Prosedur Akuntansi dan Pelaporan BMN
maupun pertanggungjawaban BMN. Berdasarkan hasil observasi dan penelaahan dokumen berupa Buku Pedoman Penatausahaan BMN
Badan POM RI Revisi Ke-1 Tahun 2013 dan Laporan BMN Deputi I Semester I TA 2015 yang dilakukan oleh penulis, diperoleh informasi
terkait prosedur akuntansi dan pelaporan BMN pada Deputi I sebagai berikut:
a Input Dokumen Sumber Untuk transaksi saldo awal, dokumen sumber yang diperlukan meliputi
catatan dan atau Laporan BMN periode sebelumnya dan apabila diperlukan dapat dilakukan inventarisasi. Inventarisasi dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui keberadaan fisik dari BMN. Selain itu, untuk memastikan kebenaran serta kesahihan dokumen sumber,
diperlukan adanya prosedur berupa verifikasi dokumen sumber oleh petugas BMN unit terkait. Verifikasi dokumen sumber dilakukan dengan
cara mengidentifikasi apakah dokumen sumber telah disetujui
diotorisasi serta diketahui oleh pihak-pihak yang memiliki wewenang, juga mengidentifikasi keakuratan kodefikasi jenis BMN maupun nilai
nominal BMN tersebut. Untuk transaksi perolehanpengembangan, dokumen sumber yang diperlukan meliputi BAST BMN, bukti
kepemilikan BMN, SPMSP2D, faktur pembelian, kuitansi, ADK, dan dokumen lain yang sah. Setelah dokumen sumber yang ada
dinyatakandiyakini kebenarannya,
maka dilakukan
proses
pencatatanpenginputanperekaman data ke dalam aplikasi SIMAK- BMN.
b Proses SIMAK-BMN Tingkat UAKPB Deputi I 1 Membukukan data transaksi
BMN ke dalam Daftar Barang Intrakomptabel, Daftar Barang Ekstrakomptabel, dan Daftar Barang
Persediaan berdasarkan dokumen sumber. 2 Membuat atau memutakhirkan KIB, DBR, dan DBL.
3 Melakukan proses penyusutan reguler pada setiap akhir semester. 4 Membuat Laporan BMN pada periode akhir semester.
5 Meminta pengesahan penanggung jawab UAKPB atas Laporan BMN.
6 Menyampaikan data transaksi BMN ke UAKPA selambat-lambatnya tanggal lima bulan berikutnya untuk penyusunan neraca tingkat
UAKPA. Penyampaian ADK ke UAKPA untuk bulan Juni dan Desember dilengkapi pula dengan Catatan Ringkas BMN yang
antara lain berisi kemungkinan masih adanya barang-barang yang bermasalah seperti tidak dapat dimasukkannya item BMN tertentu ke
dalam aplikasi karena tabel barangnya belum mampu menampung nama barang tersebut meskipun sudah didekatkan dengan nama
barang lain yang sudah ada dalam tabel. 7 Melakukan rekonsiliasi internal Laporan BMN dengan Laporan
Keuangan. Prosedur rekonsiliasi dilakukan dalam rangka untuk meminimalisir terjadinya kesalahankekeliruan dalam pencatatan
BMN. Tetapi proses rekonsiliasi internal tersebut belum didukung dengan adanya BAR.
8 Menyampaikan Laporan BMN, ADK, dan Catatan Ringkas BMN ke UAPB, selambat-lambatnya sepuluh hari setelah berakhirnya suatu
semester dan selambat-lambatnya lima belas hari setelah berakhirnya tahun anggaran.
9 Selain harus melakukan prosedur rekonsiliasi internal, Satker Deputi I sebagai UAKPB juga harus melakukan rekonsiliasi data dengan
KPKNL Jakarta IV setiap periode akhir semester. Prosedur
rekonsiliasi eksternal ini sudah didukung dengan adanya BAR. 10 Mengarsipkan Laporan BMN dan seluruh data dukungnya secara
tertib. c Laporan SIMAK-BMN Tingkat KPB
KeluaranLaporan yang dihasilkan dari SIMAK-BMN tingkat UAKPB semesteran dan tahunan antara lain meliputi:
1 Neraca 2 Laporan Posisi Neraca di Persediaan
3 Laporan Persediaan 4 Laporan Mutasi Barang Persediaan
5 Daftar Transaksi Persediaan 6 Laporan Posisi Barang Milik Negara di Neraca
7 Catatan Ringkas Barang Milik Negara CRBMN 8 Laporan Barang Kuasa Pengguna Intrakomptabel
9 Laporan Barang Kuasa Pengguna Ekstrakomptabel 10 Laporan Barang Kuasa Pengguna Gabungan Intrakomptabel dan
Ekstrakomptabel 11 Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran Aset Tak Berwujud
12 Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran Barang Bersejarah 13 Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran Konstruksi Dalam
Pengerjaan 14 Laporan Daftar BMN Menurut Jenis Transaksi
15 Laporan CRBMN Kuasa Pengguna 16 Laporan Penyusutan BMN
17 Laporan Pengelolaan BMN Dari hasil observasi juga diperoleh informasi bahwa metode
pengarsipan data-data terkait BMN, ADK BMN, dan data dukungnya, serta Laporan BMN belum diarsipkan secara terpusat dan rapi. Perihal tersebut
diketahui penulis saat melakukan observasi langsung di lingkungan kerja Deputi I, penulis mengalami kendala dalam menemukan dokumen-
dokumen tersebut dan bisa diperoleh tetapi dari pihak-pihak yang berbeda di unit kerja berbeda pula.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Sebagai penutup dari skripsi ini, berikut akan disampaikan kesimpulan dari hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Kemudian
akan disampaikan pula saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan NAPZA dalam
mencapai visi untuk menjadi institusi pengawas obat yang inovatif, kredibel, dan diakui secara internasional untuk melindungi masyarakat.