Kerangka Umum Pendekatan Kondisi Daerah Studi

30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Umum Pendekatan

Metodologi yang digunakan dalam studi ini adalah metode survei dan eksperimen model. Bagan alir yang menerangkan metodologi studi dimaksud adalah sebagaimana terlihat pada Gambar 3.1. Analisis Data Pembahasan Kesimpulan dan Saran SELESAI 5. Panjang antrian 4. Sinyal setting 3. Kecepatan tempuh 2. Volume Lalu Lintas 2. Peta Jaringan Jalan 1. Road Inventory Survey 1. Peta Kota Semarang Konsumsi bahan bakar minyak bagi kendaraan yang lewat 2 simpang bersinyal lebih kecil dibandingkan dengan rute alihan Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder MULAI Pengamatan Daerah Studi Studi Literatur Hipotesis : Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian 31

3.2. Kondisi Daerah Studi

Jalan Ahmad Yani merupakan jalan arteri sekunder, 4 lajur 2 arah. Tinggi kerb trotoir terhadap permukaan jalan bagian tepi 0,20 m. Pengguna jalan adalah pelaku transpor lokal dalam kota, dan menerus antar kota. Pengguna lokal ada yang menggunakaan kendaraan pribadi, ada yang mengandalkan layanan angkutan umum, termasuk becak. Pengguna jasa angkutan umum lebih senang menunggu dan menyetop angkutan umum di dekat persimpangan, bahkan sebelum Pertigaan ke Atmodirono, sehingga jika mereka akan masuknaik angkutan umum terjadi tundaan dan kemacetan beberapa detik. Jalan Brigjen Katamso merupakan jalan kolektor primer, pembagian waktu penggunaan jalan adalah 4 lajur 1 arah pagi hari untuk arah barat ke timur dan 4 lajur 2 arah siang, sore dan malam hari. Tinggi kerb trotoir terhadap permukaan jalan bagian tepi 0,20 m. Pengguna jalan adalah pelaku transpor lokal dalam kota dan menerus antar kota. Jalan MT Haryono merupakan jalan arteri sekunder, 4 lajur 1 arah mulai dari persimpangan dengan jalan Brigjen Katamso dan jalan Ahmad Yani dan 4 lajur 2 arah sampai persimpangan dengan jalan Brigjen Katamso dan jalan Ahmad Yani. Tinggi kerb trotoir terhadap permukaan jalan bagian tepi 0,20 m. Pengguna jalan adalah pelaku transpor lokal dalam kota, dan menerus antar kota. Untuk turun dari dan akan naik ke angkutan umum, para calon dan pengguna menginjakkan kaki di tepi perkerasan jalan dengan pembatas lajur lambat dengan lajur cepat. Letaknya 300 meter dari persimpangan. Karena letaknya yang relatif jauh, banyak calon pengguna angkutan umum enggan berjalan ke sana. Mereka lebih senang menunggu dan menyetop angkutan umum di dekat persimpangan, sehingga jika mereka akan masuknaik angkutan umum terjadi tundaan dan kemacetan beberapa detik. Jalan Dr.Cipto merupakan jalan arteri primer, 4 lajur 1 arah. Tinggi kerb trotoir terhadap permukaan jalan bagian tepi 0,20 m. Pengguna jalan adalah pelaku transpor lokal dalam kota, dan menerus antar kota. Pengguna jasa angkutan umum lebih senang menunggu dan menyetop angkutan umum di dekat persimpangan, sehingga jika mereka akan masuknaik angkutan umum terjadi tundaan dan kemacetan beberapa detik. Pada pagi hari sampai dengan pukul 08.00 arus lalu lintas dari jalan Ahmad Yani maupun dari jalan MT Haryono yang menuju ke arah timur tidak dapat melalui jalan Brigjen Katamso karena pembagian waktu penggunaan jalan Brigjen Katamso pada pagi 32 hari untuk arah barat ke timur adalah 4 lajur 1 arah. Arus lalu lintas yang akan ke timur diarahkan melalui jalan Sidodadi Barat kemudian masuk ke jalan Dr Cipto dan jalan Halmahera.

3.3. Pengumpulan Data