Volume lalu lintas Tundaan

88 Tingginya nilai angka henti disebabkan karena perbandingan jumlah kendaraan antri dengan arus lalu lintas pada suatu pendekat yang relatif besar. Tabel 4.42. Hasil perhitungan angka henti tiap pendekat waktu puncak sore pada Simpang Bangkong untuk kondisi awal Kode Q NS N SV Kend. Terhenti Pendekat smpjam stopsmp smpjam rata-rata stopsmp S 912 28 1,002 913 T 1496 47 1,020 1526 B 980 85 2,820 2763 1,39 NQ TOT sumber : hasil olahan data primer

f. Tundaan

Tundaan yang terjadi pada simpang bersinyal dapat diakibatkan oleh lalu lintas DT dan tundaan akibat geometrik DG. Tundaan akibat lalu lintas didasarkan pada gerakan masing-masing kendaraan yang secara bersama melewati simpang. Tabel 4.43. Hasil perhitungan tundaan simpang rata-rata Simpang Bangkong pada waktu puncak sore untuk kondisi awal Kode DT DG D D TOTAL D Simpang rata-rata Pendekat detsmp detsmp detsmp smp.det detiksmp S 49,4 4,0 53,4 48681 T 46,9 4,0 50,9 76205 B 273,1 7,8 281,0 275288 111,77 sumber : hasil olahan data primer

4.2.4. Analisis data kondisi terbangun waktu puncak pagi pada Simpang Milo

1. Volume lalu lintas

Pada kondisi terbangun, arus lalu lintas yang diperhitungkan adalah arus lalu lintas yang diatur dengan alat pengatur isyarat lalu lintas serta pengaturan lalu lintas yang dilakukan selain oleh alat pengatur isyarat lalu lintas. Pada waktu puncak pagi, pengaturan lalu lintas yang dilakukan adalah pada pendekat arah timur diberlakukan satu jalur mulai dari jembatan banjir kanal timur sampai dengan pendekat arah timur pada Simpang Bangkong. Volume arus lalu lintas didapat dari data arus lalu lintas hasil survei lapangan yang dilakukan dengan interval 15 menit maka harus dijumlahkan terlebih dahulu masing- masing jenis kendaraan untuk masing-masing arah pergerakan, sehingga diperoleh nilai total arus lalu lintas masing-masing jenis kendaraan dan arah pergerakan. Sedangkan untuk 89 analisis digunakan volume lalu lintas pada jam puncak. Dari hasil tabulasi data dapat diketahui bahwa jam puncak untuk kondisi awal terjadi pada jam 06.15-07.15. Nilai total yang didapat dalam satuan kendaraan, maka harus dikalikan terlebih dahulu dengan nilai ekivalen mobil penumpang emp untuk kondisi terlindung maupun terlawan agar menjadi satuan mobil penumpang smpjam. Hasil yang diperoleh akan disajikan dalam tabel dibawah ini. Tabel 4.44.a. Volume lalu lintas di Simpang Milo waktu puncak pagi untuk kondisi terbangun Kode Pendekat Kend Kend Kend jam LD LW jam LD LW jam LD LW ST 95 124 124 652 652 652 860 172 344 RT 5 7 7 272 272 272 412 82 165 LT 5 7 7 197 197 197 497 99 199 ST 34 44 44 1300 1300 1300 3929 786 1571 Waktu Arah Arus lalu lintas kendaraan bermotor MV HV LV MC smpjam smpjam smpjam Pagi U T Pagi sumber : hasil olahan data primer Setelah volume lalu lintas diketahui, maka dilanjutkan dengan perhitungan rasio kendaraan berbelok yang hasil perhitungannya disajikan pada tabel berikut ini. Tabel 4.44.b. Rasio berbelok di Simpang Milo pada waktu puncak pagi untuk kondisi terbangun Kend jam LD LW p LT p RT ST 1607 948 1120 RT 689 361 443 LT 699 303 402 0,12 ST 5262 2129 2915 berbelok Waktu Arah Rasio kend. MV smpjam Pe nde ka t U T Pagi Pagi Kode sumber : hasil olahan data primer hasil perhitungan tersebut akan digunakan untuk melakukan perhitungan arus jenuh yang disesuaikan.

2. Arus jenuh