Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik
barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang; atau barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh ketentuan hukum tetap. Sebagaimana tertuang dalam PP No.6 Tahun 2006 pengertian BMN adalah ”semua barang yang dibeli atau
diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah”.
Berdasarkan lampiran bagian keempat PMK No.171PMK.052007, dijelaskan bahwa BMN meliputi unsur-unsur aset tetap, aset lancar, aset
lainnya, dan aset bersejarah. Aset lancar adalah aset yang diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu
12 dua belas bulan sejak tanggal pelaporan. Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 dua belas bulan
untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Sedangkan aset lainnya adalah aset yang tidak bisa
dikelompokkan ke dalam aset tetap maupun aset lancar. Adapun aset bersejarah merupakan aset yang mempunyai ketetapan hukum sebagai
aset bersejarah dikarenakan karena kepentingan budaya, lingkungan, dan sejarah. Aset bersejarah tidak wajib disajikan dalam neraca tetapi harus
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. BMN yang merupakan aset lancar adalah persediaan. Sedangkan BMN yang berupa
aset tetap meliputi tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan, aset tetap lainnya, serta konstruksi dalam
pengerjaan. BMN yang berupa aset tetap yang tidak digunakan lagi
dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah dimasukkan ke dalam pos aset lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya.
Pemerintah wajib
melakukan pengamanan terhadap
BMN. Pengamanan
tersebut meliputi
pengamanan fisik,
pengamanan administratif, dan pengamanan hukum. Dalam rangka pengamanan
administratif dibutuhkan sistem penatausahaan yang dapat menciptakan pengendalian atas BMN. Selain berfungsi sebagai alat kontrol, sistem
penatausahaan tersebut juga harus dapat memenuhi kebutuhan manajemen
pemerintah di
dalam perencanaan
pengadaan, pengembangan, pemeliharaan, maupun penghapusan.
Oleh karenanya sistem penatausahaan BMN tersebut di dukung dengan perangkat lunak software yang disebut SIMAK-BMN. SIMAK-
BMN merupakan sistem yang dikembangkan berdasarkan sistem terdahulunya yaitu Sistem Akuntansi Aset Tetap berdasarkan Kep. Ka.
BAKUN No.KEP-09AK2002 dan Sistem Akuntansi Barang Milik Negara berdasarkan PMK No.59PMK.062005. Berikutnya peraturan pertama
yang mengatur tentang SIMAK-BMN adalah PMK No.171PMK.052007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat
yang sudah mengalami dua kali revisi. Revisi terakhir yaitu PMK No.213PMK.052013.
SIMAK-BMN memungkinkan penyederhanaan dalam proses manual dan mengurangi tingkat kesalahan manusia dalam pelaksanaannya.
SIMAK-BMN selain mendukung pelaksanaan pertanggungjawaban, juga
memberikan berbagai informasi dalam rangka pengelolaan barang. Oleh karena itu, keluaran SIMAK-BMN juga memberikan manfaat kepada
Pengguna Barang dan Kuasa Pengguna Barang dalam tugas-tugas manajerialnya. Selain itu, SIMAK-BMN juga menyatukan konsep
manajemen barang dengan pelaporan untuk tujuan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN dalam bentuk neraca. Sehingga dengan demikian
SIMAK-BMN dapat
memenuhi kebutuhan
manajerial dan
pertanggungjawaban sekaligus. Informasi BMN yang dihasilkan dari SIMAK-BMN memberikan
dukungan yang signifikan dalam laporan keuangan neraca terutama berkaitan dengan pos-pos persediaan, aset tetap maupun aset lainnya.
Sehingga jika keluaran output SIMAK-BMN kurang baik maka akan mempengaruhi kualitas neraca itu sendiri. Berdasarkan Lampiran Bab III
PMK No.213PMK.052013 dijelaskan dokumenlaporan yang dihasilkan dari SIMAK-BMN pada proses pencatatan dan pelaporan pada Unit
Akuntansi dan Pelaporan Barang, antara lain terdiri dari: a.
Daftar BMN; b.
Kartu Inventaris Barang KIB Tanah; c.
Kartu Inventaris Barang KIB Bangunan Gedung; d.
Kartu Inventaris Barang KIB Alat Angkutan Bermotor; e.
Kartu Inventaris Barang KIB Alat Persenjataan; f.
Daftar Inventaris Lainnya DIL; g.
Daftar Inventaris Ruangan DIR;
h. Laporan Barang Kuasa Pengguna LBKP;
i. Laporan Kondisi Barang LKB; dan
j. Laporan terkait dengan Penyusutan Aset Tetap.
Daftar BMN meliputi: a.
Daftar Barang Intrakomptabel, b.
Daftar Barang Ekstrakomptabel, c.
Daftar Barang Bersejarah, d.
Daftar Barang Persediaan, dan e.
Daftar Konstruksi Dalam Pengerjaan KDP. Laporan Barang Kuasa Pengguna LBKP meliputi:
a. LBKP Intrakomptabel,
b. LBKP Ekstrakomptabel,
c. LBKP Gabungan,
d. LBKP Persediaan,
e. LBKP Barang Bersejarah, dan
f. LBKP KDP.
LBKP Gabungan
merupakan hasil
penggabungan LBKP
Intrakomptabel dan LBKP Ekstrakomptabel. LBKP Barang Bersejarah hanya menyajikan kuantitas tanpa nilai.
Transparansi pengelolaan keuangan negara dalam hal ini
pengelolaan BMN dapat tercermin dari laporan BMN. Karakteristik sebagai prasyarat normatif yang diperlukan agar informasi dari laporan
BMN yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan
keuangan dapat memenuhi kualitas baik berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah SAP, harus memiliki karakteristik dasar sebagai berikut:
1 Relevan
Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna
dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau
mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan BMN yang relevan dapat dihubungkan dengan
maksud penggunaannya. Informasi dapat dikatakan relevan jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a Memiliki manfaat umpan balik feedback value
Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi ekspektasi mereka di masa lalu.
b Memiliki manfaat prediktif predictive value
Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian
masa kini. c
Tepat waktu Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh
dan berguna dalam pengambilan keputusan. d
Lengkap
Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap mungkin, mencakup semua informasi akuntansi yang dapat
mempengaruhi pengambilan
keputusan dengan
memperhatikan kendala
yang ada.
Informasi yang
melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam laporan BMN diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan
dalam penggunaan informasi tersebut dapat dicegah. Agar informasi yang disajikan dapat relevan maka informasi yang
disajikan dalam laporan BMN pemerintah harus didasarkan pada kebutuhan informasi para pengguna laporan BMN pemerintah.
2 Andal
Informasi dalam laporan BMN bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta
secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka
penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan dan merugikan pengguna laporan BMN. Informasi yang andal
memenuhi karakteristik: a
Penyajian Jujur Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta
peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.
b Dapat Diverifikasi verifiability
Informasi yang disajikan dalam laporan BMN dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang
berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh.
c Netralitas
Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu.
Agar informasi yang dihasilkan dapat dipercaya andal maka penyajian
informasi dalam laporan BMN pemerintah harus didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan
disajikan secara menyeluruh. 3
Dapat Dibandingkan Pengguna harus dapat membandingkan laporan BMN entitas antar
periode. Informasi yang termuat dalam laporan BMN akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan BMN periode
sebelumnya atau laporan BMN entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan
eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke
tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas yang
diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah menerapkan kebijakan akuntansi yang
lebih baik daripada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan.
Agar informasi yang disajikan dapat dibandingkan maka penyajian laporan BMN pemerintah minimal harus disajikan dalam 2 dua
periode atau 2 dua tahun anggaran. 4
Dapat Dipahami Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah
dikatakan dapat dipahami jika pengguna mengerti dengan informasi- informasi yang disajikan dan mampu menginterpretasikannya. Hal ini
dapat terlihat dari manfaat informasi yang disajikan tersebut terhadap pengambilan keputusan. Untuk itu, penyajian informasi dalam
laporan BMN pemerintah harus menggunakan formatbentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna.
Pengguna harus diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas pelaporan, serta
memiliki kemauan untuk mempelajari informasi yang disajikan dalam laporan BMN pemerintah.
Dalam kenyataannya, pemerintah masih menghadapi beberapa kendala-kendala dalam menyajikan informasi yang relevan dan andal
tersebut. Kendala tersebut merupakan suatu keadaan yang tidak memungkinkan terwujudnya kondisi yang ideal dalam mewujudkan
laporan BMN pemerintah yang relevan dan andal akibat keterbatasan atau
karena alasan-alasan kepraktisan. Tiga hal yang menimbulkan kendala dalam penyajian laporan BMN pemerintah tersebut, yaitu:
a. Materialitas
Walaupun idealnya memuat segala informasi, laporan BMN pemerintah hanya diharuskan memuat informasi yang memenuhi
kriteria materialitas. Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi
tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan BMN. Selama seluruh informasi yang
material telah disajikan dalam laporan maka laporan BMN pemerintah tersebut dapat dikatakan wajar. Hal inilah yang
mengakibatkan mungkin saja ada suatu informasi yang tidak disajikan dalam laporan BMN pemerintah.
b. Pertimbangan Sehat
Penyusun laporan BMN adakalanya menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu. Ketidakpastian semacam itu diakui
dengan mengungkapkan hakekat serta tingkatnya dan dengan menggunakan pertimbangan sehat prudence dalam penyusunan
laporan BMN. Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan prakiraan dalam kondisi ketidakpastian,
sehingga semua dapat dinyatakan secara wajar. c.
Keseimbangan antar Karakteristik Kualitatif
Keseimbangan antar karakteristik kualitatif yang diperlukan untuk mencapai suatu keseimbangan yang tepat di antara berbagai tujuan
normatif yang diharapkan dipenuhi oleh laporan BMN pemerintah. Bisa saja untuk mementingkan dipenuhinya keandalan suatu
informasi, menyebabkan informasi tersebut kurang relevan, begitu pula sebaliknya jika relevansinya dipentingkan, mengakibatkan
informasi tersebut kurang andal. Kepentingan relatif antar
karakteristik dalam berbagai kasus mungkin akan berbeda, terutama antara relevansi dan keandalan, adakalanya pengguna lebih
membutuhkan informasi yang andal dibandingkan informasi yang relevan, namun bisa saja pengguna lebih mementingkan
kerelavansian dari pada keandalannya. Untuk itu, dibutuhkan suatu pertimbangan profesional dalam penentuan tingkat kepentingan
antara dua karakteristik kualitatif tersebut agar dapat menyediakan informasi sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Berdasarkan PMK No.213PMK.052013 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat terdapat beberapa aspek
yang terkait dengan pelaksanaan SIMAK-BMN pada Satuan Kerja Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan NAPZA Semester I TA 2015
Badan POM, aspek SIMAK-BMN yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1.
Pembentukan Unit Akuntansi Pembentukan unit akuntansi merupakan hal yang sangat diperlukan,
mengingat dengan dibentuknya unit akuntansi maka tanggungjawab
masing-masing unit dapat dibagi secara jelas serta untuk mendukung terciptanya ketertiban pencatatan BMN dalam rangka mendukung
penyusunan laporan keuangan. Untuk melaksanakan SIMAK-BMN, KL membentuk Unit Akuntansi BMN UAB. Secara umum, struktur organisasi
UAB sebagaimana ditetapkan dalam PMK No.213PMK.052013 adalah sebagai berikut:
a. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pengguna Barang UAPB;
b. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pembantu Pengguna
Barang UAPPB-E1; c.
Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pembantu Pengguna Barang Wilayah UAPPB-W; dan
d. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Kuasa Pengguna Barang
UAKPB. 2.
Pengelola BMN Pengelola BMN merupakan Sumber Daya Manusia SDM yang
menjadi faktor sentral dalam suatu unit organisasi pengelolaan BMN, apapun bentuk serta tujuannya, suatu unit organisasi dibuat berdasarkan
berbagai visi untuk kepentingan manusia dan dalam pelaksanaan misinya dikelola dan diurus oleh manusia itu sendiri yaitu pengelola BMN. Jadi
manusia merupakan faktor strategis
dalam semua kegiatan unit
organisasi. Dalam mencapai tujuannya tentu suatu unit organisasi memerlukan SDM sebagai pengelola sistem. Agar suatu sistem bisa
berjalan, tentu dalam pengelolaannya harus memperhatikan beberapa
aspek penting seperti pelatihan, pengembangan kemampuan, motivasi, dan aspek-aspek lainnya. Hal ini akan menjadikan SDM pengelola BMN
sebagai salah satu indikator penting dalam pencapaian tujuan unit organisasi BMN secara efektif dan efisien.
Pengelola BMN merupakan aset unit organisasi pengelolaan BMN yang sangat vital, karena itu peran dan fungsinya tidak dapat digantikan
oleh sumber daya lainnya. Walaupun kenyataannya telah banyak peran dan fungsi SDM yang digantikan oleh teknologi peralatan. Semutakhir
apapun teknologi yang digunakan atau seberapa banyak data dan dana yang disiapkan, namun tanpa SDM pengelola yang profesional semua
menjadi tidak bermakna. Dalam strategi SDM pengelola yang baik diperlukan SDM yang berkualitas dan memiliki kompetensi tinggi sebagai
modal atau kekayaan yang penting dalam organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Berikut ini gambaran kebutuhan SDM pengelola BMN untuk struktur akuntansi yang diperlukan di level organisasi UAKPB yang tercantum
dalam PMK No.213PMK.052013:
GAMBAR 2.2 STRUKTUR SDM ORGANSASI UAKPB
Keterangan: Penanggung Jawab
Petugas Akuntansi BMN
Sumber: PMK No.213PMK.052013
Mengingat ketidakseragaman jenis dan kultur unit organisasi pemerintah yang disebabkan adanya ciri khaskeunikan pada beban kerja
dari masing-masing unit. Maka pemenuhan kebutuhan SDM pengelola BMN disesuaikan dengan kapasitas SDM yang dimiliki oleh masing-
masing level unit organisasi.
KASUBAG UMUMTUPEJABAT
YANG DITETAPKAN
PETUGAS VERIFIKASI
KEPALA SATUAN
KERJA A
PETUGAS ADMINISTRASI
3. Hardware dan Software
Perkembangan Teknologi Informasi TI yang sangat pesat belakangan ini memberikan banyak kemudahan di lingkungan
pemerintahan. Peran TI dalam berbagai aspek kegiatan pemerintah dapat dipahami karena sebagai sebuah teknologi yang menitikberatkan pada
pengaturan sistem informasi dengan penggunaan komputer. TI dapat memenuhi kebutuhan informasi dengan sangat cepat, tepat waktu,
relevan, dan akurat. Penerapan TI di lingkungan pemerintah mempunyai peranan penting dan sudah menjadi kebutuhan dasar bagi setiap entitas
atau unit pemerintahan terutama dalam menjalankan atau memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Hardware dan software merupakan hal yang sudah sangat lazim harus ada dalam proses TI untuk mendukung pelaksanaan suatu kegiatan
yang memungkinkan penyederhanaan dalam proses manual dan mengurangi tingkat kesalahan manusia human error. Adapun software
yang dikembangkan untuk mendukung sistem akuntansi BMN adalah software yang berbasis microsoft fisual foxpro, dan lebih dikenal dengan
nama aplikasi SIMAK-BMN. Seperti yang dikemukakan dalam buku Pedoman Penatausahaan Barang Milik Negara Badan Pengawas Obat
dan Makanan 2013:14, “aplikasi SIMAK-BMN merupakan sistem terpadu yang merupakan gabungan prosedur manual dan komputerisasi dalam
rangka menghasilkan data transaksi untuk mendukung penyusunan neraca. Di samping itu, SIMAK-BMN juga menghasilkan daftra barang,
laporan barang, dan berbagai kartu kontrol yang berguna untuk menunjang fungsi pengelolaan BMN”.
4. Kodefikasi dan Klasifikasi BMN
Untuk memudahkan identifikasi, maka setiap BMN diklasifikasikan dengan cara tertentu sehingga memberikan kemudahan dalam
pengelolaannya. PMK No.29PMK.062010 tentang Penggolongan dan Kodefikasi
Barang Milik
Negara sebagai
pengganti PMK
No.97PMK.062007 tentang Penggolongan dan Kodefikasi Barang Milik Negara membagi BMN dalam klasifikasi golongan, bidang, kelompok, sub
kelompok, dan sub-sub kelompok. Pengkodean BMN diperlukan untuk memudahkan pencatatan dan
pengendalian, BMN selain diberikan identifikasi berupa nama, juga diberikan identifikasi dalam bentuk kode. Pemberian kode BMN
sepenuhnya mengacu kepada PMK No.29PMK.062010
tentang Penggolongan dan Kodefikasi Barang Milik Negara. Untuk memberikan
identitas, BMN diberikan nomor kode barang ditambah nomor urut pendaftarannya dan kode lokasi ditambah tahun perolehannya.
Kode Lokasi adalah kode yang dipergunakan untuk mengidentifikasi unit penanggung jawab akuntansi BMN. Kode ini terdiri dari 16 enam
belas angka yang memuat kode UAPB, UAPPB-E1, UAPPB-W, UAKPB, dan UAPKPB dengan susunan, sebagai berikut:
GAMBAR 2.3 SKEMA KODE LOKASI BMN
XXX . XX . XX . XXXXXX . XXX
UAPKPB
UAKPB UAPPB-W
UAPPB-E1
UAPB
Sumber: PMK No.213PMK.052013
a. Kode UAPB, mengacu kepada kode Bagian Anggaran KL yang
bersangkutan. b.
Kode UAPPB-E1, mengacu kepada Kode Anggaran unit eselon I pada KL yang bersangkutan.
c. Kode UAPPB-W, mengacu kepada Kantor Wilayah atau Kode
Wilayah Anggaran. d.
Unit kerja pada kantor pusat KL dan unit eselon-1, kode UAPPB-W diisi dengan 00.
e. Kode UAKPB, mengacu kepada Kode Satuan Kerja pada DIPA.
f. Kode UAPKPB Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pembantu
Kuasa Pengguna Barang. Pembentukan UAPKPB bersifat opsional untuk UAKPB yang satu atau beberapa bagiannya terpisah oleh
jarak yang relatif jauh danatau span of controll yang terlalu besar. Pembentukan UAPKPB harus dikonsultasikan dengan dan disetujui
oleh penanggungjawab UAPPB-E1. Kode Barang terdiri dari golongan, bidang, kelompok, sub kelompok
dan sub-sub kelompok, dengan susunan sebagai berikut:
GAMBAR 2.4 SKEMA KODE BARANG BMN
X. XX . XX . XX . XXX
Sub-sub kelompok Sub kelompok
Kelompok Bidang
Golongan
Sumber: PMK No.213PMK.052013
Pengelompokanklasifikasi BMN
seperti tersebut
di atas
berhubungan dengan Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan BMN pada masing-masing jenjang organisasi Akuntansi BMN. Pada tingkat
UAKPB, BMN diklasifikasikan ke dalam sub-sub kelompok, pada tingkat UAPPB-W diklasifikasi ke dalam sub kelompok, pada tingkat UAPPB-E1
dan UAPB diklasifikasikan ke dalam kelompok. Kode Registrasi adalah kode yang terdiri dari Kode Lokasi ditambah
dengan tahun perolehan dan Kode Barang ditambah dengan nomor urut
pendaftaran. Kode registrasi merupakan tanda pengenal BMN dengan susunan sebagai berikut:
GAMBAR 2.5 SKEMA KODE REGISTRASI BMN
UAPB UAPPB-E1
UAPPB-W UAKPB
UAPKPB Tahun Perolehan
XXX . XX. XX. XXXXXX. XXX. XXXX
X. XX. XX. XX. XXX. XXXXXX
Nomor urut pendaftaran Sub-sub kelompok
Sub kelompok Kelompok
Bidang Golongan
Sumber: PMK No.213PMK.052013
Pasal dua 2 PMK No.29PMK.062010 menyebutkan bahwa “Penggolongan dan Kodefikasi BMN bertujuan untuk menyeragamkan
Penggolongan dan Kodefikasi BMN secara nasional guna mewujudkan tertib administrasi dan mendukung tertib pengelolaan BMN”.
5. Transaksi BMN
SIMAK-BMN merupakan prosedur dalam siklus akuntansi yang dilaksanakan pada lingkup kementerian negaralembaga
yang dalam
pelaksanaannya memproses transaksi barang untuk
menghasilkan berbagai keluaran yang diperlukan baik dalam pengelolaan maupun
pertanggungjawaban BMN. Berikut jenis-jenis transaksi dalam akuntansi BMN yang dikutip PMK No.213PMK.052013:
a. Saldo Awal
Saldo awal merupakan saldo BMN pada awal tahun anggaran berjalan atau awal tahun mulai diimplementasikannya SIMAK-BMN yang
merupakan akumulasi dari seluruh transaksi BMN tahun sebelumnya atau merupakan BMN yang sampai dengan tahun pelaporan belum dilakukan
proses pencatatan sehingga harus dilakukan pencatatan pada saldo awal. b.
Perolehan BMN Merupakan transaksi penambahan BMN yang tahun tanggal
perolehannya sama dengan tahun anggaran berjalan. Transaksi perolehan BMN meliputi:
1 Pembelian, adalah terjadinya transaksi pertukaran dengan
penyerahan sejumlah uang untuk memperoleh sejumlah barang.
2 Transfer Masuk, merupakan perolehan BMN dari hasil transfer
masuk dari Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan lain dalam lingkup Pemerintah Pusat tanpa menyerahkan sejumlah
sumber daya ekonomi. 3
Hibah, merupakan perolehan BMN dari luar Pemerintah Pusat tanpa menyerahkan sejumlah sumber daya ekonomi.
4 Rampasan, merupakan transaksi perolehan BMN dari hasil
rampasan berdasarkan putusan pengadilan. 5
Penyelesaian Pembangunan, merupakan transaksi perolehan BMN
dari hasil
penyelesaian pembangunan
berupa bangunangedung
dan BMN
lainnya yang
telah diserahterimakan dengan Berita Acara Serah Terima.
6 Pembatalan Penghapusan, merupakan pencatatan BMN dari
hasil pembatalan penghapusan yang sebelumnya telah dihapuskandikeluarkan dari pembukuan.
7 Reklasifikasi Masuk, merupakan transaksi BMN
yang sebelumnya telah dicatat dengan klasifikasi BMN yang lain.
8 Pelaksanaan dari PerjanjianKontrak, merupakan barang yang
diperoleh dari pelaksanaan kerja sama pemanfaatan, bangun guna serahbangun serah guna, tukar menukar, dan perjanjian
kontrak lainnya. c.
Perubahan BMN Transaksi perubahan BMN meliputi:
1 Pengurangan, merupakan transaksi pengurangan kuantitas dan
nilai BMN yang menggunakan satuan luas atau satuan lain yang pengurangannya tidak menyebabkan keseluruhan BMN
hilang. 2
Pengembangan, merupakan transaksi pengembangan BMN yang dikapitalisir yang mengakibatkan pemindahbukuan dari
Daftar BMN Ekstrakomptabel ke Daftar BMN Intrakomptabel atau perubahan nilaisatuan BMN dalam BI Intrakomptabel.
3 Perubahan Kondisi, merupakan pencatatan perubahan kondisi
BMN. 4
Koreksi Perubahan
NilaiKuantitas, merupakan
koreksi pencatatan atas nilaikuantitas BMN yang telah dicatat dan
telah dilaporkan sebelumnya. d.
Penyusutan BMN berupa aset tetap selain tanah dan KDP disusutkan sesuai
ketentuan yang berlaku tentang penyusutan aset tetap pada pemerintah pusat.
e. Penghapusan BMN
Transaksi penghapusan BMN, antara lain terdiri dari: 1
Penghapusan, merupakan transaksi untuk menghapus BMN dari
pembukuan berdasarkan
suatu surat
keputusan penghapusan oleh instansi yang berwenang;
2 Transfer Keluar, merupakan penyerahan BMN dari hasil
transfer keluar dari unit lain dalam lingkup Pemerintah Pusat tanpa menerima sejumlah sumber daya ekonomi.
3 Hibah
keluar, merupakan
penyerahan BMN
karena pelaksanaan hibah, atau yang sejenis ke luar Pemerintah Pusat
tanpa menerima sejumlah sumber daya ekonomi. 4
Reklasifikasi Keluar, merupakan transaksi BMN ke dalam klasifikasi BMN yang lain. Transaksi ini berkaitan dengan
transaksi Reklasifikasi Masuk. 6.
Kebijakan Akuntansi BMN Barang adalah bagian dari kekayaan negara yang merupakan satuan
tertentu yang dapat dinilaidihitungdiukurditimbang dan dinilai tidak termasuk uang dan surat berharga. Menurut UU No.1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, BMN adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
BMN memiliki jenis dan variasi yang sangat beragam, baik dalam hal tujuan perolehannya maupun masa manfaat yang diharapkan. Oleh
karena itu, dalam perlakuan akuntansinya ada BMN yang dikategorikan sebagai aset lancar, aset tetap, dan aset lainnya.
BMN dikategorikan sebagai aset lancar apabila diharapkan segera dipakai atau dimiliki untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat
dalam waktu 12 dua belas bulan sejak tanggal pelaporan. BMN yang memenuhi kriteria ini diperlakukan sebagai Persediaan.
Sedangkan BMN dikategorikan sebagai aset tetap apabila mempunyai masa manfaat lebih dari 12 dua belas bulan, tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal Kuasa Pengguna Barang, dan diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.
BMN yang memenuhi kriteria tersebut bisa meliputi sebagai berikut: a.
Tanah; b.
Peralatan dan Mesin; c.
Gedung dan Bangunan; d.
Jalan, Irigasi, dan Jaringan; e.
Aset Tetap Lainnya; dan f.
Konstruksi dalam Pengerjaan. Sedangkan BMN berupa aset tetap yang sudah dihentikan penggunaan
aktif pemerintah, digolongkan sebagai aset lain-lain. Dalam SAPP,
kebijakan akuntansi BMN mencakup masalah
pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan. Kebijakan akuntansi BMN ini diatur di dalam PMK No.213PMK.052013 dan
peraturan terdahulunya PMK No.171PMK.052007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.
7. Prosedur Akuntansi dan Pelaporan BMN
SIMAK-BMN diselenggarakan melalui serangkaian prosedur baik manual maupun komputerisasi. Prosedur tersebut melibatkan dokumen
sumber, organisasi akuntansi, dan proses akuntansi dalam rangka menghasilkan berbagai keluaran yang diperlukan baik dalam pengelolaan
maupun pertanggungjawaban BMN. Berikut prosedur akuntansi pada masing-masing tingkat unit akuntansi dan pelaporan BMN berdasarkan
PMK No.213PMK.052013: a.
Prosedur Akuntansi BMN pada Tingkat UAKPB Pasal 33 menyebutkan bahwa “UAKPB memproses transaksi BMN
dalam rangka penyusunan Laporan Barang Kuasa Pengguna LBKP dan Laporan Keuangan tingkat UAKPA. LBKP dilampirkan pada Laporan
Keuangan tingkat UAKPA. UAKPB menyampaikan LBKP disertai Catatan atas Laporan BMN beserta ADK transaksi BMN kepada UAPPB-W dan
Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang KPKNL setiap semesteran dan tahunan. Dalam hal UAKPB tidak menyampaikan LBKP
kepada KPKNL, KPKNL dapat mengusulkan kepada KPPN untuk mengenakan sanksi administratif terhadap UAKPB terkait”.
UAKPB Dekonsentrasi melaksanakan proses akuntansi atas
Dokumen Sumber terkait transaksi BMN dalam rangka penyusunann LBKP
Dekonsentrasi dan
Laporan Keuangan
tingkat UAKPA
Dekonsentrasi. LBKP dilampirkan pada Laporan Keuangan tingkat UAKPA Dekonsentrasi. UAKPB Dekonsentrasi menyampaikan LBKP
disertai Catatan atas Laporan BMN beserta ADK transaksi BMN kepada UAPPB-W Dekonsentrasi, UAPPB-E1 yang mengalokasikan
Dana Dekonsentrasi, dan KPKNL setiap semesteran dan tahunan. Dalam hal
UAKPB Dekonsentrasi tidak menyampaikan LBKP kepada KPKNL, KPKNL dapat mengusulkan kepada KPPN untuk mengenakan sanksi
administratif terhadap UAKPB Dekonsentrasi terkait. Prosedur yang sama pada
UAKPB Dekonsentrasi juga berlaku untuk UAKPB Tugas
Pembantuan. Informasi tersebut berdasarkan Pasal 34 dan Pasal 35 PMK No.213PMK.052013.
b. Prosedur Akuntansi BMN pada Tingkat UAKPB-W
Pasal 36 menjelaskan bahwa UAPPB-W melaksanakan proses penggabungan LBKP dalam rangka penyusunan Laporan Barang
Pembantu Pengguna Wilayah LBPP-W. LBPP-W dilampirkan pada Laporan Keuangan tingkat UAPPA-W. UAPPB-W menyampaikan LBPP-W
disertai Catatan atas Laporan BMN beserta ADK transaksi BMN kepada UAPPB-E1 dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
setiap semesteran dan tahunan. Dalam hal UAPPB-W tidak menyampaikan LBKP kepada Kanwil Direktorat Jenderal Kekayaan
Negara, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara dapat mengusulkan kepada KPPN untuk mengenakan sanksi administratif
terhadap UAKPA terkait yang bertindak selaku UAPPB-W. c.
Prosedur Akuntansi BMN pada Tingkat UAKPB-E1 UAPPB-E1 melaksanakan proses penggabungan LBPP-W yang
disampaikan oleh UAPPB-W yang berada di wilayah kerjanya termasuk UAPPB-W Dekonsentrasi, UAPPB-W Tugas Pembantuan, dan LBKP yang
disampaikan oleh UAKPB yang langsung berada di bawah UAPPB-E1 dalam rangka penyusunan Laporan Barang Pembantu Pengguna Eselon
1 LBPP-E1. LBPP-E1 dilampirkan pada Laporan Keuangan tingkat
UAPPA-E1. UAPPB-E1 menyampaikan LBPP-E1 disertai Catatan atas Laporan BMN beserta ADK transaksi BMN kepada UAPB setiap
semesteran dan tahunan. Penjelasan di atas diungkapkan pada Pasal 39. d.
Prosedur Akuntansi BMN pada Tingkat UAPB Pasal 40 menjelaskan bahwa UAPB
melaksanakan proses penggabungan LBPP-E1 dalam rangka penyusunan Laporan Barang
Pengguna LBP. LBP dilampirkan pada Laporan Keuangan tingkat UAPA. UAPB menyampaikan LBP disertai Catatan atas Laporan BMN beserta
ADK transaksi BMN kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Kekayaan Negara setiap semesteran dan tahunan.
Setiap Kuasa Pengguna Barang wajib melakukan rekonsiliasi dan menyampaikan LBKP kepada KPKNL sesuai dengan batas waktu yang
telah ditentukan. Apabila UAKPB tidak melakukan rekonsiliasi dan menyampaikan LBKP tersebut, KPKNL dapat mengusulkan kepada KPPN
untuk mengenakan sanksi kepada UAKPA yang bertindak selaku UAKPB yang lalaitidak melakukan rekonsiliasi dan menyampaikan LBKP. Atas
usulan dari KPKNL, KPPN menetapkan sanksi berupa pengembalian SPM yang diajukan satker selaku UAKPA.
Pelaksanaan sanksi tidak menggugurkan kewajiban UAKPB untuk melakukan rekonsiliasi dan
menyampaikan laporan keuangan. Setiap
UAPPA-W juga
wajib melakukan
rekonsiliasi dan
menyampaikan laporan keuangan kepada Kanwil Ditjen Kekayaan Negara sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Apabila UAPPB-W
terlambattidak melakukan rekonsiliasi dan menyampaikan laporan keuangan tersebut, Kanwil Ditjen Kekayaan Negara dapat mengusulkan
kepada KPPN untuk mengenakan sanksi kepada UAKPA yang bertindak selaku
UAPPB-W yang
lalaitidak melakukan
rekonsiliasi dan
menyampaikan Laporan Keuangan. Atas usulan dari Kanwil Ditjen Kekayaan Negara, KPPN menetapkan sanksi berupa pengembalian SPM
yang diajukan satuan kerja selaku UAKPA. Pelaksanaan sanksi tidak menggugurkan kewajiban UAPPA-W untuk melakukan rekonsiliasi dan
menyampaikan Laporan Keuangan.