Pengelola BMN pelaksanaan simak bmn pada satker deputi i semester satu tahun anggaran 2015 bpom evi dwi pebriani 2015

atau pembagian tugas setiap pegawai, sehingga jelas alur kegiatan, atau bisnis proses dalam pelaksanaan tugas”. Melalui Surat Keputusan Kepala Badan POM RI No.HK.04.1.24.07.15.3262 tanggal 1 Juli 2015 Tentang Pelimpahan Sebagian Wewenang Pengelolaan Barang Milik Negara Di Lingkungan Badan POM menyampaikan dengan jelas pada Lampiran I bahwa Direktur Pengawasan Produksi Produk Terapetik dan PKRT sebagai KPB pada Satker Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan NAPZA. Kemudian melalui Surat Keputusan SK Kuasa Pengguna Anggaran Satuan Kerja Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan NAPZA Badan POM No.HK.05.02.312.3.01.15.099 Tahun 2015 tentang Pembentukan Unit Akuntansi Keuangan dan Barang Pada Satuan Kerja Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan NAPZA TA 2015 tanggal 8 Januari 2015, ditetapkan sejumlah pegawai sebagai koordinator, ketua, wakil ketua, dan anggota pengelola BMN di lingkungan Kedeputian I. Substansi dari SK tersebut, selain membentuk UAKPB juga menetapkan sejumlah personil SDM. Hal tersebut untuk memperjelas tugas dan fungsi masing-masing pegawaipejabat dalam melaksanakan SIMAK- BMN. Namun hal yang berbeda disampaikan oleh Ketua Unit Akuntansi KeuanganBarang Deputi I yang mengatakan bahwa: “Walaupun sudah ada SK yang jelas buat petugas BMN di Deputi I ini, tapi pekerjaan yang mereka kerjakan masih serabutan. Semua laporan memang beres tapi sering tidak tepat waktu”. Berdasarkan penelaahan dokumen, diketahui bahwa pada Satker Deputi I tidak ada petugas BMN yang berperan sebagai verifikator sebagaimana yang disebutkan dalam PMK No.213PMK.052013. Verifikator BMN hanya terdapat pada UAPB Badan POM. Selain itu petugas yang tercantum namanya dalam Surat Keputusan tersebut di atas tidak hanya bertugas dalam lingkup kerja pengelolaan BMN, namun juga mengerjakan tugas lain di masing-masing unit yang berbeda. Petugas SIMAK-BMN juga merangkap sebagai petugas di unit akuntansi keuangan Kedeputian I. Disini dapat dilihat bahwa terjadi tumpang tindih beban kerja yang tidak seimbang yang mungkin bisa berakibat tidak maksimalnya hasil kerja. Diperparah dengan keadaan bahwa pegawai yang mengerjakan pengelolaan BMN sebenarnya tidak sama dengan pegawai yang tercantum dalam Surat Keputusan sebagai petugas pengelola BMN. C. Hardware dan Software Perkembangan Teknologi Informasi TI yang sangat pesat belakangan ini memberikan banyak kemudahan di lingkungan instansi pemerintahan. Hal tersebut telah dirasakan manfaatnya termasuk oleh Deputi I. Melalui observasi dan wawancara dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan SIMAK-BMN, Deputi I menggunakan software aplikasi yang dikembangkan oleh Ditjen Perbendaharaan-Kementerian Keuangan. Software yang dikembangkan untuk mendukung pelaksanaan akuntansi dan pelaporan BMN adalah software yang berbasis microsoft visual foxpro. Pada aplikasi SIMAK-BMN terdapat dua sub-sub sistem, yaitu Sistem Akuntansi Aset Tetap dan Sistem Akuntansi Aset Lancar. Sistem Akuntansi Persediaan adalah menjadi bagian dari sub sistem SIMAK- BMN. Untuk menjalankan aplikasi SIMAK-BMN diperlukan hardware yang memiliki platform spesifikasi kemampuan yang cukup memadai. Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis, diketahui bahwa Deputi I telah menyediakan hardware PC yang spesifikasinya sudah memadai untuk digunakan sebagai perangkat guna mendukung proses pelaksanaan aplikasi SIMAK-BMN. Selanjutnya Ketua Unit Akuntansi KeuanganBarang Deputi I menambahkan dengan mengatakan bahwa: “Bahkan untuk menunjang kinerja dan memfasilitasi pertukaran data dengan unit lain, baik secara internal maupun eksternal, Deputi I memiliki satu jaringan internet, wifi, dan satu jaringan LAN Local Area Network”.

D. Klasifikasi dan Kodefikasi

Untuk memudahkan identifikasi, maka setiap BMN diklasifikasikan dengan cara tertentu sehingga memberikan kemudahan dalam pengelolaannya. PMK No.29PMK.062010 tentang Penggolongan dan Kodefikasi Barang Milik Negara sebagai pengganti PMK No.97PMK.062007 tentang Penggolongan dan Kodefikasi Barang Milik Negara membagi BMN dalam klasifikasi golongan, bidang, kelompok, sub kelompok, dan sub-sub kelompok. Seperti yang telah dibahas dalam Buku Pedoman Penatausahaan BMN Badan POM RI Revisi Ke-1, pengkodean BMN diperlukan untuk memudahkan pencatatan dan pengendalian, BMN selain diberikan identifikasi berupa nama, juga diberikan identifikasi dalam bentuk kode. Pemberian kode BMN sepenuhnya mengacu kepada PMK No.29PMK.062010 tentang Penggolongan dan Kodefikasi Barang Milik Negara. Untuk memberikan identitas, BMN diberikan nomor kode barang ditambah nomor urut pendaftarannya dan kode lokasi ditambah tahun perolehannya. Berdasarkan hasil observasi dan penelaahan dokumen yang dilakukan oleh penulis, dapat diketahui bahwa seluruh BMN yang ada di lingkungan Deputi I diberikan identifikasi berupa nama barang beserta kode. Uraian nama dan kode BMN sudah terintegrasi dengan aplikasi SIMAK-BMN, sehingga pada saat penginputan data BMN ke dalam aplikasi, maka secara otomatis kodefikasi akan diberikan kepada BMN tersebut. Kemudian daftar kodefikasi BMN yang terintegrasi dengan aplikasi SIMAK-BMN sudah sesuai atau mengacu pada PMK No.29PMK.062010. Skema kode identitas BMN dan kode lokasi yang ada dalam aplikasi SIMAK-BMN Deputi I adalah sebagai berikut: