Pengintegrasian Pendidikan Karakter KAJIAN TEORI

27 4 Pengkondisian Untuk mendukung keterlaksanaan pendidikan karakter maka sekolah harus dikondisikan sebagai pendukung kegiatan itu. Sekolah harus mencerminkan kehidupan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang diinginkannya. Misalnya, toilet yang selalu bersih, bak sampah ada di berbagai tempat, dan selalu dibersihkan, sekolah terlihat rapi, dan alat belajar ditempatkan teratur.

b. Pengintegrasian dalam Mata Pelajaran

Pengembangan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan dari setiap mata pelajaran. Nilai- nilai tersebut dicantumkan dalam silabus dan RPP. Pengembangan nilai- nilai itu dalam silabus ditempuh melalui cara-cara berikut ini: 1 mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada Standar Isi untuk menentukan apakah nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang tercantum itu sudah tercakup didalamnya, 2 menggunakan tabel yang memperlihatkan keterkaitan antara SK dan KD dengan nilai dan indikator untuk menentukan nilai yang akan dikembangkan, 3 mencantumkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dalam tabel itu ke dalam silabus, 4 mencantumkan nilai-nilai yang sudah tertera dalam silabus ke RPP, mengembangkan proses pembelajaran secara aktif yang emungkinkan 28 peserta didik memiliki kesempatan melakukan internalisasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku yang sesuai, 5 memberikan bantuan kepada peserta didik, baik yang mengalami kesulitan untuk menginternalisasi nilai maupun untuk menunjukkannya dalam perilaku. Thomas Lickona menyarankan agar pendidikan karakter berlangsung efektif maka guru dapat mengusahakan implementasi berbagai metode Muchlas Samani, 2011:147. 1 Metode bercerita atau mendongeng Telling Story Metode ini pada hakikatnya sama dengan metode ceramah, tetapi guru lebih leluasa berimprovisasi. Misalnya melalui perubahan mimik, gerak tubuh, mengubah intonasi suara seperti keadaan yang hendak dilukiskan dan sebagainya. Penggunaan alat bantu sederhana seperti bel kelinting, beberapa boneka, serta perangkat simulasi penunjang cerita. Ketika guru mendongeng, siswa diperbolehkan berkomentar atau bertanya, tempat duduk juga diatur bebas karena suasana dibuat santai, dan hal terpenting guru harus membuat kesimpulan bersama siswa tidak dalam kondisi terlalu formal. Karakter apa saja yang diperankan para tokoh protagonis maupun antagonis yang dapat ditiru dan tidak boleh ditiru siswa atau harus dihindari. 2 Metode diskusi dan berbagai varian Dalam pembelajaran umumnya diskusi terdiri dari dua macam, diskusi kelompok dan diskusi kelas whole group. Diskusi kelas 29 umumnya dipimpin guru, bentuk diskusi ini tepat bagi siswa kelas tinggi. Sedangkan diskusi kelompok, berupa kelompok kecil yang anggotanya terdiri dari 2-6 orang, atau kelompok yang lebih besar. Pada akhir diskusi guru mempersilahkan setiap kelompok untuk memaparkan hasil diskusinya dalam waktu tertentu, memberi tanya jawab dengan kelompok lain, dan pada akhirnya guru membuat penekanan terhadap hal-hal yang penting tentang masalah yang sudah dipecahkan, menambahi hal-hal yang luput dari diskusi, dan membuat kesimpulan akhir bersama siswa. Ada beberapa metode diskusi kelompok yang dapat diterapkan dalam pendidikan karakter, antara lain adalah buzz group, panel dan diskusi panel, kelompok sindikat, curah pendapat, serta model mangkuk ikan atau model akuarium. 3 Metode simulasi Bermain PeranRole Playing dan Sosiodrama Dalam pembelajaran suatu simulasi dilakukan dengan tujuan agar peserta didik memperoleh keterampilan tertentu, pemahaman suatu konsep atau prinsip, serta bertujuan untuk memecahkan suatu masalah yang relevan dengan pendidikan karakter. Langkah-langkah permainan simulasi umumnya terdiri dari. a Penentuan tema dan tujuan permainan simulasi. b Menentukan bentuk simulasi berupa bermain peran, psikodrama, atau sosiodrama. c Guru sebagai “sutradara”, memberi gambaran secara garis besar kepada siswa tentang situasi yang akan disimulasikan. 30 d Kemudian guru menunjuk siapa berperan menjadi apa atau sebagai siapa. e Guru memberi waktu kepada para pemeran untuk mempersiapkan diri, untuk meminta keterangan kepada guru jika kurang jelas tentang perannya. f Melaksanakan simulasi pada waktu dan tempat yang telah ditentukan. g Guru dapat memberi saran perbaikan dan nasihat yang berharga bagi siswa selama permainan berlangsung. 4 Metode pembelajaran kooperatif Pada implementasi metode kooperatif ini dianggap paling efektif, karena pada pelaksanaannya saja sudah mengembangkan nilai karakter. Nilai-nilai tersebut antara lain adalah kerja sama, mandiri, terbuka, tenggang rasa, menghargai pendapat orang lain, berani berpendapat, santun berbicara, analitis, kritis, logis, kreatif, dan dinamis. Mata pelajaran apa saja jika menerapkan metode ini sudah mengimplentasikan pendidikan karakter. Pada umumnya dalam implementasi metode pembelajaran kooperatif para siswa saling berbagi sharing, sebagai berikut: a Siswa bekerja sama tentang suatu tugas bersama, atau kegiatan pembelajaran yang akan tertangani dengan baik melalui karya suatu kerja kelompok. b Siswa bekerja sama dalam suatu kelompok heterogen yang terdiri dari 2-6 orang. 31 c Siswa bekerja sama, berperilaku pro-sosial untuk menyelesaikan tugas bersama atau kegiatan pembelajaran. d Siswa saling bergantung secara positif, aktivitas pembelajaran terstruktur membuat siswa saling membutuhkan satu sama lain untuk menyelesaikan tugas bersama. e Setiap siswa bertanggung jawab secara individu terhadap tugas yang menjadi bagiannya. 5 Metode siswa aktif Metode siswa aktif menekankan pada proses yang melibatkan anak sejak awal pelajaran. Guru memberikan pokok bahasan dan anak dalam kelompok mencari dan mengembangkan proses selanjutnya. Anak melakukan pengamatan, pembahasan, analisis sampa pada proses penyimpulan atas kegiatan mereka. 6 Metode penjernihan nilai Metode ini dilakukan dengan dialog aktif dalam bentuk sharing atau diskusi mendalam dan intensif sebagai pendampingan agar anak tidak mengalami pembelokan nilai hidup. Peserta didik diajak untuk secara kritis melihat nilai-nilai hidup yang ada dalam masyarakat dan bersikap terhadap situasi tersebut. Penjernihan nilai dalam kehidupan amat penting, sebab apabila kontradiksi atau bias tentang nilai dibiarkan dan seolah dibenarkan maka akan terjadi kekacauan pandangan dalam hidup bersama. Banyaknya metode-metode yang digunakan dalam pendidikan karakter harus disesuaikan dengan mata pelajaran yang ingin disampaikan, 32 yang penting nilai-nilai karakter yang ditanamkan dapat disampaikan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

c. Pengintegrasian dalam Budaya Sekolah

Kemendiknas mengemukakan bahwa pada tataran sekolah, kriteria pencapaian pendidikan karakter adalah terbentuknya budaya sekolah yaitu perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah harus berlandaskan nilai- nilai tersebut Jamal Ma’mur Asmani, 2012: 55-56. Doni Koeoema menyatakan bahwa desain pendidikan karakter berbasis cultur sekolah mencoba membangun kultur sekolah yang mampu membentuk karakter anak didik dengan bantuan pranata sosial sekolah agar nilai tertentu terbentuk dan terbatinkan dalam diri siswa Masnur Muslich, 2011: 91. Marijan 2012: 257-258 menyebutkan bahwa sekolah hendaknya membangun budaya berkarakter dengan strategi sebagai berikut: 1 Menyusun program praktik pendidikan karakter di sekolah sebagai perilaku yang dibiasakan 2 Memberikan ruang dan kesempatan kepada warga sekolah untuk mengekspresikan perilaku-perilaku yang berkarakter baik 3 Guru tak henti-hentinya memberikan motivasi untuk mengembangkan karakter yang baik, motivasi mencintai karakter baik dan motivasi melakukan aksi berkarakter baik 4 Memperkuat kondisi sebagai wahana terlaksananya praktik pembiasaan bertindak sebagaimana karakter yang diharapkan dengan mmenerapkan reward dan sanksi yang tegas 5 Kepala sekolah, guru dan segenap tenaga kependidikan senantiasa memberikan tauladan sebagai kiblat peserta didik dalam bertindak pada rel pendidikan karakter. Agus Wibowo 2012: 93 menyatakan bahwa cultur atau budaya sekolah dapat dikatakan sebagai pikiran, kata-kata, sikap, perbuatan, dan hati setiap 33 warga sekolah yang tercermin dalam semangat, perilaku, maupun simbol serta slogan khas identitas mereka. Pengembangan nilai-nilai pendidikan karakter dalam budaya sekolah mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, tenaga administrasi ketika berkomunikasi dengan peserta didik dan menggunakan fasilitas sekolah. 1 Kelas, melalui proses belajar setiap mata pelajaran atau kegiatan yang dirancang sedemikian rupa. Setiap kegiatan belajar mengembangkan kemampuan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. 2 Sekolah, melalui berbagai kegiatan sekolah yang di ikuti seluruh peserta didik, guru, kepala sekolah, dan tenaga administrasi di sekolah itu, dirancang sekolah sejak awal tahun pelajaran, dan dimasukkan ke dalam Kalender Akademik dan yang dilakukan sehari-hari sebagai bagian dari budaya sekolah. 3 Luar Sekolah, melalui kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan lain yang diikuti oleh seluruh atau sebagian peserta didik, dirancang sekolah sejak awal tahun pelajaran, dan dimasukkan ke dalam Kalender Akademik. Dengan demikian, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pengintegrasian nilai-nilai karakter di sekolah dapat dilakukan dalam program pengembangan diri, mata pelajaran, dan budaya sekolah. Bentuk pengintegrasian nilai-nilai karakter dalam program pengembangan diri meliputi kegiatan rutin sekolah, kegiatan spontan, keteladanan, dan 34 pengkondisian. Selanjutnya, pengintegrasian nilai-nilai karakter dalam budaya sekolah meliputi kegiatan kelas, sekolah, dan luar sekolah.

F. Penelitian yang relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Utomo 2012 dari program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, dengan judul “Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Mata pelajaran IPA SD N Wates Tahun Ajaran 2012. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa langkah yang di tempuh dalam implementasi pendidikan karakter meliputi, perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan menyisipkan nilai-nilai karakter dalam kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup yang bertujuan mengembangkan karakter siswa. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sike Mart Riskatd tahun 2012 mengenai Implementasi Pendidikan Karakter di SD Negeri Kraton Yogyakarta menyebutkan bahwa pembinaan karakter seharusnya termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Begitu pentingnya sebuah karakter sebagai tujuan pendidikan nasional, maka institusi pendidikan memiliki tanggung jawab besar untuk menanamkannya melalui proses pembelajaran, terutama dalam pendidikan sekolah dasar. Penguatan pendidikan karakter dalam konteks saat ini begitu relevan dengan upaya mengatasi krisis moral yang terjadi di negara kita saat ini. Perlu diketahui bahwa adanya krisis yang nyata dan mengkhawatirkan dalam masyarakat dan dunia pendidikan saat ini yang melibatkan anak-anak. 35 Krisis itu antara lain berupa terjadi peningkatan pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, kebiasaan menyontek, penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, perkosaan dan masih banyak lagi masalah-masalah sosial yang terjadi saat ini belum dapat diatasi secara tuntas. Perilaku pelajar kita juga diwarnai dengan gemar menyontek ataupun menjiplak tugas lain plagiat, kekerasan terhadap siswa lainnya, dan tawuran. Akibat yang ditimbulkannya cukup serius dan tidak dianggap sebagai persoalan yang sederhana bahkan hal ini sudah masuk dalam ranah kriminal. Selanjutnya hasil penelitian yang dilakukan oleh Ratna Nurhidaya pada tahun 2011 mengenai pelaksanaan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Muhamadiyah Prambanan Sleman Yogyakarta menyebutkan bahwa pelaksanaan pendidikan karakter di SD tersebut sudah terlaksana tetapi masih mengalami hambatan yang cukup sulit untuk diatasi yaitu lingkungan masyarakat dan keluarga kurang baik dan komunikasi orang tua dengan pihak sekolah kurang lancar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan karakter perlu adanya komponen-komponen yang berperan dalam pendidikan karakter sebagai berikut: Kepala sekolah, guru, karyawan, orang tua siswa, dan siswa. Semua komponen ini harus bekerja sama dalam mewujudkan pendidikan karakter dalam kehidupan sehari-hari 36

G. Kerangka Pikir

Pendidikan karakter adalah suatu usaha yang menyeluruh agar orang- orang memahami, peduli, dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai etika dasar dengan demikian, objek dari pendidikan karakter adalah nilai. Nilai-nilai yang ditanamkan dalam mata pelajaran dapat merubah siswa kearah yang lebih baik, misalnya dalam penampilanberpakaian,bertutur kata, disiplin dan berperilaku baik. Sekolah merupakan tempat untuk mendapatkan pendidikan secara formal yang memiliki peran dan tanggungjawab dalam menghasilkan generasi muda berkarakter, bermoral dan bersikap baik. Generasi tersebut diharapkan dapat memperbaiki kondisi bangsa saat ini. Salah satu solusi untuk melahirkan generasi muda tersebut melalui penerapan nilai-nilai karakter di sekolah. Nilai karakter tersebut salah satunya nilai disiplin. Disiplin merupakan tindakan seseorang yang taat , tertib, dan patuh pada peraturan atau tata tertib yang ada dilingkungan sosial tertentu. Pencapaian tujuan tersebut tidak luput dari beberapa kegiatan. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk membangun karakter siswa agar memiliki watak, sikap, perilaku dan menghormati nilai-nilai luhur serta dapat merealisasikannya didalam kehidupan sehari-hari. Meskipun terdapat sekolah yang sudah menerapkan pendidikan karakter, namun perlu diketahui lebih rinci mengenai pentingnya pendidikan karakter di sekolah dasar. Hal ini diharapkan dapat menjadikan siswa berperilaku baik terhadap guru, orangtua dan teman. Setelah mengetahui pentingnya pendidikan karakter di sekolah dasar, diharapkan kepala sekolah, guru, tim serta orangtua siswa bekerja sama dalam upaya 37 membangun pendidikan karakter. Terutama upaya yang dilakukan oleh guru kelas guna menerapkan pendidikan karakter diusia dini dan lingkungan yang mendukung untuk menanamkan nilai karakter kepada siswa dapat memberikan dampak positif terhadap siswa tersebut.

H. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka dapat diajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Bagaimana pemahaman kepala sekolah dan guru tentang arti pendidikan karakter? 2. Bagaimana pemahaman kepala sekolah dan guru tentang metode pendidikan karakter? 3. Apa nilai karakter yang dikembangkan di SD Negeri Gedongkiwo Yogyakarta?