54 sukar untuk dipahami karena rumitnya, tetapi media yang abstrak
dapat pula memberikan pengertian yang tepat.
e. Media Gambar sebagai Media Cerita
Menurut Abdul Aziz 2013: 10 ada beberapa hal pokok yang masing-masing tidak bisa dipisahkan di dalam unsur-unsur cerita yaitu :
1. Ide
Ide dalam mengarang cerita adalah suatu bakat alami yang terlahir dari seseorang, dan tidak mungkin memperoleh dan
membuatnya dengan latihan jika bakat itu tidak ada. Di dalam ide sebaiknya pengarang harus memiliki tema yang akan diberikan kepada
siswa dalam kelas, seperti tema imajinasi bebas, dan petualangan dan kepahlawanan. Namun tema-tema tersebut dibatasi oleh
a. Tema peristiwa yang dibatasi oleh lingkungan
Ditujukan bagi anak kira-kira usia 3-5 tahun. Pada usia ini, anak biasanya sudah dapat berjalan, menggerakkan otot-ototnya, mulai
memiliki kepekaan rasa yang membantunya memilih lingkungan yang terbatas pada sekelilingnya di dalam rumah, kebun, jalan raya,
dan sekolah yang dikunjunginya. Dia dapat melihat bahwa di sekitarnya ada hewan dan tumbuhan bergerak dan memiliki
kekhususan, memiliki berbagai suara dan warna. b.
Tema imajinasi bebas Ditujukan pada anak kira-kira usia 5-8-9 tahun. Pada fase ini anak
telah melewati masa pengenalan lingkungan sekitamya yang terbatas
55 pada rumah dan jalan. Dia mulai tahu bahwa anjing itu menggigit,
lebah menyengat, kucing mencakar, sapi yang kemerah-merahan mengeluarkan susu yang berwarna putih, dan api membakar. Tetapi
ia ingin membayangkan sesuatu yang tidak diketahuinya, yang tidak ada dalam lingkungannya. Ia lalu terbang menuju lingkungan fantasi
yang bebas, yang dapat melihat adanya para malaikat, bidadari, jin, penyihir, raksasa, dan orang-orang kerdil. Demi-kian pula yang
lainnya dari tokoh-tokoh asing yang terdapat dalam cerita-cerita imajiner, seperti cerita seribu satu malam dan cerita-cerita legenda.
c. Tema petualangan dan kepahlawanan
Ditujukan pada anak usia 8-18-19 tahun atau lebih. Pada fase ini seorang pemuda cenderung menyukai hal-hal yang imajiner-
romantik dengan tetap dibatasi oleh kenyataan sesungguhnya. Melalui kekuatan insting nya, anak mulai mengenal perjuangan dan
keinginan menguasai. Mereka mulai memanjat pohon dan dinding, merusak tanaman orang lain, mencuri buah-buahan, membolos
bersama teman-temannya, mengikuti permainan yang penuh persaingan dan menuntut keberanian, serta membentuk kelompok
untuk berkelahi dan menyerang kelompok lainnya. Karena itulah, tema pada fase ini disebut tema petualangan dan kepahlawanan.
2. Susunan Ide
Susunan ide mencakup unsur-unsur cerita, yaitu peristiwa atau kejadian yang terangkai dalam cerita. Unsur-unsur ini terdiri dari
56 tokoh-tokoh, perbincangan yang terjadi di antara tokoh, dan tema
sentral yang dijiwai para tokoh yang mengikat hubungan di antara mereka. Semuanya menjadi susunan ide yang kemudian menjadi
pangkal pembuatan cerita. 3.
Bahasa dan Gaya Bahasa Yang dimaksud bahasa di sini adalah kata-kata, dan gaya
bahasa adalah susunannya, baik denotatif maupun konotatif. Telah kita singgung bahwa pengarang harus memilih ide yang sesuai dengan
penyimak pendengar atau pembaca, perkembangan pikiran, imajinasi dan kehidupan sosialnya.
Berdasarkan teori menurut ahli, media gambar dapat digunakan sebagai media bercerita untuk itu seorang yang membuat
gambar harus memiliki ide yang akan digambar yang sesuai dengan kebutuhan siswa, selain itu juga harus membuat susunan ide supaya
ide-ide tersebut tidak hilang dan perlu memperhatikan bahasa dan gaya bahasa dalam menampilkan gambar.
57
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian tindakan action
research yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-sama dengan orang lain kolaborasi dengan
merancang, melaksanakan
dan merefleksikan
tindakan secara
kolaboratif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan tertentu dalam
suatu siklus Kunandar, 2008: 45. Penelitian tindakan kelas ini merupakan salah satu upaya peneliti
beserta kolaborasi dalam berbagai kegiatan yang akan dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Suharsimi
Arikunto 2008: 17, menjelaskan bahwa dalam penelitian kolaborasi, pihak yang melakukan tindakan adalah guru kelas sedangkan yang
melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti.
Dari beberapa definisi penelitian tindakan kelas di atas bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang berkolaborasi
dilakukan berdasarkan suatu masalah di kelas dalam bentuk tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran.