Skema Penanganan 1. Kondisi Awal

36

3.3.4. Panjang Antrian

Survei antrian dilakukan untuk memperoleh jumlah kendaraan yang antri pada lajur-lajur lengan simpang akibat durasi sinyal merah. Survei ini dilakukan oleh 2 dua orang tenaga survei. Tenaga survei I bertugas mencacah jumlah kendaraan yang antri untuk jenis sepeda motor dan kendaraan berat, sedangkan tenaga survei II bertugas mencacah jumlah kendaraan yang antri untuk jenis mobil penumpang, dan kendaraan tak bermotor. Survei dilakukan baik selama sinyal merah maupun pada permulaan sinyal hijau dan pendataan dilakukan minimal sebanyak 20 dua puluh kali atau selama waktu puncak yang telah ditentukan. Survei ini dilakukan untuk memperoleh jumlah antrian observasi dalam satuan smp yang akan digunakan sebagai pembanding pada proses validasi model. Survei jumlah antrian dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan survei turning movement.

3.3.5. Pengaturan Waktu Sinyal

Survei sistem sinyal dilakukan untuk memperoleh data waktusistem operasi yang mengatur pergantian pergerakan kendaraan yang masuk simpang. Survei ini dilakukan oleh 2 dua orang tenaga survei di tiap simpang. Tenaga survei mendata jumlah fase, bentuk fase, urutan fase dan durasi waktu siklus yang terdiri dari 3 tiga aspek yaitu hijau, kuning dan merah. Pengukuran waktu siklus dalam detik dilakukan dengan menggunakan stopwatch, kemudian dicatat pada formulir survei yang telah disiapkan sebelumnya. Untuk memastikan pencatatan durasi waktu siklus sudah benar, maka pengamatan dilakukan sebanyak 3 tiga kali untuk setiap lengan simpang. 3.4. Skema Penanganan 3.4.1. Kondisi Awal Memperhatikan kondisi daerah studi seperti tersebut diatas, maka skenario penanganan untuk kondisi awal adalah : a. Dengan menggunakan hasil dari survei plat nomor kendaraan, ditentukan jumlah kendaraan yang akan bergerak dari barat ke timur yang melalui melalui jalan Brigjen Katamso pada pagi hari; b. Dalam analisis data, gerakan belok kiri langsung diabaikan karena saat pengambilan data dilakukan lajur untuk belok kiri langsung digunakan untuk berhenti bagi kendaraan 37 yang antri akibat sinyal merah untuk arah gerakan lurus. Kondisi ini digunakan pada semua waktu puncak untuk Simpang Milo maupun Simpang Bangkong; c. Menghitung variabel kinerja simpang dengan menggunakan pendekatan MKJI untuk semua waktu puncak pagi, siang dan sore; d. Pada semua waktu puncak, pengaturan lalu lintas yang digunakan adalah pengaturan yang sesuai dengan pengaturan sinyal; e. Menghitung konsumsi bahan bakar minyak pada semua waktu puncak dengan berdasarkan pada tundaan yang terjadi menggunakan formulasi konsumsi bahan bakar dari LAPI-ITB yang telah dikonversikan ke dalam satuan litersmp. f. Nilai waktu pengguna jalan yang melalui Simpang Milo dan Simpang Bangkong pada semua waktu puncak diabaikan.

3.4.2. Kondisi Terbangun

Memperhatikan kondisi daerah studi seperti tersebut diatas, maka skenario penanganan untuk kondisi terbangun adalah : a. Kondisi terbangun hanya terjadi pada saat jam puncak pagi saja dimana pada saat itu diberlakukan pengaturan lalu lintas dengan mengatur jalan Brigjen Katamso menjadi satu arah untuk pergerakan dari timur ke barat. b. Menghitung kecepatan tempuh kendaraan yang melalui jalur jalan MT Haryono - jalan Sidodadi - jalan Dr Cipto - jalan Halmahera sampai Jembatan Banjir Kanal Timur yang dilakukan pada jam 06.00 - 08.00; c. Dalam analisis data, gerakan belok kiri langsung diabaikan karena saat pengambilan data dilakukan lajur untuk belok kiri langsung digunakan untuk berhenti bagi kendaraan yang antri akibat sinyal merah untuk arah gerakan lurus. Kondisi ini diaplikasikan pada semua waktu puncak pagi untuk Simpang Bangkong. Sedangkan untuk Simpang Milo, gerakan belok kiri langsung pada pendekat timur berlangsung dengan lancar sehingga dalam analisis data gerakan tersebut diperhitungkan; d. Menghitung variabel kinerja simpang dengan menggunakan pendekatan MKJI untuk semua waktu puncak pagi; e. Menghitung konsumsi bahan bakar minyak pada semua waktu puncak dengan berdasarkan pada tundaan yang terjadi menggunakan formulasi konsumsi bahan bakar dari LAPI-ITB yang telah dikonversikan ke dalam satuan litersmp. 38 f. Nilai waktu pengguna jalan yang melalui Simpang Milo dan Simpang Bangkong pada semua waktu puncak diabaikan. Dengan pertimbangan bahwa arus lalu lintas tidak bersifat konstan maka besarnya arus setiap harinya akan berubah, namun perubahan tersebut akan cenderung stabil dalam interval tertentu maka dampak dari beroperasinya sistem sinyal dalam studi ini diestimasi berdasarkan kemungkinan adanya deviasi volume lalu lintas dari sampel yang diambil pada saat survei dilakukan.

3.5. Pelaksanaan Penelitian