan, mencatat, menyimpan dan memproses data sehingga menghasilkan informasi untuk pengambil keputusan.
Adapun  menurut  Wilkinson  2010:7,  bahwa  sistem  informasi akuntansi adalah
“Unfined  structure  within  an  entity  such  as  business  firm  that employes  phsycal  resources  and other  components  to  transform
economics data into accounting information with purpose if statisfying the information needs of variety of users”.
Definisi  yang  disampaikan  oleh  Wilkinson  menjelaskan  bahwa  sistem informasi  akuntansi  adalah  bersatunya  sebuah  struktur  dalam  entitas
seperti  bisnis  perusahaan  yang  mempekerjakan  sumber  daya  dan komponen  lainnya  untuk  merubah  data  ekonomi  ke  informasi  akuntansi
dengan tujuan memuaskan kebutuhan para pengguna. Dapat  disimpulkan  bahwa  sistem  informasi  akuntansi  adalah  sistem
yang  mengumpulkan  data  dan  sumber  daya  keuangan  untuk  kemudian diproses
sehingga menghasilkan
informasi yang
memudahkan pengambilan keputusan para penggunanya.
d. Pengertian Akuntansi Pemerintahan
Pengertian Akuntansi Pemerintahan tidak bisa lepas dari pengertian akuntansi secara umum. Pengertian akuntansi mengalami perkembangan
dari tahun ke tahun, Charles T. Horngren dan Water T. Harrison 2007:4 menyatakan  bahwa:  “akuntansi  adalah  sistem  informasi  yang  mengukur
aktivitas bisnis,
memproses data
menjadi laporan,
dan mengkomunikasikan hasilnya kepada para pengambil keputusan”.
Menurut  Warren,  Reev,  Fees  2008:10,  “akuntansi  adalah  sistem yang  menghasilkan  laporan  kepada  pihak-pihak  yang  berkepentingan  itu
meliputi kreditor, pemasok, investor, karyawan, pemilik, dan lain-lain”. Pengertian akuntansi dalam PP No.24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan:
“Akuntansi adalah
proses pencatatan,
pengukuran,  pengklasifikasian,  pengikhtisaran,  transaksi  dan  kejadian keuangan, penginterpretasian atas hasilnya, serta penyajian laporan”.
Dari  uraian  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  akuntansi  adalah kegiatan  memproses  data  transaksi  dan  kejadian  keuangan  melalui
pencatatan,  pengukuran,  pengklasifikasian,  pengikhtisaran  menjadi sebuah laporan yang hasilnya untuk membantu para pengguna informasi
dalam pengambilan keputusan. Akuntansi  pemerintahan  merupakan  satu  bagian  dari  akuntansi  itu
sendiri  yang  ditetapkan  pada  unit-unit  organisasi  pemerintah.  Pengertian akuntansi  pemerintahan  yang  digunakan  secara  luas sebagai  rujukan
adalah  pengertian  yang  dipublikasikan  oleh National  Committee  on
Governmental  Accounting  NCGA.  Menurut  NCGA    akuntansi pemerintahan diartikan sebagai:
Accounting may be defined as the composite activities of analyzing, recording,  summarizing  and  interpreting  the  finacial  transaction  of
any  economic  enterprise. Governmental  accounting  may be  said  to comprise  these  same activities    for  governmental  entity,  that
organized  legislative,  executive,  and  judicial  machinery  of  the  state which by law governs and provide public service.
Bachtiar Arif  dkk 2002:3  memberikan  pengertian  akuntansi
pemerintahan secara umum sebagai berikut: Akuntansi pemerintahan adalah suatu aktivitas pemberian jasa untuk
menyediakan  informasi  keuangan  pemerintah berdasarkan  proses pencatatan,  pengklasifikasian,  pengikhtisaran  suatu  transaksi
keuangan  pemerintah  serta  penafsiran  atas  informasi  keuangan tersebut.
Dari  pengertian  akuntansi  pemerintahan  seperti  tersebut  di  atas dapat  disimpulkan  bahwa  definisi  akuntansi  pemerintahan  tidak  berbeda
dengan  definisi  akuntansi  kecuali  bahwa  akuntansi  pemerintahan diterapkan  pada  unit-unit  organisasi  pemerintah. Akuntansi pemerintahan
adalah  suatu  proses  aktivitas  untuk  menyediakan  informasi  transaksi ekonomi  dan  keuangan  pemerintah  berdasarkan  serangkaian  kegiatan
analisis,  pencatatan,  pengikhtisaran,  pelaporan,  serta  penafsiran transaksi-transaksi  keuangan  yang  dilakukan  oleh  unit-unit  organisasi
pemerintah.
e. Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat
SAPP
Pengertian SAPP menurut PMK No.213PMK.052013, yaitu:
Sistem  Akuntansi  dan  Pelaporan  Keuangan  Pemerintah Pusat  yang selanjutnya disebut SAPP adalah rangkaian sistematik dari prosedur,
penyelenggara, peralatan, dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi  sejak  pengumpulan  data,  pencatatan,  pengikhtisaran
sampai  dengan  pelaporan  posisi  keuangan  dan  operasi  keuangan pada Pemerintah Pusat.
Pemerintah  pusat  mencakup  seluruh  instansi  pemerintah  dan  sub bagiannya  yang  berada  dalam  kelompok:  Lembaga-lembaga Tinggi
Negara,  Kementerian  NegaraLembaga,  serta  pemerintah  daerah  yang sumber  dananya  berasal  dari  APBN.  Pemerintah  pusat  disini  tidak
termasuk  pemerintah  daerah  otonom  yang  sumber  dananya  berasal  dari APBD, Lembaga Keuangan Negara, Badan Usaha Milik Negara BUMN,
Badan Usaha Milik Daerah BUMD. SAPP  mempunyai  tujuan  untuk  menyediakan  informasi  keuangan
yang diperlukan dalam hal ini perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan,  pengendalian,  perumusan  kebijakan  pengambilan
keputusan  dan  penilaian  kinerja  pemerintah.  SAPP  juga  mempermudah pemeriksaan  terhadap  unit-unit  organisasi  pemerintah  pusat  oleh  aparat
pengawasan  secara  efektif  dan  efisien.  Selain  itu  SAPP  bertujuan  untuk mendukung  transparansi  laporan  keuangan  pemerintah  dan  akuntabilitas
keuangan  negara  dalam  mencapai  pemerintahan  yang  baik.  Berikut jabaran  tujuan  dan  ciri-ciri  pokok  SAPP  yang  tertuang  dalam  PMK
No.213PMK.052013: 1
SAPP bertujuan untuk: a
Menjaga  aset  Pemerintah  Pusat  dan  instansi-instansinya  melalui pencatatan,  pemrosesan,  dan  pelaporan  transaksi  keuangan  yang
konsisten sesuai dengan standar dan praktik akuntansi yang diterima secara umum;
b Menyediakan  informasi  yang  akurat  dan  tepat  waktu tentang
anggaran  dan  kegiatan  keuangan  Pemerintah  Pusat,  baik  secara nasional  maupun  instansi  yang  berguna  sebagai  dasar  penilaian
kinerja, untuk menentukan ketaatan terhadap otorisasi anggaran dan untuk tujuan akuntabilitas;
c Menyediakan  informasi  yang  dapat  dipercaya  tentang  posisi
keuangan  suatu  instansi  dan  pemerintah  pusat  secara  keseluruhan; dan
d Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan,
pengelolaan  dan  pengendalian  kegiatan  dan  keuangan  pemerintah secara efisien.
2 Ciri-ciri pokok SAPP:
a Basis Akuntansi
Basis  akuntansi  yang  digunakan  dalam  laporan  keuangan pemerintah  adalah  basis  akrual.  Penerapan  basis  kas  tetap
digunakan
dalam  penyusunan  Laporan  Realisasi  Anggaran sepanjang APBN disusun menggunakan pendekatan basis kas.
b Sistem Pembukuan Berpasangan
Sistem Pembukuan Berpasangan didasarkan atas persamaan dasar akuntasi  yaitu Aset  =  Kewajiban  +  Ekuitas.  Setiap  transaksi
dibukukan dengan  mendebet  perkiraan  dan  mengkredit  perkiraan yang terkait. Namun  demikian  untuk  akuntansi  atas anggaran
dilaksanakan secara single entry pembukuan tunggal.
c Desentralisasi Pelaksanaan Akuntansi
Kegiatan  akuntansi  dan  pelaporan  keuangan  entitas  dilaksanakan secara berjenjang oleh unit-Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
baik di kantor pusat instansi maupun di daerah.
d Bagan Akun Standar
SAPP  menggunakan  bagan  akun standar  yang  ditetapkan  oleh Menteri Keuangan yang berlaku untuk tujuan penganggaran maupun
akuntansi.
e Standar Akuntansi Pemerintahan SAP
SAPP mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan SAP dalam melakukan  pengakuan,  pengukuran,  penyajian  dan  pengungkapan
terhadap transaksi keuangan entitas pemerintah pusat.
Kerangka  umum  SAPP  sebagaimana  disebutkan  dalam  PMK No.213PMK.052013 adalah sebagai berikut:
GAMBAR 2.1 KERANGKA UMUM SAPP
Sumber: PMK No.213PMK.052013
Sub sistem akuntansi yang ada di SAPP yakni Sistem Akuntansi dan Pelaporan  Keuangan  Bendahara  Umum  Negara  SA-BUN  dan  SAI
memiliki  peranan  yang  cukup  besar  dalam  menentukan  kualitas  dari laporan  keuangan.  Berikut  jabaran  dari  subsistem  yang  ada  di  dalam
SAPP sebagaimana tertuang dalam PMK No.213PMK.052013: a.
Sistem  Akuntansi  dan  Pelaporan  Keuangan  Bendahara  Umum Negara SA-BUN
SABUN  dilaksanakan oleh Kementerian  Keuangan  selaku  BUN  dan Pengguna  Anggaran  Bagian  Anggaran  Bendahara  Umum  Negara  BA-
BUN. SA-BUN terdiri dari beberapa subsistem, yaitu: 1.
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pusat SiAP; 2.
Sistem  Akuntansi  dan  Pelaporan  Keuangan  Utang  Pemerintah SAUP;
3. Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Hibah SIKUBAH;
4. Sistem
Akuntansi  dan  Pelaporan  Keuangan  Investasi Pemerintah SAIP;
5. Sistem  Akuntansi  dan  Pelaporan  Keuangan  dan  Pelaporan
Penerusan Pinjaman SAPPP; 6.
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Transfer ke Daerah SATD;
7. Sistem  Akuntansi  dan  Pelaporan  Keuangan Belanja  Subsidi
SABS; 8.
Sistem  Akuntansi  dan  Pelaporan  Keuangan  Belanja  Lainnya SABL;
9. Sistem  Akuntansi  dan  Pelaporan  Keuangan  Transaksi  Khusus
SATK; dan 10.
Sistem  Akuntansi  dan  Pelaporan  Keuangan  dan  Pelaporan Keuangan Badan Lainnya SAPBL.
Dalam  pelaksanaan  SABUN,  Kementerian  Keuangan  selaku  BUN membentuk  Unit  Akuntansi  dan  Pelaporan  Keuangan  Bendahara  Umum
Negara sebagai berikut: 1.
Unit  Akuntansi  dan  Pelaporan  Keuangan  Bendahara  Umum Negara UABUN;
2. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pembantu Bendahara
Umum Negara UAPBUN; 3.
Unit  Akuntansi  dan  Pelaporan  Keuangan  Kuasa  Bendahara Umum Negara tingkat Pusat UAKBUN-Pusat;
4. Unit  Akuntansi  dan  Pelaporan  Keuangan  Koordinator  Kuasa
Bendahara  Umum  Negara  tingkat  Kantor Wilayah  UAKKBUN- Wilayah;
5. Unit  Akuntansi  dan  Pelaporan  Keuangan  Kuasa  Bendahara
Umum Negara
Tingkat DaerahKPPN
UAKBUN- DaerahKPPN;
6. Unit  Akuntansi dan  Pelaporan  Keuangan  Pembantu  Pengguna
Anggaran  Eselon  I  Bendahara  Umum  Negara  UAPPA-E1 BUN; dan
7. Unit  Akuntansi  dan  Pelaporan  Keuangan  Kuasa  Pengguna
Anggaran Bendahara Umum Negara UAKPA BUN. Pembentukan Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan lingkup BUN
dapat disesuaikan dengan karakteristik entitas. b.
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Instansi SAI Untuk  memenuhi  tujuan  menyediakan  informasi  keuangan  yang
diperlukan dalam
perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, penatausahaan,  perumusan  kebijakan,  pengambilan  keputusan,  dan
penilaian  kinerja  pemerintah.  Serta  sebagai  upaya  mempercepat penyajian  laporan  keuangan  dan  memudahkan  pemeriksaan  aparat
pengawas fungsional secara efektif dan efisien, maka disusunlah SAI. SAI dilaksanakan  oleh  KL  yang  memproses  transaksi  keuangan  baik  arus
uang maupun
barang. Sebagaimana
disebutkan dalam
PMK No.213PMK.052013  SAI  merupakan  serangkaian  prosedur  manual
maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran  sampai  dengan  pelaporan  posisi  keuangan  dan  operasi
keuangan  pada  kementerian  negaralembaga.  Lebih  lanjut  disampaikan dalam Bab IV Pasal 20 bahwa:
1 Setiap kementerian negaralembaga menyelenggarakan SAI.
2 SAI  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  1  diselenggarakan  secara
berjenjang  mulai  tingkat  Satker  sampai  tingkat  kementerian negaralembaga  termasuk    Satker    BLU    dan  SKPD  yang
mendapatkan alokasi
Dana Dekonsentrasi
Dana Tugas
Pembantuan. 3
SAI sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi: a
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan; dan b
Akuntansi dan Pelaporan BMN. 4
SAI sebagaimana dimaksud pada ayat 1 memproses data transaksi keuangan, barang, dan transaksi lainnya.
5 Pemrosesan  transaksi  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  4
dilakukan  dengan  menggunakan  Sistem  Aplikasi  Terintegrasi  untuk menghasilkan  Laporan  Keuangan  dan  laporan  barang  kementerian
negaralembaga. Atas dasar pernyataan ayat 5 Pasal 20 tersebut di atas, SAI terdiri
dari dua subsistem yang mempunyai hubungan data dan informasi yaitu: 1.
Sistem Akuntansi Keuangan SAK
SAK  adalah  subsistem  dari  SAI  yang  merupakan  serangkaian prosedur  yang  saling  berhubungan  untuk  mengolah  dokumen
sumber  dalam  rangka  menghasilkan  informasi  untuk  penyusunan neraca  dan  laporan  realisasi  anggaran  serta  laporan  manajerial
lainnya sesuai ketentuan yang berlaku. 2.
Sistem  Informasi  Manajemen  dan  Akuntansi  Barang  Milik  Negara SIMAK-BMN
SIMAK-BMN  adalah  sistem  terpadu  yang  merupakan  gabungan prosedur  manual  dan  komputerisasi  dalam  rangka  menghasilkan
data transaksi untuk mendukung penyusunan neraca. Di samping itu SIMAK-BMN  juga menghasilkan daftar  barang,  laporan  barang, dan
berbagai  kartu  kontrol  yang  berguna  untuk  menunjang  fungsi pengelolaan BMN.
SAI  akan  dapat  berjalan  apabila  memenuhi  unsur-unsur  pokok sebagai berikut:
1. FormulirDokumen Sumber
2. Jurnal
3. Buku besar
4. Buku pembantu
5. Laporan
Sistem  Akuntansi  dan  Pelaporan  Keuangan  akan  berjalan  dengan baik,  apabila  dalam  suatu  organisasi  selaku  unit  yang  melaksanakan
proses  akuntansi  dan sekaligus  membutuhkan  informasi  yang  dihasilkan,
dapat  mengkoordinasikan  unsur-unsur  menjadi  satu  kesatuan yang dilaksanakan  oleh  Unit  Akuntansi  dan  Pelaporan  Keuangan.  Dengan
alasan  tersebut  maka  untuk  melaksanakan  SAI,  KL  harus  membentuk Unit    Akuntansi    dan  Pelaporan    Keuangan    Instansi    sesuai    dengan
hierarki  organisasi  dengan  tujuan  agar  proses  akuntansi  dapat  berjalan dengan baik.
Unit Akuntansi dan Pelaporan Instansi terdiri dari Unit Akuntansi dan Pelaporan  Keuangan  dan  Unit    Akuntansi  dan  Pelaporan  BMN.
Pembentukan  kedua unit  akuntansi dan pelaporan  tersebut  dimaksudkan agar penyelenggaraan pencatatan atas transaksi aset berupa BMN terjadi
check  and  balance  sebagai  bagian  dari  penyelenggaraan  pengendalian internal di masing-masing unit akuntansi dan pelaporan pada KL.
Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan, terdiri dari: 1.
Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Kuasa Pengguna Anggaran UAKPA  yang  berada  pada  tingkat  satuan  kerja,  termasuk  SKPD
yang mendapatkan
alokasi Dana
Dekonsentrasi UAKPA
Dekonsentrasi  dan  SKPD  yang  mendapatkan  alokasi  Dana  Tugas Pembantuan UAKPA Tugas Pembantuan;
2. Unit  Akuntansi dan  Pelaporan  Keuangan  Pembantu  Pengguna
Anggaran  Wilayah  UAPPA-W  yang  berada  pada  tingkat  wilayah, termasuk
UAPPA-W Dekonsentrasi
dan UAPPA-W
Tugas Pembantuan;
3. Unit  Akuntansi  dan  Pelaporan  Keuangan  Pembantu  Pengguna
Anggaran Eselon 1 UAPPA-E1 yang berada pada tingkat Eselon 1; dan
4. Unit  Akuntansi  dan  Pelaporan  Keuangan  Pengguna  Anggaran
UAPA yang berada pada tingkat Kementerian NegaraLembaga. Sedangkan Unit Akuntansi dan Pelaporan BMN, terdiri dari :
1. Unit  Akuntansi  dan  Pelaporan  Kuasa  Pengguna  Barang  UAKPB
yang  berada  pada  tingkat  Satuan  Kerja,  termasuk  SKPD  yang mendapatkan  alokasi  Dana  Dekonsentrasi  UAKPB  Dekonsentrasi
dan  SKPD  yang  mendapatkan  alokasi  Dana  Tugas  Pembantuan UAKPB Tugas Pembantuan;
2. Unit    Akuntansi    dan    Pelaporan    Pembantu
Pengguna    Barang Wilayah  UAPPB-W  yang  berada  pada  tingkat  wilayah,  termasuk
UAPPB-W Dekonsentrasi dan UAPPB-W Tugas Pembantuan; 3.
Unit    Akuntansi    dan    Pelaporan    Pembantu    Pengguna    Barang Eselon  1 UAPPB-E1 yang berada pada tingkat eselon 1; dan
4. Unit Akuntansi  dan  Pelaporan  Pengguna  Barang  UAPB  yang
berada pada tingkat Kementerian NegaraLembaga. Pembentukan  Unit  Akuntansi  dan  Pelaporan  secara  berjenjang  dari
mulai  UAKPA,  UAPPA-W,  UAPPA-E1,  sampai  dengan  UAPA,  maupun Unit  Akuntansi  Pelaporan  BMN  tidak  secara  mutlak  diterapkan  untuk
masing- masing  KL.  Pembentukan  Unit  Akuntansi  dan  Pelaporan
tersebut,  harus  disesuaikan  dengan  karakteristik  masing-masing  KL khususnya dengan  memperhatikan struktur organisasi KL.
Pada tingkat wilayah, untuk kementerian negaralembaga yang tidak memiliki Kantor Wilayah, maka menunjuk salah satu satuan kerja sebagai
UAPPA-WUAPPB-W.  Sedangkan  apabila  dalam  satu  KL  terdapat beberapa UAKPA dari beberapa eselon I yang berbeda, namun demikian
hanya  memiliki satu  Kantor  Wilayah,  maka  UAPPA-W  dapat  dibentuk untuk masing-masing eselon I.
Untuk  KL  yang  tidak  memiliki  kantor  vertikal  di  daerah  dan  bukan pengguna  Dana  Dekonsentrasi  atau  DanaTugas  Pembantuan  tidak  perlu
membentuk  UAPPA-WUAPPB-W,  sehingga  jenjang  pelaporannya  dari UAKPA  langsung  ke  UAPPA-E1.  Semuanya  sesuai  dengan  yang
diamanatkan dalam PMK No.213PMK.052013. Mengingat pentingnya pembentukan  unit akuntansi  dan  pelaporan,
PMK  No.213PMK.052013  menyampaikan  bahwa  KL  wajib  menetapkan Unit  Akuntansi  dan  Pelaporan  Keuangan  serta  Unit  Akuntansi  dan
Pelaporan Barang pada level unit akuntansi dan pelaporan instansi. Hal ini bertujuan  agar  dalam  pelaksanaan  akuntansi  dapat  berjalan  lebih  tertib
dan  masing-masing  Unit  Akuntansi  dan  Pelaporan  bertanggung  jawab sesuai dengan kewenangannya masing-masing.
Pembentukan  Unit  Akuntansi  dan  Pelaporan  akan  terkait  dengan sumber  daya  manusia  yang  akan  melaksanakannya. Pengendalian
internal  akan  berjalan  maksimal  apabila  Unit  Akuntansi  dan  Pelaporan
Keuangan-Unit  Akuntansi  dan  Pelaporan  Barang  dilaksanakan  oleh pelaksana yang berbeda. Namun demikian, apabila dalam Unit Akuntansi
dan  Pelaporan  mengalami  kendala  dalam  jumlah  sumber  daya  manusia, maka  apabila  terjadi  rangkap  tugas  harus  dilakukan  supervisi  dengan
ketat  untuk  menghindari  kecurangan  dan  kesalahan  penyajian  laporan keuangan.
Unit-Unit  Akuntansi  dan  Pelaporan  Tingkat  Instansi  melaksanakan fungsi  akuntansi  dan  pelaporan  atas  pelaksanaan  anggaran  dan
penatausahaan  BMN  sesuai  dengan  tingkat  organisasinya.  Proses akuntansi  dan pelaporan  tersebut  menghasilkan  laporan  keuangan  yang
merupakan bentuk
pertanggungjawaban dan
akuntabilitas atas
pengelolaan  sumber  daya  ekonomi  yang  dikuasai  danatau  dimilikinya sesuai  dengan  kewenangannya  masing-masing.  Proses  akuntansi  dan
pelaporan  juga  menghasilkan  laporan  BMN  yang  selain  digunakan sebagai  bahan  penyusunan  neraca  juga  dapat  digunakan  untuk  tujuan
manajerial. Proses akuntansi dimulai dari verfikasi Dokumen Sumber. Dokumen
Sumber  utama  atas  terjadinya  transaksi  keuangan  di  lingkup  entitas pemerintah  terdapat  pada  UAKPA,  sehingga  proses  akuntansi  terhadap
dokumen  sumber  dilaksanakan  oleh  UAKPA.  Unit  Akuntansi  dan Pelaporan  pada  level  yang  lebih  atas,  mulai  UAPPA-W  sampai  dengan
UAPA,  hanya  merupakan  Unit  Akuntansi  dan  Pelaporan  Keuangan  yang
bertugas  menggabungkan  Laporan  Keuangan  dari  Unit  Akuntansi  dan Pelaporan di bawahnya.
Selain  proses  penelaahan  dokumen  sumber  dan  proses  akuntansi lainnya, untuk meyakinkan data atas Laporan Keuangan sebelum disusun
menjadi    Laporan    Keuangan    dan    disampaikan  kepada    stakeholder sesuai
dengan ketentuan,
dilakukan rekonsiliasi.
Rekonsiliasi meminimalisasi  terjadinya    perbedaan    pencatatan    yang    berdampak
pada  validitas  dan akurasi data yang disajikan dalam Laporan Keuangan. Dalam  hal  terjadi  perbedaan  data,  rekonsiliasi  dapat  mendeteksi  dan
mengetahui  penyebab- penyebab  terjadinya  perbedaan.  Pelaksanaan rekonsiliasi data Laporan Keuangan ini juga merupakan amanat dari Pasal
33  Peraturan  Pemerintah  Nomor  8  Tahun  2006  tentang  Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.
Rekonsiliasi  pada  Unit  Akuntansi  dan  Pelaporan  instansi  dibagi menjadi 2 dua macam yaitu:
1. Rekonsiliasi  internal,  yaitu  rekonsiliasi  data  untuk  penyusunan
laporan keuangan yang dilaksanakan antar subsistem pada masing- masing Unit Akuntansi dan Pelaporan danatau antar Unit Akuntansi
dan  Pelaporan  yang    masih    dalam    satu    entitas    pelaporan, misalnya    antara   Sistem Akuntansi Keuangan  Pengguna  Anggaran
SAKPA dengan SIMAK-BMN; 2.
Rekonsiliasi  eksternal,  yaitu  rekonsiliasi  data  untuk  penyusunan laporan  keuangan  yang  dilaksanakan  antara  Unit  Akuntansi  dan
Pelaporan yang satu dengan Unit Akuntansi dan Pelaporan yang lain atau  pihak  lain  yang  terkait,  tidak  dalam  satu  entitas  pelaporan,
misalnya rekonsiliasi antara UAKPA dengan UAKBUN-Daerah.
f. Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik
Negara SIMAK-BMN
Dalam  akuntansi  pemerintahan,  BMN  merupakan  bagian  dari aset pemerintah yang berwujud. Aset pemerintah adalah sumber daya ekonomi
yang  dikuasai  danatau  dimiliki  pemerintah sebagai  akibat  dari  peristiwa masa lalu dan darimana manfaat ekonomi danatau sosial di masa depan
diharapkan  dapat  diperoleh,  baik  oleh  pemerintah  maupun  masyarakat, serta  dapat  diukur  dalam  satuan  uang,  termasuk  sumber  daya  non
keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan  sumber-sumber  daya  yang  dipelihara  karena  alasan  sejarah  dan
budaya. Secara umum barang adalah bagian dari kekayaan yang merupakan
satuan  tertentu  yang  dapat  dinilaidihitungdiukur  dan  ditimbang,  tidak termasuk uang dan surat berharga. UU No.1 Tahun 2004 menyampaikan
bahwa BMN “semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau  berasal  dari  perolehan  lainnya  yang  sah”.  Perolehan  lainnya  yang
sah  seperti  disebutkan  dalam  Lampiran  PMK  PMK  No.213PMK.052013 Bab  III  antara  lain  berasal  dari  hibahsumbangan  atau  yang  sejenis;
barang  yang  diperoleh  sebagai  pelaksanaan  dan  perjanjiankontrak;
barang  yang  diperoleh  berdasarkan  ketentuan  undang-undang;  atau barang    yang    diperoleh    berdasarkan    putusan    pengadilan    yang    telah
memperoleh  ketentuan  hukum  tetap.  Sebagaimana  tertuang  dalam  PP No.6 Tahun 2006 pengertian BMN adalah ”semua barang yang dibeli atau
diperoleh  atas  beban  APBN  atau  berasal  dari  perolehan  lainnya  yang sah”.
Berdasarkan  lampiran  bagian  keempat  PMK  No.171PMK.052007, dijelaskan  bahwa  BMN  meliputi  unsur-unsur  aset  tetap,  aset  lancar,  aset
lainnya,  dan  aset  bersejarah.  Aset  lancar  adalah  aset  yang  diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu
12  dua belas  bulan  sejak  tanggal  pelaporan.  Aset  tetap  adalah  aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 dua belas bulan
untuk  digunakan  dalam  kegiatan  pemerintah  atau  dimanfaatkan  oleh masyarakat  umum.  Sedangkan  aset  lainnya  adalah  aset  yang  tidak  bisa
dikelompokkan  ke  dalam  aset  tetap  maupun  aset  lancar.  Adapun  aset bersejarah  merupakan  aset  yang  mempunyai  ketetapan  hukum  sebagai
aset bersejarah dikarenakan karena kepentingan budaya, lingkungan, dan sejarah.  Aset  bersejarah  tidak  wajib  disajikan dalam  neraca  tetapi  harus
diungkapkan  dalam  catatan  atas  laporan  keuangan.  BMN  yang merupakan aset lancar adalah persediaan. Sedangkan BMN yang berupa
aset  tetap  meliputi  tanah,  peralatan  dan  mesin,  gedung  dan  bangunan, jalan,  irigasi,  dan  jaringan,  aset  tetap  lainnya,  serta  konstruksi  dalam
pengerjaan.  BMN  yang  berupa  aset  tetap  yang  tidak  digunakan  lagi
dihentikan  dari  penggunaan  aktif  pemerintah  dimasukkan  ke  dalam  pos aset lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya.
Pemerintah wajib
melakukan  pengamanan terhadap
BMN. Pengamanan
tersebut meliputi
pengamanan fisik,
pengamanan administratif,  dan  pengamanan  hukum.  Dalam  rangka  pengamanan
administratif  dibutuhkan  sistem  penatausahaan  yang  dapat  menciptakan pengendalian  atas  BMN. Selain  berfungsi  sebagai  alat  kontrol,  sistem
penatausahaan  tersebut  juga  harus  dapat  memenuhi  kebutuhan manajemen
pemerintah di
dalam perencanaan
pengadaan, pengembangan, pemeliharaan, maupun penghapusan.
Oleh  karenanya  sistem  penatausahaan  BMN  tersebut  di  dukung dengan  perangkat  lunak  software  yang  disebut  SIMAK-BMN.  SIMAK-
BMN  merupakan  sistem  yang  dikembangkan  berdasarkan  sistem terdahulunya  yaitu  Sistem  Akuntansi  Aset  Tetap  berdasarkan  Kep.  Ka.
BAKUN  No.KEP-09AK2002  dan  Sistem  Akuntansi  Barang  Milik  Negara berdasarkan  PMK  No.59PMK.062005.  Berikutnya  peraturan  pertama
yang  mengatur  tentang  SIMAK-BMN  adalah  PMK  No.171PMK.052007 tentang  Sistem  Akuntansi  dan  Pelaporan  Keuangan  Pemerintah  Pusat
yang  sudah  mengalami  dua  kali  revisi. Revisi  terakhir  yaitu  PMK No.213PMK.052013.
SIMAK-BMN memungkinkan penyederhanaan dalam proses manual dan  mengurangi  tingkat  kesalahan  manusia  dalam  pelaksanaannya.
SIMAK-BMN  selain  mendukung  pelaksanaan  pertanggungjawaban,  juga
memberikan  berbagai  informasi  dalam  rangka  pengelolaan  barang.  Oleh karena  itu,  keluaran  SIMAK-BMN  juga  memberikan  manfaat  kepada
Pengguna  Barang  dan  Kuasa  Pengguna  Barang  dalam  tugas-tugas manajerialnya.  Selain  itu,  SIMAK-BMN  juga  menyatukan  konsep
manajemen  barang  dengan  pelaporan  untuk  tujuan  pertanggungjawaban pelaksanaan  APBN dalam  bentuk  neraca.  Sehingga  dengan  demikian
SIMAK-BMN dapat
memenuhi kebutuhan
manajerial dan
pertanggungjawaban sekaligus. Informasi  BMN  yang  dihasilkan  dari  SIMAK-BMN  memberikan
dukungan  yang  signifikan  dalam  laporan  keuangan  neraca  terutama berkaitan  dengan  pos-pos  persediaan,  aset  tetap  maupun  aset  lainnya.
Sehingga  jika  keluaran  output  SIMAK-BMN  kurang  baik  maka  akan mempengaruhi  kualitas  neraca  itu  sendiri.  Berdasarkan  Lampiran  Bab  III
PMK  No.213PMK.052013  dijelaskan  dokumenlaporan  yang  dihasilkan dari  SIMAK-BMN  pada  proses  pencatatan  dan  pelaporan  pada  Unit
Akuntansi dan Pelaporan Barang, antara lain terdiri dari: a.
Daftar BMN; b.
Kartu Inventaris Barang KIB Tanah; c.
Kartu Inventaris Barang KIB Bangunan Gedung; d.
Kartu Inventaris Barang KIB Alat Angkutan Bermotor; e.
Kartu Inventaris Barang KIB Alat Persenjataan; f.
Daftar Inventaris Lainnya DIL; g.
Daftar Inventaris Ruangan DIR;
h. Laporan Barang Kuasa Pengguna LBKP;
i. Laporan Kondisi Barang LKB; dan
j. Laporan terkait dengan Penyusutan Aset Tetap.
Daftar BMN meliputi: a.
Daftar Barang Intrakomptabel, b.
Daftar Barang Ekstrakomptabel, c.
Daftar Barang Bersejarah, d.
Daftar Barang Persediaan, dan e.
Daftar Konstruksi Dalam Pengerjaan KDP. Laporan Barang Kuasa Pengguna LBKP meliputi:
a. LBKP Intrakomptabel,
b. LBKP Ekstrakomptabel,
c. LBKP Gabungan,
d. LBKP Persediaan,
e. LBKP Barang Bersejarah, dan
f. LBKP KDP.
LBKP Gabungan
merupakan hasil
penggabungan LBKP
Intrakomptabel  dan  LBKP  Ekstrakomptabel.  LBKP  Barang  Bersejarah hanya menyajikan kuantitas tanpa nilai.
Transparansi pengelolaan  keuangan  negara  dalam  hal  ini
pengelolaan  BMN  dapat  tercermin  dari  laporan  BMN. Karakteristik sebagai  prasyarat  normatif  yang  diperlukan  agar  informasi  dari  laporan
BMN  yang  merupakan  bagian  yang  tidak  terpisahkan  dari laporan
keuangan  dapat memenuhi  kualitas  baik  berdasarkan  Standar  Akuntansi Pemerintah SAP, harus memiliki karakteristik dasar sebagai berikut:
1 Relevan
Laporan  keuangan  bisa  dikatakan  relevan  apabila  informasi  yang termuat  di  dalamnya  dapat  mempengaruhi  keputusan  pengguna
dengan  membantu  mereka  mengevaluasi  peristiwa  masa  lalu  atau masa  kini,  dan  memprediksi  masa  depan,  serta  menegaskan  atau
mengoreksi  hasil  evaluasi  mereka  di  masa  lalu.  Dengan  demikian, informasi  laporan  BMN  yang  relevan  dapat  dihubungkan  dengan
maksud  penggunaannya.  Informasi  dapat  dikatakan  relevan  jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a Memiliki manfaat umpan balik feedback value
Informasi  memungkinkan  pengguna  untuk  menegaskan  atau mengoreksi ekspektasi mereka di masa lalu.
b Memiliki manfaat prediktif predictive value
Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang  akan  datang  berdasarkan  hasil  masa  lalu  dan  kejadian
masa kini. c
Tepat waktu Informasi  disajikan  tepat  waktu  sehingga  dapat  berpengaruh
dan berguna dalam pengambilan keputusan. d
Lengkap
Informasi  akuntansi  keuangan  pemerintah  disajikan  selengkap mungkin,  mencakup  semua  informasi  akuntansi  yang  dapat
mempengaruhi pengambilan
keputusan dengan
memperhatikan kendala
yang ada.
Informasi yang
melatarbelakangi  setiap  butir  informasi utama  yang  termuat dalam laporan BMN diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan
dalam penggunaan informasi tersebut dapat dicegah. Agar  informasi  yang  disajikan  dapat  relevan  maka  informasi  yang
disajikan  dalam  laporan  BMN  pemerintah  harus  didasarkan  pada kebutuhan informasi para pengguna laporan BMN pemerintah.
2 Andal
Informasi  dalam  laporan  BMN  bebas  dari  pengertian  yang menyesatkan  dan  kesalahan  material,  menyajikan  setiap  fakta
secara  jujur,  serta  dapat  diverifikasi.  Informasi  mungkin  relevan, tetapi  jika hakikat  atau  penyajiannya  tidak  dapat  diandalkan  maka
penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan dan  merugikan  pengguna  laporan  BMN.  Informasi  yang  andal
memenuhi karakteristik: a
Penyajian Jujur Informasi  menggambarkan  dengan  jujur  transaksi  serta
peristiwa  lainnya  yang  seharusnya  disajikan  atau  yang  secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.
b Dapat Diverifikasi verifiability
Informasi  yang  disajikan  dalam  laporan  BMN  dapat  diuji,  dan apabila  pengujian  dilakukan  lebih  dari  sekali  oleh  pihak  yang
berbeda,  hasilnya  tetap  menunjukkan  simpulan  yang  tidak berbeda jauh.
c Netralitas
Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu.
Agar  informasi  yang  dihasilkan  dapat  dipercaya  andal  maka penyajian
informasi  dalam  laporan  BMN  pemerintah  harus didasarkan  pada  peraturan  perundang-undangan  yang  berlaku,  dan
disajikan secara menyeluruh. 3
Dapat Dibandingkan Pengguna  harus  dapat  membandingkan  laporan  BMN  entitas  antar
periode.  Informasi  yang  termuat  dalam laporan  BMN  akan  lebih berguna  jika  dapat  dibandingkan  dengan  laporan  BMN  periode
sebelumnya  atau  laporan  BMN  entitas  pelaporan  lain  pada umumnya.  Perbandingan  dapat  dilakukan  secara  internal  dan
eksternal.  Perbandingan  secara  internal  dapat  dilakukan  bila suatu entitas  menerapkan  kebijakan  akuntansi  yang  sama  dari  tahun  ke
tahun. Perbandingan  secara  eksternal  dapat  dilakukan  bila  entitas  yang
diperbandingkan  menerapkan  kebijakan  akuntansi  yang  sama. Apabila  entitas  pemerintah  menerapkan  kebijakan  akuntansi yang
lebih  baik  daripada  kebijakan  akuntansi  yang  sekarang  diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan.
Agar  informasi  yang  disajikan  dapat  dibandingkan  maka  penyajian laporan  BMN  pemerintah  minimal  harus  disajikan  dalam  2 dua
periode atau 2 dua tahun anggaran. 4
Dapat Dipahami Informasi  yang  disajikan  dalam  laporan  keuangan  pemerintah
dikatakan dapat dipahami jika pengguna mengerti dengan informasi- informasi yang disajikan dan mampu menginterpretasikannya. Hal ini
dapat terlihat dari manfaat informasi yang disajikan tersebut terhadap pengambilan  keputusan.  Untuk  itu,  penyajian  informasi  dalam
laporan  BMN  pemerintah  harus  menggunakan  formatbentuk  serta istilah  yang  disesuaikan  dengan batas pemahaman  para  pengguna.
Pengguna  harus  diasumsikan  memiliki  pengetahuan  yang  memadai atas  kegiatan  dan  lingkungan  operasi  entitas  pelaporan,  serta
memiliki kemauan untuk mempelajari informasi yang disajikan dalam laporan BMN pemerintah.
Dalam  kenyataannya,  pemerintah  masih  menghadapi  beberapa kendala-kendala  dalam  menyajikan  informasi  yang  relevan  dan  andal
tersebut.  Kendala  tersebut  merupakan  suatu  keadaan  yang  tidak memungkinkan  terwujudnya  kondisi  yang  ideal  dalam  mewujudkan
laporan BMN pemerintah yang relevan dan andal akibat keterbatasan atau
karena  alasan-alasan  kepraktisan.  Tiga  hal  yang  menimbulkan  kendala dalam penyajian laporan BMN pemerintah tersebut, yaitu:
a. Materialitas
Walaupun  idealnya  memuat  segala  informasi,  laporan  BMN pemerintah  hanya  diharuskan  memuat  informasi  yang  memenuhi
kriteria  materialitas.  Informasi  dipandang  material  apabila  kelalaian untuk  mencantumkan  atau  kesalahan  dalam  mencatat  informasi
tersebut  dapat  mempengaruhi  keputusan  ekonomi  pengguna  yang diambil  atas  dasar  laporan  BMN.  Selama  seluruh  informasi  yang
material  telah  disajikan  dalam  laporan  maka  laporan  BMN pemerintah  tersebut  dapat  dikatakan  wajar.  Hal  inilah  yang
mengakibatkan  mungkin  saja  ada  suatu  informasi  yang  tidak disajikan dalam laporan BMN pemerintah.
b. Pertimbangan Sehat
Penyusun  laporan  BMN  adakalanya  menghadapi  ketidakpastian peristiwa  dan  keadaan  tertentu.  Ketidakpastian  semacam  itu  diakui
dengan  mengungkapkan  hakekat  serta  tingkatnya  dan  dengan menggunakan  pertimbangan  sehat  prudence  dalam  penyusunan
laporan BMN. Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada  saat  melakukan  prakiraan  dalam  kondisi  ketidakpastian,
sehingga semua dapat dinyatakan secara wajar. c.
Keseimbangan antar Karakteristik Kualitatif
Keseimbangan  antar  karakteristik  kualitatif  yang  diperlukan  untuk mencapai suatu keseimbangan yang tepat di antara berbagai tujuan
normatif  yang  diharapkan  dipenuhi  oleh  laporan  BMN  pemerintah. Bisa  saja  untuk  mementingkan  dipenuhinya  keandalan  suatu
informasi,  menyebabkan informasi  tersebut  kurang  relevan,  begitu pula  sebaliknya  jika relevansinya  dipentingkan,  mengakibatkan
informasi  tersebut  kurang andal.  Kepentingan  relatif  antar
karakteristik dalam berbagai kasus mungkin akan berbeda, terutama antara  relevansi  dan  keandalan,  adakalanya  pengguna  lebih
membutuhkan  informasi  yang  andal dibandingkan  informasi  yang relevan,  namun  bisa  saja  pengguna  lebih  mementingkan
kerelavansian  dari  pada  keandalannya.  Untuk  itu,  dibutuhkan  suatu pertimbangan  profesional  dalam  penentuan  tingkat  kepentingan
antara  dua  karakteristik  kualitatif  tersebut  agar  dapat  menyediakan informasi sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Berdasarkan  PMK  No.213PMK.052013 tentang  Sistem  Akuntansi dan  Pelaporan  Keuangan  Pemerintah  Pusat terdapat  beberapa  aspek
yang terkait dengan pelaksanaan SIMAK-BMN pada Satuan Kerja Deputi Bidang  Pengawasan  Produk  Terapetik  dan  NAPZA  Semester  I  TA  2015
Badan POM, aspek SIMAK-BMN yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1.
Pembentukan Unit Akuntansi Pembentukan unit akuntansi merupakan hal yang sangat diperlukan,
mengingat  dengan  dibentuknya  unit akuntansi maka  tanggungjawab
masing-masing  unit  dapat  dibagi  secara  jelas  serta  untuk  mendukung terciptanya  ketertiban  pencatatan  BMN  dalam  rangka  mendukung
penyusunan  laporan  keuangan.  Untuk  melaksanakan  SIMAK-BMN,  KL membentuk Unit Akuntansi BMN UAB. Secara umum, struktur organisasi
UAB  sebagaimana  ditetapkan  dalam  PMK  No.213PMK.052013 adalah sebagai berikut:
a. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pengguna Barang UAPB;
b. Unit  Akuntansi dan  Pelaporan  Keuangan  Pembantu  Pengguna
Barang UAPPB-E1; c.
Unit Akuntansi dan  Pelaporan  Keuangan  Pembantu  Pengguna Barang Wilayah UAPPB-W; dan
d. Unit  Akuntansi  dan  Pelaporan  Keuangan  Kuasa  Pengguna  Barang
UAKPB. 2.
Pengelola BMN Pengelola  BMN  merupakan  Sumber  Daya  Manusia  SDM  yang
menjadi faktor  sentral  dalam  suatu unit organisasi pengelolaan  BMN, apapun bentuk serta tujuannya, suatu unit organisasi dibuat berdasarkan
berbagai visi untuk kepentingan manusia dan dalam pelaksanaan misinya dikelola  dan  diurus  oleh manusia itu  sendiri  yaitu  pengelola  BMN.  Jadi
manusia  merupakan faktor  strategis
dalam  semua  kegiatan unit
organisasi. Dalam  mencapai  tujuannya  tentu  suatu unit organisasi memerlukan  SDM  sebagai  pengelola  sistem.  Agar  suatu  sistem  bisa
berjalan,  tentu  dalam  pengelolaannya  harus  memperhatikan  beberapa
aspek  penting seperti  pelatihan,  pengembangan  kemampuan,  motivasi, dan  aspek-aspek  lainnya.  Hal  ini  akan  menjadikan SDM  pengelola  BMN
sebagai  salah  satu  indikator  penting  dalam  pencapaian  tujuan unit organisasi BMN secara efektif dan efisien.
Pengelola  BMN  merupakan  aset  unit  organisasi  pengelolaan  BMN yang  sangat  vital,  karena  itu  peran  dan  fungsinya  tidak  dapat  digantikan
oleh  sumber  daya  lainnya.  Walaupun  kenyataannya  telah  banyak  peran dan  fungsi  SDM  yang  digantikan  oleh  teknologi  peralatan.  Semutakhir
apapun  teknologi  yang  digunakan  atau  seberapa  banyak  data  dan  dana yang  disiapkan,  namun  tanpa  SDM  pengelola yang  profesional  semua
menjadi  tidak  bermakna.  Dalam  strategi  SDM pengelola yang  baik diperlukan SDM yang berkualitas dan memiliki kompetensi tinggi sebagai
modal  atau  kekayaan  yang  penting  dalam  organisasi  untuk  mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Berikut ini gambaran kebutuhan SDM pengelola BMN untuk struktur akuntansi  yang  diperlukan  di  level  organisasi  UAKPB  yang  tercantum
dalam PMK No.213PMK.052013:
GAMBAR 2.2 STRUKTUR SDM ORGANSASI UAKPB
Keterangan: Penanggung Jawab
Petugas Akuntansi BMN
Sumber: PMK No.213PMK.052013
Mengingat  ketidakseragaman  jenis  dan  kultur  unit  organisasi pemerintah yang disebabkan adanya ciri khaskeunikan pada beban kerja
dari  masing-masing  unit.  Maka  pemenuhan  kebutuhan  SDM pengelola BMN disesuaikan  dengan  kapasitas  SDM  yang  dimiliki  oleh  masing-
masing level unit organisasi.
KASUBAG UMUMTUPEJABAT
YANG DITETAPKAN
PETUGAS VERIFIKASI
KEPALA SATUAN
KERJA A
PETUGAS ADMINISTRASI
3. Hardware dan Software
Perkembangan  Teknologi  Informasi  TI  yang  sangat  pesat belakangan  ini  memberikan  banyak  kemudahan  di  lingkungan
pemerintahan. Peran TI dalam berbagai aspek kegiatan pemerintah dapat dipahami  karena  sebagai  sebuah  teknologi  yang  menitikberatkan  pada
pengaturan  sistem  informasi  dengan  penggunaan  komputer.  TI  dapat memenuhi  kebutuhan  informasi  dengan  sangat  cepat,  tepat  waktu,
relevan,  dan  akurat.  Penerapan  TI  di  lingkungan  pemerintah  mempunyai peranan  penting  dan  sudah  menjadi  kebutuhan  dasar  bagi  setiap  entitas
atau  unit  pemerintahan  terutama  dalam  menjalankan  atau  memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Hardware dan software merupakan  hal yang  sudah  sangat  lazim harus ada dalam proses TI untuk mendukung pelaksanaan suatu kegiatan
yang  memungkinkan  penyederhanaan  dalam  proses  manual  dan mengurangi  tingkat  kesalahan  manusia  human  error.  Adapun software
yang  dikembangkan  untuk  mendukung  sistem  akuntansi  BMN  adalah software yang  berbasis  microsoft  fisual  foxpro,  dan  lebih  dikenal  dengan
nama  aplikasi  SIMAK-BMN.  Seperti  yang  dikemukakan  dalam  buku Pedoman  Penatausahaan  Barang  Milik  Negara  Badan  Pengawas  Obat
dan Makanan 2013:14, “aplikasi SIMAK-BMN merupakan sistem terpadu yang  merupakan  gabungan  prosedur  manual  dan  komputerisasi  dalam
rangka  menghasilkan  data  transaksi  untuk  mendukung  penyusunan neraca.  Di  samping  itu,  SIMAK-BMN  juga  menghasilkan  daftra  barang,
laporan  barang,  dan  berbagai  kartu  kontrol  yang  berguna  untuk menunjang fungsi pengelolaan BMN”.
4. Kodefikasi dan Klasifikasi BMN
Untuk  memudahkan  identifikasi,  maka  setiap  BMN  diklasifikasikan dengan  cara  tertentu  sehingga  memberikan  kemudahan  dalam
pengelolaannya.  PMK No.29PMK.062010 tentang  Penggolongan  dan Kodefikasi
Barang Milik
Negara sebagai
pengganti PMK
No.97PMK.062007 tentang  Penggolongan  dan  Kodefikasi  Barang  Milik Negara membagi BMN dalam klasifikasi golongan, bidang, kelompok, sub
kelompok, dan sub-sub kelompok. Pengkodean  BMN  diperlukan  untuk  memudahkan  pencatatan  dan
pengendalian,  BMN  selain  diberikan  identifikasi  berupa  nama,  juga diberikan  identifikasi  dalam  bentuk  kode.  Pemberian  kode  BMN
sepenuhnya  mengacu  kepada PMK  No.29PMK.062010
tentang Penggolongan  dan  Kodefikasi  Barang  Milik  Negara.  Untuk  memberikan
identitas,  BMN  diberikan  nomor  kode  barang  ditambah  nomor  urut pendaftarannya dan kode lokasi ditambah tahun perolehannya.
Kode Lokasi adalah kode yang dipergunakan untuk mengidentifikasi unit  penanggung  jawab akuntansi  BMN.  Kode  ini  terdiri  dari  16  enam
belas angka yang memuat kode UAPB, UAPPB-E1, UAPPB-W, UAKPB, dan UAPKPB dengan susunan, sebagai berikut:
GAMBAR 2.3 SKEMA KODE LOKASI BMN
XXX . XX .  XX .  XXXXXX . XXX
UAPKPB
UAKPB UAPPB-W
UAPPB-E1
UAPB
Sumber: PMK No.213PMK.052013
a. Kode  UAPB,  mengacu  kepada  kode  Bagian  Anggaran  KL  yang
bersangkutan. b.
Kode  UAPPB-E1,  mengacu  kepada  Kode  Anggaran  unit  eselon  I pada KL yang bersangkutan.
c. Kode  UAPPB-W,  mengacu  kepada  Kantor  Wilayah atau  Kode
Wilayah Anggaran. d.
Unit kerja pada kantor pusat KL dan unit eselon-1, kode UAPPB-W diisi dengan 00.
e. Kode UAKPB, mengacu kepada Kode Satuan Kerja pada DIPA.
f. Kode UAPKPB Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pembantu
Kuasa Pengguna Barang. Pembentukan UAPKPB bersifat opsional untuk  UAKPB  yang  satu  atau  beberapa  bagiannya  terpisah  oleh
jarak  yang  relatif  jauh  danatau span  of  controll yang  terlalu  besar. Pembentukan  UAPKPB  harus  dikonsultasikan  dengan  dan  disetujui
oleh penanggungjawab UAPPB-E1. Kode Barang terdiri dari golongan, bidang, kelompok, sub kelompok
dan sub-sub kelompok, dengan susunan sebagai berikut:
GAMBAR 2.4 SKEMA KODE BARANG BMN
X. XX  . XX  . XX . XXX
Sub-sub kelompok Sub kelompok
Kelompok Bidang
Golongan
Sumber: PMK No.213PMK.052013
Pengelompokanklasifikasi BMN
seperti tersebut
di atas
berhubungan  dengan  Sistem  Akuntansi  dan  Pelaporan  Keuangan  BMN pada  masing-masing  jenjang  organisasi  Akuntansi  BMN.  Pada  tingkat
UAKPB,  BMN  diklasifikasikan  ke  dalam  sub-sub kelompok,  pada  tingkat UAPPB-W  diklasifikasi  ke  dalam  sub  kelompok,  pada  tingkat  UAPPB-E1
dan UAPB diklasifikasikan ke dalam kelompok. Kode Registrasi adalah kode yang terdiri dari Kode Lokasi ditambah
dengan  tahun  perolehan  dan  Kode  Barang  ditambah  dengan nomor  urut
pendaftaran.  Kode  registrasi  merupakan  tanda  pengenal  BMN  dengan susunan sebagai berikut:
GAMBAR 2.5 SKEMA KODE REGISTRASI BMN
UAPB UAPPB-E1
UAPPB-W UAKPB
UAPKPB Tahun Perolehan
XXX .   XX.   XX. XXXXXX.   XXX.   XXXX
X.   XX.   XX.   XX.   XXX.   XXXXXX
Nomor urut pendaftaran Sub-sub kelompok
Sub kelompok Kelompok
Bidang Golongan
Sumber: PMK No.213PMK.052013
Pasal  dua  2  PMK  No.29PMK.062010  menyebutkan  bahwa “Penggolongan  dan  Kodefikasi  BMN  bertujuan  untuk  menyeragamkan
Penggolongan  dan  Kodefikasi  BMN  secara  nasional  guna  mewujudkan tertib administrasi dan mendukung tertib pengelolaan BMN”.
5. Transaksi BMN
SIMAK-BMN  merupakan  prosedur  dalam  siklus  akuntansi  yang dilaksanakan pada lingkup kementerian negaralembaga
yang dalam
pelaksanaannya  memproses  transaksi  barang untuk
menghasilkan berbagai  keluaran  yang  diperlukan  baik  dalam  pengelolaan  maupun
pertanggungjawaban  BMN.  Berikut  jenis-jenis  transaksi  dalam  akuntansi BMN yang dikutip PMK No.213PMK.052013:
a. Saldo Awal
Saldo  awal  merupakan  saldo  BMN  pada  awal  tahun  anggaran berjalan  atau  awal  tahun  mulai  diimplementasikannya  SIMAK-BMN  yang
merupakan akumulasi dari seluruh transaksi BMN tahun sebelumnya atau merupakan  BMN  yang  sampai  dengan  tahun  pelaporan  belum  dilakukan
proses pencatatan sehingga harus dilakukan pencatatan pada saldo awal. b.
Perolehan BMN Merupakan  transaksi  penambahan  BMN  yang  tahun  tanggal
perolehannya  sama  dengan  tahun  anggaran  berjalan.  Transaksi perolehan BMN meliputi:
1 Pembelian,  adalah    terjadinya    transaksi    pertukaran    dengan
penyerahan  sejumlah  uang  untuk  memperoleh  sejumlah barang.
2 Transfer Masuk, merupakan perolehan BMN dari hasil transfer
masuk dari Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan lain dalam lingkup  Pemerintah  Pusat  tanpa  menyerahkan  sejumlah
sumber daya ekonomi. 3
Hibah,    merupakan    perolehan    BMN    dari    luar    Pemerintah Pusat  tanpa menyerahkan sejumlah sumber daya ekonomi.
4 Rampasan,  merupakan  transaksi  perolehan  BMN  dari  hasil
rampasan berdasarkan putusan pengadilan. 5
Penyelesaian Pembangunan, merupakan  transaksi  perolehan BMN
dari hasil
penyelesaian pembangunan
berupa bangunangedung
dan BMN
lainnya yang
telah diserahterimakan dengan Berita Acara Serah Terima.
6 Pembatalan  Penghapusan,  merupakan  pencatatan  BMN  dari
hasil  pembatalan  penghapusan  yang  sebelumnya  telah dihapuskandikeluarkan dari pembukuan.
7 Reklasifikasi  Masuk,  merupakan  transaksi  BMN
yang sebelumnya telah dicatat dengan klasifikasi BMN yang lain.
8 Pelaksanaan  dari  PerjanjianKontrak,  merupakan  barang  yang
diperoleh  dari  pelaksanaan  kerja  sama  pemanfaatan,  bangun guna serahbangun serah guna, tukar menukar, dan perjanjian
kontrak lainnya. c.
Perubahan BMN Transaksi perubahan BMN meliputi:
1 Pengurangan, merupakan transaksi pengurangan kuantitas dan
nilai BMN  yang  menggunakan  satuan  luas  atau  satuan  lain yang  pengurangannya  tidak  menyebabkan  keseluruhan  BMN
hilang. 2
Pengembangan,  merupakan  transaksi  pengembangan  BMN yang dikapitalisir  yang  mengakibatkan  pemindahbukuan  dari
Daftar  BMN  Ekstrakomptabel  ke Daftar  BMN  Intrakomptabel atau perubahan nilaisatuan BMN dalam BI Intrakomptabel.
3 Perubahan  Kondisi,  merupakan  pencatatan  perubahan  kondisi
BMN. 4
Koreksi Perubahan
NilaiKuantitas, merupakan
koreksi pencatatan  atas  nilaikuantitas  BMN  yang  telah  dicatat  dan
telah dilaporkan sebelumnya. d.
Penyusutan BMN  berupa  aset  tetap  selain  tanah  dan  KDP  disusutkan  sesuai
ketentuan  yang  berlaku  tentang  penyusutan  aset  tetap  pada  pemerintah pusat.
e. Penghapusan BMN
Transaksi penghapusan BMN, antara lain terdiri dari: 1
Penghapusan,  merupakan transaksi  untuk  menghapus  BMN dari
pembukuan berdasarkan
suatu surat
keputusan penghapusan oleh instansi yang berwenang;
2 Transfer  Keluar,  merupakan  penyerahan  BMN  dari  hasil
transfer  keluar  dari  unit  lain  dalam  lingkup  Pemerintah  Pusat tanpa menerima sejumlah sumber daya ekonomi.
3 Hibah
keluar, merupakan
penyerahan BMN
karena pelaksanaan hibah, atau yang sejenis ke luar Pemerintah Pusat
tanpa menerima sejumlah sumber daya ekonomi. 4
Reklasifikasi  Keluar,  merupakan  transaksi  BMN  ke  dalam klasifikasi  BMN  yang  lain.  Transaksi  ini  berkaitan  dengan
transaksi Reklasifikasi Masuk. 6.
Kebijakan Akuntansi BMN Barang adalah bagian dari kekayaan negara yang merupakan satuan
tertentu  yang  dapat  dinilaidihitungdiukurditimbang  dan  dinilai  tidak termasuk uang dan surat berharga. Menurut UU No.1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara,  BMN  adalah  semua  barang  yang  dibeli  atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
BMN memiliki jenis dan variasi yang sangat beragam, baik dalam hal tujuan perolehannya  maupun  masa  manfaat  yang  diharapkan. Oleh
karena  itu,  dalam  perlakuan  akuntansinya  ada  BMN  yang  dikategorikan sebagai aset lancar, aset tetap, dan aset lainnya.
BMN  dikategorikan  sebagai  aset  lancar  apabila  diharapkan  segera dipakai  atau  dimiliki  untuk  dijual  atau  diserahkan  kepada  masyarakat
dalam  waktu  12  dua  belas  bulan  sejak  tanggal  pelaporan.  BMN  yang memenuhi kriteria ini diperlakukan  sebagai Persediaan.
Sedangkan  BMN  dikategorikan  sebagai  aset  tetap  apabila mempunyai  masa  manfaat  lebih  dari  12 dua belas  bulan,  tidak
dimaksudkan  untuk  dijual  dalam  operasi  normal  Kuasa Pengguna Barang,  dan  diperoleh  atau  dibangun  dengan  maksud  untuk  digunakan.
BMN yang memenuhi kriteria tersebut bisa meliputi sebagai berikut: a.
Tanah; b.
Peralatan dan Mesin; c.
Gedung dan Bangunan; d.
Jalan, Irigasi, dan Jaringan; e.
Aset Tetap Lainnya; dan f.
Konstruksi dalam Pengerjaan. Sedangkan  BMN  berupa  aset  tetap  yang  sudah  dihentikan  penggunaan
aktif pemerintah, digolongkan sebagai aset lain-lain. Dalam  SAPP,
kebijakan  akuntansi  BMN mencakup  masalah
pengakuan,  pengukuran,  penyajian  dan  pengungkapan.  Kebijakan akuntansi  BMN  ini  diatur  di  dalam  PMK  No.213PMK.052013  dan
peraturan  terdahulunya  PMK  No.171PMK.052007  tentang  Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.
7. Prosedur Akuntansi dan Pelaporan BMN
SIMAK-BMN  diselenggarakan  melalui  serangkaian  prosedur  baik manual  maupun  komputerisasi.  Prosedur  tersebut  melibatkan  dokumen
sumber,  organisasi  akuntansi,  dan proses  akuntansi  dalam  rangka menghasilkan berbagai keluaran yang diperlukan baik dalam pengelolaan
maupun  pertanggungjawaban  BMN.  Berikut  prosedur  akuntansi  pada masing-masing  tingkat  unit  akuntansi  dan  pelaporan  BMN  berdasarkan
PMK No.213PMK.052013: a.
Prosedur Akuntansi BMN pada Tingkat UAKPB Pasal  33  menyebutkan  bahwa  “UAKPB  memproses  transaksi  BMN
dalam rangka penyusunan Laporan Barang Kuasa Pengguna LBKP dan Laporan  Keuangan  tingkat  UAKPA.  LBKP  dilampirkan  pada Laporan
Keuangan tingkat UAKPA. UAKPB menyampaikan LBKP disertai Catatan atas Laporan  BMN  beserta  ADK  transaksi  BMN  kepada  UAPPB-W  dan
Kantor  Pelayanan  Kekayaan  Negara  dan  Lelang  KPKNL setiap semesteran  dan  tahunan.  Dalam  hal  UAKPB  tidak  menyampaikan LBKP
kepada  KPKNL,  KPKNL  dapat  mengusulkan  kepada  KPPN  untuk mengenakan sanksi administratif terhadap UAKPB terkait”.
UAKPB  Dekonsentrasi  melaksanakan proses  akuntansi  atas
Dokumen  Sumber  terkait  transaksi  BMN  dalam  rangka  penyusunann LBKP
Dekonsentrasi dan
Laporan Keuangan
tingkat UAKPA
Dekonsentrasi.  LBKP  dilampirkan  pada  Laporan  Keuangan  tingkat UAKPA  Dekonsentrasi.  UAKPB  Dekonsentrasi  menyampaikan  LBKP
disertai  Catatan  atas  Laporan BMN  beserta  ADK  transaksi  BMN  kepada UAPPB-W  Dekonsentrasi,  UAPPB-E1  yang  mengalokasikan
Dana Dekonsentrasi,  dan  KPKNL setiap  semesteran  dan  tahunan. Dalam  hal
UAKPB  Dekonsentrasi  tidak  menyampaikan  LBKP kepada  KPKNL, KPKNL  dapat  mengusulkan  kepada  KPPN  untuk  mengenakan sanksi
administratif terhadap UAKPB Dekonsentrasi terkait. Prosedur yang sama pada
UAKPB Dekonsentrasi  juga  berlaku  untuk  UAKPB  Tugas
Pembantuan. Informasi tersebut berdasarkan Pasal 34 dan Pasal 35 PMK No.213PMK.052013.
b. Prosedur Akuntansi BMN pada Tingkat UAKPB-W
Pasal  36  menjelaskan  bahwa  UAPPB-W  melaksanakan  proses penggabungan  LBKP  dalam  rangka  penyusunan  Laporan  Barang
Pembantu  Pengguna  Wilayah  LBPP-W.  LBPP-W  dilampirkan  pada Laporan Keuangan tingkat UAPPA-W. UAPPB-W menyampaikan LBPP-W
disertai  Catatan  atas  Laporan  BMN  beserta  ADK  transaksi  BMN  kepada UAPPB-E1  dan  Kantor  Wilayah Direktorat  Jenderal  Kekayaan  Negara
setiap  semesteran  dan  tahunan.  Dalam  hal  UAPPB-W  tidak menyampaikan  LBKP  kepada Kanwil  Direktorat  Jenderal  Kekayaan
Negara,  Kantor  Wilayah  Direktorat  Jenderal  Kekayaan  Negara  dapat mengusulkan  kepada  KPPN  untuk  mengenakan  sanksi administratif
terhadap UAKPA terkait yang bertindak selaku UAPPB-W. c.
Prosedur Akuntansi BMN pada Tingkat UAKPB-E1 UAPPB-E1  melaksanakan  proses  penggabungan  LBPP-W  yang
disampaikan  oleh  UAPPB-W  yang  berada  di  wilayah  kerjanya  termasuk UAPPB-W Dekonsentrasi, UAPPB-W Tugas Pembantuan, dan LBKP yang
disampaikan  oleh  UAKPB  yang  langsung  berada  di  bawah  UAPPB-E1 dalam  rangka  penyusunan  Laporan  Barang  Pembantu  Pengguna  Eselon
1  LBPP-E1.  LBPP-E1 dilampirkan  pada  Laporan  Keuangan  tingkat
UAPPA-E1. UAPPB-E1  menyampaikan  LBPP-E1  disertai  Catatan  atas Laporan  BMN beserta  ADK  transaksi  BMN  kepada  UAPB  setiap
semesteran dan tahunan. Penjelasan di atas diungkapkan pada Pasal 39. d.
Prosedur Akuntansi BMN pada Tingkat UAPB Pasal  40  menjelaskan  bahwa  UAPB
melaksanakan  proses penggabungan  LBPP-E1  dalam  rangka  penyusunan Laporan  Barang
Pengguna LBP. LBP dilampirkan pada Laporan Keuangan tingkat UAPA. UAPB  menyampaikan  LBP  disertai  Catatan  atas  Laporan  BMN  beserta
ADK  transaksi  BMN  kepada  Menteri  Keuangan  c.q.  Direktur  Jenderal Kekayaan Negara setiap semesteran dan tahunan.
Setiap  Kuasa  Pengguna  Barang  wajib melakukan  rekonsiliasi  dan menyampaikan  LBKP  kepada  KPKNL  sesuai  dengan  batas  waktu  yang
telah  ditentukan.  Apabila  UAKPB  tidak  melakukan  rekonsiliasi  dan menyampaikan LBKP tersebut, KPKNL dapat mengusulkan kepada KPPN
untuk mengenakan sanksi kepada UAKPA yang bertindak selaku UAKPB yang lalaitidak melakukan rekonsiliasi  dan  menyampaikan  LBKP.  Atas
usulan dari KPKNL, KPPN menetapkan sanksi berupa pengembalian SPM yang  diajukan  satker  selaku  UAKPA.
Pelaksanaan  sanksi  tidak menggugurkan  kewajiban  UAKPB  untuk  melakukan  rekonsiliasi  dan
menyampaikan laporan keuangan. Setiap
UAPPA-W juga
wajib melakukan
rekonsiliasi dan
menyampaikan laporan keuangan kepada Kanwil Ditjen Kekayaan Negara sesuai  dengan  batas  waktu  yang  telah  ditentukan.  Apabila  UAPPB-W
terlambattidak  melakukan  rekonsiliasi  dan  menyampaikan  laporan keuangan  tersebut,  Kanwil  Ditjen  Kekayaan  Negara  dapat  mengusulkan
kepada  KPPN  untuk  mengenakan  sanksi  kepada  UAKPA  yang  bertindak selaku
UAPPB-W yang
lalaitidak melakukan
rekonsiliasi dan
menyampaikan  Laporan  Keuangan.  Atas  usulan  dari  Kanwil  Ditjen Kekayaan Negara, KPPN menetapkan sanksi berupa pengembalian SPM
yang  diajukan  satuan  kerja  selaku  UAKPA.  Pelaksanaan  sanksi  tidak menggugurkan  kewajiban  UAPPA-W  untuk  melakukan  rekonsiliasi  dan
menyampaikan Laporan Keuangan.
2. Konsep Kunci
Konsep kunci dalam penelitian ini adalah pelaksanaan SIMAK-BMN. Pelaksanaan  SIMAK-BMN  yang  dimaksud  adalah  proses  kegiatan  yang
meliputi  pembentukan  unit  akuntansi,  pengelola  BMN, hardware dan software,  klasifikasi  dan  kodefikasi,  transaksi  BMN,  kebijakan  akuntansi
BMN,  prosedur  akuntansi  dan  pelaporan  BMN pada  Satuan Kerja Deputi Bidang  Pengawasan  Produk  Terapetik  dan  NAPZA Semester  I  TA  2015
Badan  POM. Berdasarkan  perihal  di  atas maka  dalam  penelitian  ini terdapat beberapa aspek sebagai berikut:
1. Pembentukan Unit Akuntansi
Pembentukan Unit Akuntansi merupakan hal yang sangat diperlukan untuk melaksanakan SIMAK-BMN, maka KL harus membentuk Unit
Akuntansi BMN UAB.
2. Pengelola BMN
Pengelola  BMN adalah  faktor  sentral dalam  unit  akuntansi  BMN serta sebagai  salah  satu  indikator  penting  dalam pencapaian  tujuan
unit akuntansi pengelolaan BMN secara efektif dan efisien. 3.
Hardware dan Software Hardware  dan  software merupakan  hal  yang  sudah  sangat  lazim
harus  ada  dalam  proses  TI  untuk  mendukung  pelaksanaan  suatu kegiatan  yang  memungkinkan  penyederhanaan  dalam  proses
manual dan mengurangi tingkat kesalahan manusia human error. 4.
Klasifikasi dan Kodefikasi Untuk  memudahkan  identifikasi,  maka  setiap BMN  diklasifikasikan
dengan  nama  dan juga  diberikan  identifikasi  dalam  bentuk  kode
tertentu untuk memudahkan pencatatan dan pengendalian. 5.
Transaksi BMN SIMAK-BMN  merupakan prosedur  dalam  siklus  akuntansi yang
dalam  pelaksanaannya  memproses  transaksi barang  untuk
menghasilkan  berbagai  keluaran  yang  diperlukan  baik  dalam pengelolaan maupun pertanggungjawaban BMN.
6. Kebijakan Akuntansi BMN
Dalam  SAPP,  kebijakan  akuntansi  BMN  mencakup  masalah pengakuan,  pengukuran,  penyajian  dan  pengungkapan.  Kebijakan
akuntansi  BMN  ini  diatur  di  dalam  PMK  No.213PMK.052013  dan
peraturan  terdahulunya  PMK  No.171PMK.052007  tentang  Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.
7. Prosedur Akuntansi dan Pelaporan BMN
SIMAK-BMN  diselenggarakan  melalui  serangkaian  prosedur  baik manual  maupun  komputerisasi.  Prosedur  tersebut  melibatkan
dokumen sumber, organisasi akuntansi, dan proses akuntansi dalam rangka menghasilkan berbagai keluaran yang diperlukan baik dalam
pengelolaan maupun pertanggungjawaban BMN.
B. Model Berfikir
Pelaksanaan SIMAK  BMN pada  Satuan  Kerja  Deputi  Bidang Pengawasan  Produk  Terapetik  dan  NAPZA Semester  I  TA  2015  Badan
POM meliputi kegiatan pembentukan  unit  akuntansi,  pengelola  BMN, hardware dan software,  kodefikasi  dan  klasifikasi,  transaksi,  kebijakan
akuntansi,  serta  prosedur  akuntansi  dan  pelaporan  BMN dalam  rangka meningkatkan  akuntabilitas  pengelolaan  BMN.  Berdasarkan perihal
tersebut di atas dapat dijelaskan pada gambar 2.6 berikut:
GAMBAR 2.6 MODEL BERFIKIR
Sumber: PMK No.213PMK.052013
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana pelaksanaan SIMAK-BMN  pada  Satker  Deputi  Bidang
Pengawasan  Produk  Terapetik  dan  NAPZA dilihat  dari aspek pembentukan unit akuntansinya?
2. Bagaimana pelaksanaan  SIMAK-BMN pada  Satker  Deputi  Bidang
Pengawasan  Produk  Terapetik  dan  NAPZA ditinjau  dari  aspek pengelola BMN?
3. Bagaimana kriteria Hardware dan Software SIMAK-BMN  yang  ada
pada  Satker  Deputi  Bidang Pengawasan  Produk  Terapetik  dan NAPZA?
4. Bagaimana  kesesuaian pelaksanaan kodefikasi  dan  klasifikasi  BMN
pada  Satker  Deputi  Bidang  Pengawasan  Produk  Terapetik  dan NAPZA  dibandingkan dengan ketentuan  yang  ada  pada PMK
No.213KM.052013? 5.
Bagaimana pelaksanaan transaksi  dalam  akuntansi  BMN  pada Satker Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan NAPZA?
6. Bagaimana  pelaksanaan kebijakan  akuntansi  BMN  yang  diterapkan
Satker Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan NAPZA? 7.
Bagaimana  pelaksanaan prosedur  akuntansi  dan  pelaporan  BMN yang  dijalankan pada  Satker  Deputi  Bidang  Pengawasan  Produk
Terapetik dan NAPZA?
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Berhasil atau tidaknya suatu penelitian ilmiah banyak ditentukan oleh penggunaan  metode  yang  dipilih.  Pada  hakekatnya  metode  penelitian
merupakan  alat  yang  dapat  memberi  panduan  dalam  mengarahkan  agar dapat merumuskan  gejala  dan  objek  yang  diteliti.  Metodologi  merupakan
totalitas cara yang dipakai peneliti untuk menemukan kebenaran ilmiah. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia online metode adalah cara
yang  telah  diatur  dengan  baik-baik,  sedangkan  pengertian penelitian adalah  dari  kata  dasar  teliti,  yang  artinya  cermat,  hati-hati,  ingat-ingat,
meneliti  artinya  memeriksa  atau  menyelidiki  dengan  cermat,  sedangkan penelitian artinya pemeriksaan yang teliti.
Pengertian  metodologi  berkaitan  dengan  cara  metode.  Metodologi adalah  pengetahuan  tentang  cara-cara  science  of  methods.  Dalam  arti
umum  dan  awam,  metodologi  biasanya  digunakan  untuk  konteks  apa saja, misalnya metodologi berfikir, metodologi pendidikan atau metodologi
pengajaran.  Tetapi  dalam  konteks  penelitian  “metodologi  adalah  totalitas cara  untuk  meneliti  dan  menemukan  kebenaran”  Irawan, 2004:54.
Disebut  totalitas  cara  karena  metodologi  tidak  hanya  mengacu  kepada metode penelitian, tetapi juga paradigma, pola pikir, metode pengumpulan
data,  dan analisis  data  sampai  dengan  metode  penafsiran  temuan penelitian itu sendiri.
Menurut  Muis  2009:16,  metodologi  penelitian  sebagai  berikut, secara  sempit  dapat  diartikan  sebagai  cara  yang  tepat  untuk  melakukan
sesuatu  dengan  menggunakan  pikiran  seksama  untuk  mencapai  suatu tujuan.  Dalam  arti  luas  adalah  ilmu  yang  digunakan  untuk  mempelajari
cara-cara  melakukan  pengamatan,  dengan  pemikiran  yang  tepat  secara terpadu  melalui  tahapan-tahapan  yang  disusun  secara  ilmiah  untuk
mencari,  menyusun  serta  menganalisis dan  menyimpulkan  data-data sehingga  dapat  digunakan  untuk  menemukan,  mengembangkan,  dan
menguji kebenaran suatu pengetahuan.
Menurut Sugiyono 1999:01, metodologi penelitian merupakan cara ilmiah  untuk  mendapatkan  data  dengan  tujuan  dan  kegunaan  tertentu.
Cara  ilmiah  berarti  kegiatan  penelitian  itu  didasarkan  pada  ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan
penelitian  itu  dilakukan  cara-cara  yang  masuk  akal,  empiris  berarti  cara- cara  yang  dilakukan  itu  dapat  diamati  oleh  indera  manusia,  sistematis
artinya  proses  yang  digunakan  dalam  penelitian  itu  menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.
Pemilihan  metodologi  dalam  suatu  penelitian  dimaksudkan  agar tepat  dan  sesuai  dengan fokus  penelitiannya.  Dalam  penulisan  skripsi  ini
penulis  menggunakan  metode  kualitatif  deskriptif  atau explanatory. Pendekatan  kualitatif  berarti  tergantung  pada  pengamatan  manusia  atau
orang-orang yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Menurut  Moleong  2006:6,  penelitian  kualitatif  adalah  penelitian
yang  bermaksud  untuk  memahami  fenomena  tentang  apa  yang  dialami subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan lain-lain,
secara  holistik  dan  dengan  suatu  konteks  khusus  yang  alamiah  dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor Moleong, 2006:4, “Metode kualitatif  adalah  prosedur  penelitian  yang  menghasilkan  data  deskriptif,