Kebijakan Akuntansi BMN pelaksanaan simak bmn pada satker deputi i semester satu tahun anggaran 2015 bpom evi dwi pebriani 2015

objek penyusutan dibagi menjadi dua yaitu, nilai Aset Tetap yang diperoleh sampai dengan 31 Desember 2012, merupakan nilai buku per 31 Desember 2012. Sedangkan nilai Aset tetap yang diperoleh setelah 31 Desember 2012, merupakan nilai perolehan. Dalam hal terjadi perubahan nilai Aset Tetap sebagai akibat penambahan atau pengurangan kuantitas danatau nilai Aset Tetap, yang memenuhi kriteria sebagaimana diatur dalam Standar Akuntansi Pemerintahan, maka penambahan atau pengurangan tersebut diperhitungkan dalam nilai yang dapat disusutkan. Metode penyusutan yang digunakan atas seluruh BMN berupa Aset Tetap dilakukan dengan Metode Garis Lurus. Masa Manfaat atas BMN berupa Aset Tetap dalam rangka penerapan penyusutan mengacu pada Tabel Masa Manfaat I dan Tabel Masa Manfaat II sebagaimana ditetapkan melalui Keputusan Menteri Keuangan No.59KMK.062013 tanggal 13 Maret 2013 tentang Tabel Masa Manfaat Dalam Rangka Penyusutan BMN Berupa Aset Tetap Pada Entitas Pemerintah Pusat. Akumulasi penyusutan disajikan dalam Neraca yang dicantumkan pada Laporan BMN.

G. Prosedur Akuntansi dan Pelaporan BMN

SIMAK-BMN diselenggarakan melalui serangkaian prosedur baik manual maupun otomatis komputerisasi. Prosedur tersebut melibatkan dokumen sumber dalam proses akuntansi untuk menghasilkan berbagai keluaran yang diperlukan baik dalam pengelolaanpenatausahaan maupun pertanggungjawaban BMN. Berdasarkan hasil observasi dan penelaahan dokumen berupa Buku Pedoman Penatausahaan BMN Badan POM RI Revisi Ke-1 Tahun 2013 dan Laporan BMN Deputi I Semester I TA 2015 yang dilakukan oleh penulis, diperoleh informasi terkait prosedur akuntansi dan pelaporan BMN pada Deputi I sebagai berikut: a Input Dokumen Sumber Untuk transaksi saldo awal, dokumen sumber yang diperlukan meliputi catatan dan atau Laporan BMN periode sebelumnya dan apabila diperlukan dapat dilakukan inventarisasi. Inventarisasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keberadaan fisik dari BMN. Selain itu, untuk memastikan kebenaran serta kesahihan dokumen sumber, diperlukan adanya prosedur berupa verifikasi dokumen sumber oleh petugas BMN unit terkait. Verifikasi dokumen sumber dilakukan dengan cara mengidentifikasi apakah dokumen sumber telah disetujui diotorisasi serta diketahui oleh pihak-pihak yang memiliki wewenang, juga mengidentifikasi keakuratan kodefikasi jenis BMN maupun nilai nominal BMN tersebut. Untuk transaksi perolehanpengembangan, dokumen sumber yang diperlukan meliputi BAST BMN, bukti kepemilikan BMN, SPMSP2D, faktur pembelian, kuitansi, ADK, dan dokumen lain yang sah. Setelah dokumen sumber yang ada dinyatakandiyakini kebenarannya, maka dilakukan proses