PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN PADA PROGRAM HIDROPONIK DI SD NEGERI GEDONGKIWO.

(1)

i

PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN PADA PROGRAM HIDROPONIK DI SD NEGERI GEDONGKIWO

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh: Puji Nur Hidayat NIM 13108241079

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017


(2)

ii

PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN PADA PROGRAM HIDROPONIK DI SD NEGERI GEDONGKIWO

Oleh: Puji Nur Hidayat NIM 13108241079

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan penanaman karakter peduli lingkungan pada program hidroponik dan (2) mengetahui nilai-nilai karakter yang dihasilkan dari program hidroponik di SD Negeri Gedongkiwo.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan subjek admin sekolah, guru pendamping, dan siswa kelas IV dan V yang ditentukan dengan teknik purposive. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan analisis dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan komponen analisis data model interaktif Miles dan Huberman (reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan). Uji keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

Hasil penelitian menunjukan bahwa penanaman karakter peduli lingkungan pada program hidroponik di SD Negeri Gedongkiwo dilakukan melalui tahap-tahap yang ada pada program hidroponik dan telah menghasilkan nilai-nilai karakter selain peduli lingkungan. Penanaman peduli lingkungan dilakukan melalui tahap persiapan, persemaian dan pembibitan, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan yang dilaksanakan secara sistematis. Adapun nilai-nilai karakter yang dihasilkan selain peduli lingkungan adalah disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, peduli sosial, dan tanggung jawab yang muncul pada setiap tahapan program hidroponik.


(3)

iii

THE INCULCATION OF ENVIRONMENTAL AWARENESS CHARACTER THROUGH THE HYDROPONIC PROGRAM IN SD NEGERI

GEDONGKIWO

By: Puji Nur Hidayat NIM 13108241079

ABSTRACT

This research aims (1) to describe the inculcation of environmental awareness characters through the hydroponic programme in SD Negeri Gedongkiwo and (2) to know the result of character values from the hydroponic programme.

This research used descriptive qualitative approach and the subjects were school administrator, teachers, and also fourth and fifth graders. The data were collected by using observation, interview, and documentation. The data analysis by using reducting, displaying, and summarising the data. The data validity was tested by using source dan technique triangulation.

The results of this research show that the inculcation of environmental awareness characters through the hydroponic programme in SD Negeri Gedongkiwo can be seen by the stages of the hydroponic programme and the result of character values besides environmental awareness. The inculcation of environmental awareness characters are done through several steps: preparation, seedbeding and nursery, planting, maintaining, and harvesting are done by systematically. The result of character values besides environmental awareness are discipline, hard work, creativeness, independency, curiosity, social awareness, and responsibility.


(4)

(5)

(6)

(7)

vii

HALAMAN MOTTO

“Aku adalah aku. Bukan kamu, dia, atau mereka...”

(Penulis)

“Manusia berkarakter adalah manusia yang peduli terhadap lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial”


(8)

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah SWT dan mengucap puji syukur atas karunia-Nya, skripsi ini kupersembahkan untuk:

1. Alm. Bapak, Ibu, Mba Yuni, Mas Asep, Mas Amin, Mas Agus, dan teman-temanku yang tidak henti-hentinya memberikan doa dan motivasi dalam penyelesaian Tugas Akhir Skripsi ini.

2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Nusa, Bangsa, dan Agama.


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “Penanaman Karakter Peduli

Lingkungan Pada Program Hidroponik di SD Negeri Gedongkiwo” dapat disusun sesuai dengan harapan. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Ibu Dr. Wuri Wuryandani, M.Pd selaku Dosen Pembimbing TAS yang telah banyak memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

2. Ibu Dr. Wuri Wuryandani, M.Pd selaku Ketua Penguji, Bapak Dr. Anwar Senen, M.Pd selaku Sekretaris Penguji, dan Ibu Dr. Siti Irene Astuti Dwiningrum, M.Si selaku Penguji Utama yang sudah memberikan koreksi perbaikan secara komprehensif terhadap TAS ini.

3. Bapak Drs. Suparlan, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan praproposal sampai dengan selesainya TAS ini.

4. Bapak Dr. Haryanto, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang memberikan persetujuan pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi.

5. Ibu Rumgayatri, S.Pd selaku Kepala SD Negeri Gedongkiwo yang telah memberi izin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.

6. Admin sekolah, guru pendamping, dan siswa SD Negeri Gedongkiwo yang telah memberi bantuan dalam memperlancar pengambilan data selama proses penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.

7. Teman-teman PGSD UNY Kampus Bantul 2013 yang telah memberikan doa dan semangat kepada penulis dalam penyusunan proposal skripsi.


(10)

x

8. Semua pihak, secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan di sini atas bantuan dan perhatiannya selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah berikan semua pihak di atas menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT dan Tugas Akhir Skripsi ini menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca atau pihak lain yang membutuhkannya.

Yogyakarta, 5 Juni 2017 Penulis,

Puji Nur Hidayat NIM 13108241079


(11)

xi DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

SURAT PERNYATAAN... iv

LEMBAR PERSETUJUAN... v

LEMBAR PENGESAHAN ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Fokus Masalah... 9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II. LANDASAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan ... 12

1. Pengertian Pendidikan Karakter ... 12

2. Pengertian Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan ... 15

3. Tujuan Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan ... 17

4. Tahap-Tahap Perkembangan Karakter Peduli Lingkungan ... 20

5. Perkembangan Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan di Sekolah ... 25

6. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan ... 29

B. Kajian Tentang Program Hidroponik ... 31

1. Pengertian Hidroponik ... 31

2. Media Tanam Hidroponik ... 33

3. Teknik Menanam Hidroponik ... 38

4. Langkah-Langkah Hidroponik ... 40

C. Paradigma Penelitian ... 44

D. Penelitian yang Relevan ... 46

E. Pertanyaan Penelitian ... 49

BAB III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 50


(12)

xii

B. Jenis Penelitian ... 50

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 51

1. Tempat Penelitian ... 51

2. Waktu Penelitian ... 51

D. Subjek dan Objek Penelitian ... 51

1. Subjek Penelitian ... 51

2. Objek Penelitian ... 52

E. Sumber Data ... 53

F. Teknik Pengumpulan Data ... 53

1. Observasi ... 54

2. Wawancara ... 55

3. Analisis Dokumentasi ... 56

G. Instrumen Penelitian ... 57

1. Pedoman Observasi ... 57

2. Pedoman Wawancara ... 59

3. Pedoman Analisis Dokumentasi ... 61

H. Teknik Analisis Data ... 63

1. Reduksi ... 64

2. Penyajian Data ... 65

3. Kesimpulan-kesimpulan: penarikan/ verifikasi ... 65

I. Keabsahan Data ... 65

1. Triangulasi Sumber ... 66

2. Triangulasi Teknik ... 66

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 67

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 69

C. Pembahasan Penelitian ... 99

D. Temuan Penelitian ... 124

E. Keterbatasan Penelitian ... 126

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan... 127

B. Saran ... 127

DAFTAR PUSTAKA ... 129


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

halaman Tabel 1. Kisi-kisi Pedoman Observasi ... 58 Tabel 2. Kisi-kisi Pedoman Wawancara ... 59 Tabel 3. Kisi-kisi Pedoman Analisis Dokumentasi ... 61


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 1. Bagan Paradigma Penelitian ... 46

Gambar 2. Komponen-komponen Analisis Data: Model Interaktif ... 64

Gambar 3. Papan Visi dan Misi sekolah yang berada di depan ruang Kepala Sekolah ... 70

Gambar 4. Papan Visi dan Misi sekolah yang berada di depan ruangguru ... 70

Gambar 5. Lokasi hidroponik yang berada di depan ruang kelas IV, V, dan VI ... 74

Gambar 6. Lokasi hidroponik yang berada di depan ruang Kepala Sekolah ... 74

Gambar 7. Media tanam kerikil, arang sekam, dan arang ... 75

Gambar 8. Teknik sumbu pada tanaman hidroponik di depan ruang Kepala Sekolah ... 76

Gambar 9. Teknik sumbu pada tanaman hidroponik di depan ruang kelas IV, V, dan VI ... 76

Gambar 10. Wadah pembibitan berupa pot ... 77

Gambar 11. Wadah pembibitan berupa bagian leher dari botol plastik bekas ... 77

Gambar 12. Lidah buaya, salah satu tanaman hidroponik di sekolah ... 77

Gambar 13. Proses penanaman hidroponik ... 81

Gambar 14. Instalasi hidroponik berupa paralon ... 82

Gambar 15. Instalasi hidroponik berupa pot ... 82

Gambar 16. Siswa menyiram tanaman hidroponik ... 83

Gambar 17. Siswa memberikan larutan nutrisi pada tanaman hidroponik ... 85

Gambar 18. Siswa memetik daun yang layu pada tanaman hidroponik ... 86

Gambar 19. Papan ajakan untuk membersihkan wc ... 90

Gambar 20. Aktivitas siswa membersihkan lingkungan sekolah melalui Semutlis . 93 Gambar 21. Siswa sedang memperindah tanaman di depan ruang kelas ... 94

Gambar 22. Lukisan pada pot berkaleng cat yang diletakan di depan ruang kelas .. 94

Gambar 23. Siswa sedang menyiram tanaman yang berada di depan kelas ... 96

Gambar 24. Siswa sedang membuang sampah pada tempatnya ... 97


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1. Lembar Observasi ... 132

Lampiran 2. Daftar Pertanyaan Wawancara dengan Admin Sekolah ... 133

Lampiran 3. Daftar Pertanyaan Wawancara dengan Guru Pendamping ... 136

Lampiran 4. Daftar Pertanyaan Wawancara dengan Siswa ... 139

Lampiran 5. Daftar Pedoman Dokumentasi ... 142

Lampiran 6. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 143

Lampiran 7. Reduksi, Penyajian Data, dan Kesimpulan Hasil Observasi ... 145

Lampiran 8. Reduksi, Penyajian Data, dan Kesimpulan Hasil Wawancara dengan Admin Sekolah ... 170

Lampiran 9. Reduksi, Penyajian Data, dan Kesimpulan Hasil Wawancara dengan Guru Pendamping ... 181

Lampiran 10. Reduksi, Penyajian Data, dan Kesimpulan Hasil Wawancara dengan Siswa ... 199

Lampiran 11. Reduksi, Penyajian Data, dan Kesimpulan Hasil Dokumentasi ... 222

Lampiran 12. Penggunaan Uji Keabsahan Penelitian ... 226

Lampiran 13. Triangulasi Sumber dan Triangulasi Teknik ... 228

Lampiran 14. Dokumentasi Penelitian ... 246

Lampiran 15. Surat Keputusan tentang Perubahan Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah ... 253

Lampiran 16. Surat Keputusan tentang Pemberlakuan Kebijakan Tata Tertib Lingkungan ... 256

Lampiran 17. Surat Keputusan tentang Kegiatan Semutlis ... 259

Lampiran 18. Surat Keputusan tentang Peraturan Membuang Sampah Pada Tempatnya ... 260


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini Indonesia dalam permasalahan lingkungan yang cukup memprihatinkan. Kerusakan lingkungan banyak sekali terjadi di sekitar kita seperti penebangan pohon secara liar yang dilakukan oleh manusia. Penebangan pohon secara liar tentu menimbulkan berbagai kerugian. Seperti kasus yang terjadi di provinsi Kalimantan Timur, banyak masyarakat yang melakukan penebangan pohon yang berada di pinggir jalan raya secara sembarangan sehingga merusak pemandangan kota (sampit.prokal.co, 8 Oktober 2016). Penebangan ilegal tersebut menimbulkan pemandangan kota menjadi tidak hijau karena masyarakat tidak membersihkan sisa dari penebangan pohon. Selain itu juga banyak sampah-sampah berserakan di jalan raya.

Kasus penebangan pohon secara liar tidak mencerminkan sikap kepedulian masyarakat terhadap lingkungan sekitar. Jika masyarakat dapat menjaga lingkungan, mereka akan menyelamatkan diri dari berbagai bencana. Kasus penebangan pohon di pinggir jalan seperti di Kalimantan Timur merupakan salah satu contoh tindakan dari pencemaran lingkungan. Ratnasari (2015: 1) mengatakan bahwa bahaya pencemaran lingkungan hidup di kota-kota Indonesia semakin hari semakin serius. Jika dibiarkan begitu saja akan memberikan dampak yang berbahaya untuk jangka panjang. Maka sudah sepantasnya pemerintah mengambil langkah-langkah konkrit dalam menanggulangi masalah lingkungan hidup.


(17)

2

Permasalahan pencemaran lingkungan sebenarnya tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa. Namun pencemaran lingkungan juga terjadi oleh para pelajar khususnya mereka yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Pengamatan peneliti yang dilakukan di sekolah pada bulan Agustus 2016 menunjukan bahwa masih ada siswa yang membuang sampah secara sembarangan. Ada siswa yang membuang bungkus makanan ke dalam laci meja, membuang ke dalam selokan yang terletak di depan kelas, bahkan masih ada siswa yang sulit membedakan antara sampah organik dengan anorganik sehingga sering keliru dalam menempatkan bungkus sampah. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat seorang guru berinisial St yang mengatakan bahwa dirinya sering melihat sampah berupa bungkus makanan pada pot-pot dan sekeliling tanaman di depan kelas (wawancara, Agustus 2016). Keadaan tersebut tentu menunjukan bahwa siswa kurang peduli terhadap lingkungan sekolah.

Seorang murid kelas IV di SD Negeri Kalibanteng Kulon 01 bernama Df justru sering melapor kepada guru-gurunya bahwa ia sering melihat teman-teman membuang sampah secara sembarangan. Tindakan teman-teman yang tidak menjaga kebersihan lingkungan membuat anak tersebut tidak nyaman dengan sekitarnya. Kepala Sekolah mengatakan bahwa anak kelas IV tersebut sering memarahi teman-teman jika mereka membuang sampah tidak pada tempatnya (merdeka.com, 25 Oktober 2016). Keberanian anak tersebut dalam menegur teman-temannya perlu diteladani oleh siswa yang lain apalagi untuk menjaga lingkungan tetap bersih dan sehat.


(18)

3

Penggunaan sumber energi yang tidak hemat ternyata juga masih terjadi pada lingkungan sekolah dasar. Hal tersebut pernah dijumpai oleh seorang wali murid berinisial Hs yang menyatakan bahwa saat ada perkumpulan orang tua di sekolah, dirinya sering melihat keadaan ruang kelas kosong tanpa aktivitas apapun namun lampu dan AC masih menyala (tirto.id, 25 Oktober 2016). Hal itu menandakan bahwa guru dan anak-anak kurang peduli terhadap lingkungan sekolah. Penghematan sumber energi seperti menggunakan air dan listrik secukupnya akan mengurangi permasalahan lingkungan yang semakin tahun semakin memprihatinkan.

Penanaman karakter sejak dini sudah sepantasnya didapatkan oleh anak-anak. Jika permasalahan-permasalahan di atas dibiarkan terjadi pada anak-anak, mereka akan kurang peka terhadap lingkungan sehingga menimbulkan kebiasaan yang buruk. Anak seharusnya memiliki karakter yang baik sehingga mampu menampilkan perilaku yang baik pula. Anak adalah masa depan bangsa yang akan memegang bangsanya disuatu saat nanti. Maka dari itu anak perlu memiliki karakter yang baik dan ditanamkan sejak dini.

Pemerintah mewajibkan guru untuk menanamkan pendidikan karakter di sekolah sebagai upaya memperbaiki sekaligus menanamkan karakter pada anak-anak. Mu’in (2011: 323) menyatakan bahwa pendidikan karakter pertama kali dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia yang saat itu adalah Susilo Bambang Yudhoyono ketika memperingati Hari Pendidikan Nasional. Tekad pemerintah untuk mengembangkan pendidikan karakter melalui sekolah dikarenakan siswa lebih mudah terpantau ketika menghabiskan waktunya di


(19)

4

sekolah. Pada sekolah memang akan diketahui karakter dari peserta didik. Selain itu, pemerintah mengharapkan guru dapat menanamkan berbagai pendidikan karakter yang disalurkan melalui pembelajaran dan kegiatan siswa. Hal tersebut sejalan dengan Kemendiknas (2010: 1) bahwa pendidikan dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif karena pendidikan membangun generasi baru bangsa yang lebih baik.

Karakter peduli lingkungan adalah salah satu nilai karakter yang perlu ditanamkan pada anak-anak. Karakter tersebut lebih dikembangkan melalui suatu sikap dan tindakan anak dalam mencegah kerusakan lingkungan sekitar dan cara memperbaiknya. Menurut Kemendiknas (2010: 9-10), setidaknya ada 18 nilai karakter bangsa yang perlu ditanamkan seperti: 1) religius, 2) jujur, 3) toleransi, 4) disiplin, 5) kerja keras, 6) kreatif, 7) mandiri, 8) demokratis, 9) rasa ingin tahu, 10) semangat kebangsaan, 11) cinta tanah air, 12) menghargai prestasi, 13) bersahabat atau komunikatif, 14) cinta damai, 15) gemar membaca, 16) peduli lingkungan, 17) peduli sosial, dan 18) tanggung jawab. Kedelapan belas nilai karakter bangsa tersebut diharapkan dapat diintegrasikan ke dalam pembelajaran maupun kegiatan siswa di sekolah. Maka dari itu guru memiliki tanggung jawab besar dalam menanamkan pendidikan karakter termasuk kepedulian siswa terhadap lingkungan sekitar.

Pemerintah sebenarnya telah menanamkan karakter melalui pendidikan sebagai upaya melindungi lingkungan dan meningkatkan peduli lingkungan pada anak. Seperti dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, setiap orang berhak mendapatkan pendidikan


(20)

5

lingkungan hidup (peraturan.go.id, 3 Oktober 2009). Untuk melaksanakan pendidikan lingkungan hidup, pemerintah menyelenggarakan Program Adiwiyata. Program tersebut diselenggarakan oleh dua Kementerian yakni Kementerian Lingkungan Hidup dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Sebagai wujud implementasinya, pemerintah akan memberikan suatu penghargaan berupa penghargaan Adiwiyata. Penghargaan Adiwiyata ini merupakan salah satu bentuk penghargaan yang diberikan oleh Pemerintah kepada lembaga pendidikan formal yang dinilai berjasa dalam mengembangkan pendidikan lingkungan hidup. Penghargaan tersebut diberikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia dengan sasaran sekolah dasar/ madrasah ibdiyah, sekolah menengah pertama/ madrasah tsanawiyah, sekolah menengah atas/ madrasah aliyah, dan sekolah menengah kejuruan.

Kementerian Lingkungan Hidup (2011: 2) menyebutkan bahwa tahun 2006 telah menerapkan program Adiwiyata di 10 sekolah di Pulau Jawa sebagai sekolah model dengan melibatkan perguruan tinggi dan LSM yang bergerak di bidang Pendidikan Lingkungan Hidup. Semenjak tahun 2006 sampai 2011, sekolah yang ikut berpartisipasi dalam program Adiwiyata baru mencapai 1.351 sekolah dari 251.415 sekolah (SD, SMP, SMA, SMK) Se-Indonesia. Dari banyaknya jumlah sekolah tersebut, hanya 113 sekolah yang mendapatkan penghargaan Adiwiyata. Persebaran dari sekolah yang mendapatkan penghargaan tersebut masih di pulau Jawa, Bali, dan ibukota provinsi lainnya dengan pulau Jawa sebagai posisi terbanyak.


(21)

6

Bentuk akhir dari program Adiwiyata di lembaga pendidikan adalah diterapkannya sekolah Adiwiyata mandiri. Untuk mendapatkan penghargaan Adiwiyata mandiri, sekolah harus mendapatkan penghargaan sebagai sekolah Adiwiyata di tingkat kabupaten/ kota, tingkat provinsi, dan terakhir di tingkat nasional. Jika sudah dirasa memenuhi kriteria sebagai sekolah Adiwiyata nasional, sekolah tersebut berhak melaksanakan Adiwiyata mandiri.

Ketidakmerataan pelaksanaan sekolah Adiwiyata di berbagai daerah menyebabkan minimnya jumlah sekolah yang mendapatkan penghargaan sekolah Adiwiyata di semua tingkat (Kementerian Lingkungan Hidup, 2011: 3). Hal tersebut disebabkan karena pedoman sekolah Adiwiyata dan tim Adiwiyata yang sedikit serta belum tersebar luas. Selain itu Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata juga diperbaiki sehingga pada tahun 2013 muncul Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 tahun 2013. Pedoman Adiwiyata yang ada pada peraturan terbaru itu jauh lebih rinci dibandingkan peraturan sebelumnya.

Pada bulan Februari 2016, Humas Pemerintah Kota Yogyakarta menyelenggarakan Pembinaan Sekolah Berwawasan Lingkungan menjadi Sekolah Adiwiyata dalam rangka mewujudkan sekolah berpeduli dan berbudaya lingkungan (jogjakota.go.id, 4 Februari 2016). Acara ini diikuti oleh 60 kepala sekolah SD atau perwakilan di seluruh Kota Yogyakarta. Pada pembinaan tersebut, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Yogyakarta melalui Humas Pemkot mengharap agar sekolah-sekolah dapat menerima penghargaan sekolah Adiwiyata dari pelaksanaan peduli lingkungan di sekolahnya. Bagi sekolah yang telah


(22)

7

mendapatkan penghargaan Adiwiyata, BLH mengharapkan sekolah dapat naik penghargaan ke tingkat selanjutnya baik dari kota, provinsi, nasional, dan bahkan menjadi sekolah Adiwiyata mandiri.

Pada tiga tahun yang lalu yakni tahun 2014 Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Yogyakarta, sebagai sebuah lembaga pemerintah memberikan penilaian terhadap sekolah-sekolah mulai dari kategori SD, SMP hingga SMA yang berada di wilayah kota Yogyakarta. SD Negeri Gedongkiwo mendapatkan penghargaan terbaik 1, sedangkan SD Negeri Serayu mendapatkan penghargaan terbaik 2 yang berada di lingkup UPT Wilayah Selatan (sdnserayuyogya.sch.id, 21 Februari 2015). Penghargaan ini diberikan di tingkat Provinsi DIY. Maka dengan penghargaan Adiwiyata tersebut, SD Negeri Gedongkiwo mendapat gelar sekolah Adiwiyata provinsi dan berhak melanjutkan ke tingkat Nasional.

Untuk menuju Adiwiyata Nasional, sekolah meningkatkan kepedulian siswa terhadap lingkungan sekitar melalui program hidroponik. Menurut Dj, program hidroponik adalah program yang dilakukan oleh pihak sekolah dengan mengajak siswa bercocok tanam agar mereka mencintai tanaman (wawancara, September 2016). Program hidroponik ini lebih difokuskan untuk siswa kelas IV dan V dan telah dilaksanakan sejak bulan januari 2016. Pada pelaksanaannya, siswa tidak hanya menanam namun mereka dilibatkan langsung dalam persiapan menanam hingga merawat tanaman miliknya sendiri.

Berbeda dengan sekolah lain, bercocok tanam dengan hidroponik ini juga dilakukan di SD Negeri Tanjungrejo 2 Malang dalam rangka memperingati Earth Hour Malang. Namun pelaksanaan hidroponik ini hanya dilakukan sekali dan


(23)

8

sebagai aksi peduli siswa terhadap lingkungannya. Pada kegiatannya, para siswa dipandu untuk membuat hidroponik melalui pipa paralon dan memanfaatkan botol air mineral bekas (malangtimes.com, 13 September 2016). Sayangnya hidroponik ini hanya dilakukan sekali dan tidak berkelanjutan seperti di SD Negeri Gedongkiwo.

Sebenarnya SD Negeri Gedongkiwo memiliki halaman sekolah yang cukup luas. Namun mengenai keberadaan media tanah di sekolah tersebut cukup sedikit. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Dj yang mengatakan bahwa SD Negeri Gedongkiwo memiliki luas lahan sebesar 3013 m2 dengan luas bangunan 2207 m2, halaman sekolah dengan luas 600 m2, dan kebun seluas 206 m2 (wawancara, Agustus 2016). Dari area kebun tersebut ditanami berbagai tanaman sehingga minim tanah. Pemilihan program hidroponik menjadi alternatif lain untuk meningkatkan peduli lingkungan anak-anak seperti merawat tanaman yang mereka miliki di sekolah tersebut. Tidak seperti tanaman lain yang harus ditanamnya secara horisontal, namun hidroponik dapat ditanam secara vertikal (Alviani, 2015: 13). Hal ini tentunya lebih efisien terhadap penggunaan media tanah sehingga cocok pada lokasi yang minim tanah seperti di SD Negeri Gedongkiwo ini.

Berdasarkan observasi prapenelitian dan kondisi yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui proses pelaksanaan program hidroponik dalam menerapkan pendidikan karakter peduli lingkungan di SD Negeri Gedongkiwo. Maka dari itu, peneliti mengangkat judul penelitian “Penanaman Karakter Peduli Lingkungan Pada Program Hidroponik di SD Negeri Gedongkiwo”.


(24)

9 B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut.

1. Kerusakan lingkungan banyak terjadi di sekitar kita seperti penebangan pohon secara ilegal atau tanpa ijin pemerintah setempat.

2. Anak-anak sekolah dasar banyak yang tidak membuang sampah pada tempatnya.

3. Siswa sekolah dasar masih ada yang kurang hemat dalam menggunakan sumber energi seperti air dan listrik.

4. Sekolah Adiwiyata perlu menciptakan inovasi baru terutama untuk menanamkan karakter peduli lingkungan pada siswa.

5. Minimnya lahan tanah di lingkungan SD Negeri Gedongkiwo memerlukan alternatif lain untuk bercocok tanam seperti hidroponik.

C. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada penanaman nilai-nilai karakter peduli lingkungan yang ditanamkan pada program hidroponik di SD Negeri Gedongkiwo.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana penanaman karakter peduli lingkungan pada program hidroponik di SD Negeri Gedongkiwo?


(25)

10

2. Nilai-nilai karakter apa saja yang dihasilkan dari program hidroponik di SD Negeri Gedongkiwo?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan penanaman karakter peduli lingkungan pada program hidroponik di SD Negeri Gedongkiwo.

2. Mengetahui nilai-nilai karakter yang dihasilkan dari program hidroponik di SD Negeri Gedongkiwo.

F. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembang pendidikan untuk mengembangkan suatu teori mengenai implementasi pendidikan karakter peduli lingkungan melalui program hidroponik di Sekolah Dasar.

2. Secara Praktis a. Bagi Sekolah

1) Memberi gambaran sejauh mana penanaman pendidikan karakter peduli lingkungan di sekolah tersebut tercermin melalui program hidroponik.

2) Meningkatkan kesadaran bagi sekolah untuk mengintegrasikan nilai-nilai karakter peduli lingkungan dalam merumuskan program hidroponik.


(26)

11 b. Bagi Guru

1) Memberi gambaran sejauh mana penanaman pendidikan karakter peduli lingkungan dalam program hidroponik di sekolah tersebut.

2) Meningkatkan motivasi bagi guru untuk mengintegrasikan nilai-nilai karakter peduli lingkungan dalam program hidroponik.

c. Bagi Siswa

1) Memberi informasi bagi siswa tentang nilai-nilai karakter peduli lingkungan yang ditanamkan oleh sekolah melalui program hidroponik.

2) Meningkatkan pembiasaan bertindak, bersikap, dan berucap sesuai dengan nilai-nilai karakter peduli lingkungan yang baik.


(27)

12 BAB II

LANDASAN PUSTAKA

A. Kajian Tentang Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan 1. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting pada kehidupan manusia. Menurut Wiyani (2013: 105), melalui pendidikan seseorang dapat meningkatkan kecerdasan, keterampilan, mengembangkan potensi diri, dan dapat membentuk pribadi yang bertanggung jawab, cerdas, dan kreatif. Sebelum muncul lembaga pendidikan seperti sekolah, pendidikan dijalankan secara spontan dan langsung dalam kehidupan sehari-hari yang diterapkan melalui keluarga. Sebagai contoh, anak-anak nelayan secara langsung mempelajari kelautan dan perikanan dengan cara terjun langsung mengikuti orang dewasa dalam menangkap ikan. Begitu pula anak-anak petani, mereka belajar menanam padi dari orang tuanya. Bersamaan dengan mempelajari pekerjaan yang dilakukan, mereka juga belajar tentang nilai dan norma yang berhubungan dengan pekerjaannya.

Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, adab, atau ciri kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai nilai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan berpikir, bersikap, dan bertindak (Wiyani, 2013: 70). Karakter memfokuskan pada bagaimana menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam tindakan nyata atau perilaku sehari-hari. Seseorang dapat dikatakan memiliki karakter tidak baik jika ada seseorang yang berperilaku curang, pemarah, suka berbohong, sedangkan orang berkarakter baik atau mulia dapat dicirikan dengan perilaku suka menolong, jujur, bertanggung jawab, dan lain sebagainya.


(28)

13

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia yang berkualitas akhlaknya (Salirawati, 2012: 32). Semua komponen perlu dilibatkan dalam sekolah termasuk komponen-komponen pendidikan seperti isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan kokurikuler, dan etos kerja seluruh warga di lingkungan sekolah. Walaupun guru kelas sangat berperan terhadap kelas yang diampunya, pendidikan karakter bukan berarti menjadi tanggung jawab sepenuhnya oleh guru kelas yang bersangkutan.

Pada lingkungan sekolah, pendidikan karakter dapat diintegrasikan ke dalam mata pelajaran. Materi pembelajaran dapat ditanamkan berbagai karakter yang mencerminkan nilai dan norma masyarakat serta dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Maka pendidikan karakter tidak hanya menekankan aspek kognitif anak namun diimplementasikan melalui pengamalan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Wibowo (Yudistira, 2014 :8) mengemukakan bahwa prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan karakter di sekolah adalah mengusahakan agar peserta didik itu mengenal dan menerima nilai-nilai karakter sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya. Prinsip-prinsip seperti mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian akan menciptakan peserta didik berpikir melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat.


(29)

14

Pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Pendidikan karakter menanamkan kebiasaan tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotor). Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Lickona (2013: 74) yang menyatakan bahwa pendidikan karakter menekankan tiga komponen seperti pengetahuan tentang moral, perasaan tentang moral, dan tindakan moral. Pendidikan karakter yang baik tidak hanya melibatkan aspek pengetahuan, namun juga merasakan dengan baik dan perilaku yang baik pula. Pendidikan karakter menekankan pada habit atau kebiasaan yang terus-menerus dipraktikkan dan dilakukan (Kemendiknas, 2011: 6). Kebiasaan tersebut akan tertanam pada seseorang dan menjadi karakternya.

Pendidikan karakter menjadi sebuah istilah yang semakin hari semakin mendapatkan pengakuan dari masyarakat. Selain definisi di atas, Sternberg juga mendefinisikan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan karakter yang baik (good ccharacter) berlandaskan kebajikan-kebajikan inti (core virtues) yang secara objektif baik bagi individu maupun masyarakat (Saptono, 2011: 23). Hal ini diperkuat dengan pendapat Ratna Megawangi yang menyatakan bahwa pendidikan karakter merupakan sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka dapat memberikan kontribusi positif kepada lingkungannya (Kesuma, 2011: 5).


(30)

15

Berdasarkan beberapa pendapat di atas mengenai pendidikan karakter, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan suatu cara untuk membentuk kepribadian seseorang sehingga menjadi kebiasaan yang baik bagi siswa. Kebiasaan tersebut dapat ditinjau melalui aspek kognitif, afektif, dan psikomotor siswa.

2. Pengertian Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan

Peduli lingkungan terdiri dari dua kata, yaitu peduli dan lingkungan. Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1036), peduli berarti mengindahkan; memperhatikan; menghiraukan. Lingkungan dapat diartikan sebagai daerah (kawasan) yang termasuk di dalamnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 831). Peduli lingkungan berarti perhatian terhadap suatu daerah atau kawasan tertentu.

Peduli lingkungan merupakan salah satu nilai karakter suatu bangsa yang perlu dikembangkan. Kemendiknas (2010: 10) menyatakan bahwa peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Hal inilah yang menjadi pokok pentingnya kepedulian terhadap lingkungan perlu ditanamkan pada anak sejak dini.

Menurut Burharudin (Yudistira, 2014 :10), kepedulian terhadap lingkungan adalah keadaan psikologis seseorang berupa perhatian, kesadaran dan tanggung jawab terhadap kondisi pengelolaan lingkungan, baik lingkungan fisik, lingkungan biologis, maupun lingkungan sosial. Pengelolaan lingkungan tidak hanya sekedar mengatur lingkungan sekitar, tetapi termasuk mengatur dan mengendalikan


(31)

16

berbagai kegiatan manusia . Hal ini diharapkan agar pengelolaan lingkungan dapat berlangsung dan berdampak pada lingkungan sekitar.

Pendidikan merupakan salah satu upaya potensial dalam mengatasi krisis lingkungan yang terjadi saat ini dan masa yang akan datang. Pendidikan yang disampaikan di lingkungan sekolah akan lebih efektif menyentuh dan melekat pada diri peserta didik. Penanaman kepedulian terhadap kelestarian sumber daya alam dan lingkungannya di sekolah dapat dilakukan melalui proses belajar mengajar yang bermuatan pendidikan lingkungan hidup. Selain itu, sekolah juga dapat menciptakan lingkungan yang asri dan tentunya ditunjang dengan fasilitas sekolah. Pendidikan lingkungan hidup di lingkungan sekolah merupakan modal dasar bagi pembentukan etika lingkungan pada lintas generasi (Mulyana, 2009: 175). Pendidikan lingkungan hidup diperlukan untuk mengelola sumber daya alam secara bijaksana. Untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap kepentingan generasi yang akan datang, maka diperlukan pengetahuan, sikap, dan keterampilan atau perilaku yang membuat sumber daya alam tetap dapat dimanfaatkan secara lestari atau dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.

Naim (2012: 200) mengungkapkan bahwa peduli lingkungan menjadi nilai yang penting untuk dikembangkan karena manusia berkarakter adalah manusia yang peduli terhadap lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Manusia perlu menyadari bahwa dirinya adalah bagian yang tidak dapat terlepas dari lingkungan sekitar dan mereka berkewajiban untuk melestarikan lingkungannya. Jika mereka tidak menjaga lingkungan tetap asri, maka ancaman bencana karena kerusakan lingkungan dapat terjadi.


(32)

17

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa pendidikan karakter peduli lingkungan perlu diterapkan untuk melestarikan lingkungan sekitar dan mencegah terjadinya kerusakan lingkungan di waktu mendatang. Selain itu, pendidikan karakter peduli lingkungan diterapkan untuk mencapai tujuan pendidikan karakter.

3. Tujuan Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan

Penyelenggaraan pendidikan karakter tentu memiliki tujuan yang ingin dicapainya. Pendidikan karakter yang ditanamkan melalui pendidikan di sekolah diatur dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 Nomor 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pernyataan di atas sudah jelas bahwa adanya pendidikan karakter ini tidak lain adalah untuk mengembangkan potensi yang ada pada peserta didik dengan karakter yang sesuai berdasarkan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Sternberg (Saptono, 2011: 24) menyatakan bahwa setidaknya ada empat alasan mendasar mengapa sekolah pada masa sekarang perlu menjadikan dirinya sebagai tempat terbaik dalam menerapkan pendidikan karakter. Keempat alasan tersebut adalah sebagai berikut.

a) Banyak keluarga yang tidak melaksanakan pendidikan karakter

b) Sekolah tidak hanya bertujuan membentuk anak yang cerdas, tetapi juga anak yang baik


(33)

18

c) Kecerdasan anak hanya bermakna manakala dilandasi dengan kebaikan

d) Karena membentuk anak didik agar berkarakter tangguh bukan sekedar tugas tambahan bagi guru, melainkan tanggung jawab yang melekat pada perannya sebagai seorang guru.

Dari keempat alasan itulah mengapa sekolah perlu menerapkan pendidikan karakter. Penerapan pendidikan karakter di sekolah tentunya memiliki tujuan yang baik. Menurut Kesuma (2011: 9) menyebutkan bahwa tujuan pendidikan karakter di sekolah adalah sebagai berikut.

a) Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.

Tujuan pertama pendidikan karakter ini berfungsi untuk memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak baik di sekolah maupun setelah lulus. Hal ini memiliki makna bahwa pendidikan di sekolah bukan hanya berhubungan terhadap nilai, namun suatu proses agar siswa memahami dan merefleksikan pentingnya mewujudkan nilai-nilai dalam perilaku sehari-hari. Lulusan dari sekolah juga akan memiliki perilaku khas sebagaimana nilai yang dijadikan rujukan dalam sekolah tersebut. Sebagai contoh, jika sekolah menanamkan karakter peduli lingkungan, maka harapannya setelah lulus dari sekolah tersebut siswa memiliki karakter mencintai lingkungan dan menjaga lingkungannya dengan baik.

b) Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.


(34)

19

Tujuan kedua pendidikan karakter ini dengan mengoreksi perilaku siswa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai karakter yang dikembangkan di sekolah. Tujuan ini memiliki makna bahwa tujuan pendidikan karakter memiliki sasaran untuk memperbaiki perilaku negatif anak untuk menjadi positif. Misalnya jika ada anak yang masih memiliki kebiasaan membuang sampah sembarangan maka sebagai pendidik perlu memperbaiki karakter siswa dengan berbagai kegiatan yang menarik.

c) Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab karakter bersama.

Tujuan ketiga pendidikan karakter ini bermakna bahwa karakter di sekolah perlu dihubungkan dengan proses pendidikan yang terjadi di keluarga. Penanaman pendidikan karakter tentu akan kurang maksimal jika hanya diterapkan di sekolah, sedangkan orangtua di rumah tidak ikut serta dalam menanamkan karakter. Pendidikan karakter yang berhasil adalah pendidikan karakter yang diterapkan baik di rumah maupun di sekolah. Anak akan memiliki sikap yang mencerminkan nilai dan norma kehidupan sehari-hari.

Narwanti (2011: 17) menjelaskan bahwa inti dari tujuan pendidikan karakter adalah sebagai berikut.

Untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan, dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan karakter peduli lingkungan yakni untuk menciptakan karakter anak sesuai dengan nilai dan norma kehidupan sehari-hari yang tercermin dengan sikap


(35)

20

anak dalam mencintai lingkungan dan melindungi lingkungan sekitar dari kerusakan. Jika anak mendapatkan pendidikan karakter sejak dini sesuai tahap perkembangan karakter, anak akan memiliki karakter yang baik sesuai nilai dan norma kehidupan.

4. Tahap-Tahap Perkembangan Karakter Peduli Lingkungan

Lickona (2014: 72-87) menjabarkan bahwa karakter seseorang terbentuk dari tiga bagian yang saling berkaitan yaitu pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral. Berikut penjelasan masing-masing bagian beserta komponen pembentuknya.

a. Pengetahuan Moral 1) Kesadaran moral

Anak-anak seringkali bertindak tanpa memikirkan apakah yang mereka lakukan baik dan benar atau tidak. Mereka cenderung tidak mempertimbangkan lebih jauh apa yang akan mereka lakukan. Padahal anak seharusnya mengetahui bahwa tanggungjawab moral pertama mereka yaitu menggunakan akal pikiran mereka untuk mempertimbangkan kapan suatu situasi membutuhkan penilaian moral kemudian memikirkan dengan cermat apakah yang benar untuk tindakan tersebut. Anak-anak juga perlu mendapatkan informasi tentang tindakan yang baik dan benar dalam menjaga lingkungan sehingga mereka memiliki pengetahuan. Maka dari itu diperlukan suatu upaya dalam memberikan informasi seperti melalui pendidikan karakter peduli lingkungan dengan mengajarkan dan mendidik siswa cara memastikan tindakan-tindakan yang benar yang menunjukkan peduli


(36)

21

lingkungan terlebih dahulu sebelum membuat pertimbangan untuk tindakan yang seharusnya dilakukan oleh dirinya.

2) Pengetahuan nilai-nilai moral

Mengetahui nilai moral berarti memahami bagaimana menerapkannya dalam berbagai situasi. Pendidikan karakter peduli lingkungan membantu anak-anak dalam menerjemahkan nilai-nilai abstrak mengenai peduli lingkungan ke dalam perilaku moral secara konkret yang kaitannya dengan aktivitas mereka.

3) Pengambilan perspektif

Pengambilan perspektif adalah kemampuan untuk mengambil sudut pandang orang lain, melihat situasi dari sudut pandang orang lain, membayangkan bagaimana mereka akan berpikir, bereaksi dan merasa. Tujuan mendasar dari pendidikan karakter seharusnya membantu siswa untuk merasakan dunia dari sudut pandang orang lain. Jika mengambil perspektif, anak akan merasakan repson orang lain terhadap keadaan lingkungan sekitar seperti kepeduliannya terhadap lingkungan.

4) Penalaran moral

Penalaran moral adalah memahami makna sebagai orang yang bermoral dan mengapa kita harus bermoral. Penalaran moral dalam hal peduli lingkungan berarti anak mampu memahami mengapa manusia perlu peduli terhadap keadaan lingkungan sekitar.

5) Pengambilan keputusan

Keterampilan mengambil keputusan berarti mampu memikirkan langkah yang mungkin diambil saat menghadapi permasalahan moral. Jika dikaitkan dengan


(37)

22

peduli lingkungan, seseorang yang mampu mengambil keputusan dapat menganalisa apa saja pilihan yang ada. Misalnya anak perlu mencuci tangan sebelum makan atau tidak, apakah harus membuang sampah sembarangan atau di tempat sampah, dan lain sebagainya. Selain itu, anak akan memikirkan konsekuensi yang akan terjadi dari pilihan yang ada. Misalnya jika ia membuang sampah sembarangan, anak dapat mendeteksi apa yang akan terjadi.

6) Memahami diri sendiri

Pemahaman terhadap diri sendiri sangat penting bagi pengembangan karakter karena untuk menjadi orang yang berkarakter diperlukan kemampuan mengulas perilaku diri sendiri dan mengevaluasinya secara kritis. Membangun pemahaman diri berarti sadar terhadap kekuatan dan kelemahan karakter kita dan mengetahui cara untuk memperbaikinya.

b. Perasaan Moral 1) Hati nurani

Hati nurani memiliki dua sisi yaitu sisi kognitif dan sisi emosional. Sisi kognitif menuntun kita dalam menentukan hal yang benar, sedangkan sisi emosional menjadikan merasa berkewajiban untuk melakukan hal yang benar. Banyak orang yang mengetahui hal yang benar tetapi merasa tidak berkewajiban berbuat sesuai pengetahuannya. Seseorang yang memiliki hati nurani akan merasa bersalah konstruktif apabila tidak melakukan apa yang dikatakan wajib oleh hatinya.


(38)

23 2) Penghargaan diri

Seseorang yang memiliki penghargaan diri yang baik akan dapat menghargai dirinya sendiri, sehingga menghormati dirinya sendiri pula. Penghargaan diri yang baik akan membuat seseorang tidak bergantung pada pendapat orang lain. Jika anak memperlakukan kehidupan dan pribadi sebagai makhluk ciptaan Tuhan, maka termasuk menghargai seluruh jaringan kehidupan yang melarang kita menganiaya hewan, bertindak peduli lingkungan dan ekosistem.

3) Empati

Empati adalah kemampuan mengenali dan merasakan keadaan yang dialami orang lain. Empati merupakan sisi emosional dari pengambilan perspektif. Tugas pendidik yaitu membangun empati yang digeneralisasikan yang mampu melihat sampai ke balik perbedaan dan merespon pada sesama manusia.

4) Mencintai kebaikan

Mencintai kebaikan berarti memiliki ketertarikan murni yang tidak dibuat-buat untuk melakukan kebaikan. Seseorang yang berkarakter peduli lingkungan tidak hanya belajar membedakan antara yang baik dan buruk dalam bertindak terhadap lingkungan, tetapi akan mencintai perbuatan peduli lingkungan dan membenci perbuatan tidak peduli lingkungan. Jika seseorang mencintai lingkungan, dia akan merasakan senang dalam melakukan kegiatan peduli lingkungan.

5) Kontrol diri

Emosi dapat menghanyutkan akal, sehingga kontrol diri sangat penting. Kita memang tidak ingin bersikap etis setiap saat, namun adanya kontrol diri akan


(39)

24

membantu kita untuk bersikap etis di saat kita sedang tidak menginginkannya. Terkadang seseorang merasa ingin membuang sampah sembarangan, membiarkan ruangan kotor, malas mencuci tangan, dan menebang pohon sembarangan. Namun untuk mengendalikan hal-hal tersebut perlu kontrol diri yang kuat.

6) Kerendahan hati

Kerendahan hati merupakan bagian dari pemahaman diri, suatu bentuk keterbukaan hati yang tulus terhadap kebenaran untuk memperbaiki kesalahan kita. Kerendahan hati membantu kita mengatasi kesombongan dan melindungi dari berbuat jahat. Perasaan rendah hati terhadap pencipta alam dan lingkungan diharapkan mampu meredam kesombongan individu dan melindungi seseorang untuk bertindak merusak lingkungan.

c. Tindakan Moral 1) Kompetensi

Kompetensi moral adalah kemampuan mengubah pertimbangan dan perasaan moral ke dalam tindakan moral yang efektif. Seseorang yang memiliki kompetensi moral peduli lingkungan akan memiliki kemampuan melaksanakan tindakan peduli lingkungan, misalnya melaksanakan merawat tanaman, piket kelas, kerja bakti, serta menghemat air dan sumber energi lainnya.

2) Kehendak

Kehendak dibutuhkan untuk menjaga emosi agar tetap terkendali oleh akal. Selain itu, juga untuk melihat dan memikirkan suatu keadaan melalui seluruh dimensi moral. Kehendak dibutuhkan untuk mendahulukan kewajiban, bukan kesenangan dan merupakan inti keberanian moral. Seseorang yang memiliki


(40)

25

kehendak untuk peduli terhadap lingkungan akan melakukan tindakan peduli lingkungan karena ia sadar dan merasa berkewajiban menjaga lingkungan.

3) Kebiasaan

Kebiasaan merupakan faktor pembentuk moral. Seseorang yang sudah terbiasa sering menentukan “pilihan yang benar” secara tidak sadar. Oleh karena itu, dalam implementasi pendidikan karakter peduli lingkungan anak-anak membutuhkan banyak kesempatan untuk membangun kebiasaan peduli lingkungan serta banyak berlatih untuk menjadi orang yang peduli lingkungan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tahap-tahap dalam perkembangan pendidikan karakter pendidikan lingkungan seseorang terbentuk dari tiga bagian yang saling berkaitan yaitu pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral.

5. Pengembangan Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan di Sekolah

Kemendiknas (2010: 15) mengungkapkan bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan oleh kepala sekolah, guru, tenaga pendidik secara bersama-sama sebagai suatu komunitas pendidik dan diterapkan ke dalam kurikulum sekolah. Pendapat serupa dikemukakan oleh Hasan (Sukemi, 2012: 356) yang menegaskan bahwa strategi implementasi pendidikan karakter dalam seting sekolah merupakan suatu kesatuan dari program manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah yang terimplementasi dalam pengembangan, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum oleh setiap sekolah. Penanaman karakter peduli lingkungan pada peserta didik dapat dilaksanakan melalui pengembangan sikap yang diintegrasikan dalam kurikulum pembelajaran. Kemendiknas (2010: 15)


(41)

26

mengemukakan pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa dilaksanakan melalui:

a. Program Pengembangan Diri

Pada program pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan pendididikan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui pengintegrasian dalam kegiatan sehari-hari di sekolah melalui hal-hal berikut.

1) Kegiatan rutin sekolah

Kegiatan rutin sekolah merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus dan konsisten setiap saat. Kegiatan rutin sekolah merupakan implementasi karakter peduli lingkungan. Kegiatan rutin sekolah bisa berupa kegiatan kebersihan diri sendiri seperti cuci tangan sebelum dan sesudah makan, cuci tangan dengan sabun setelah buang air, menggosok gigi, memotong rambut dan kuku secara berkala dan mencuci rambut dengan shampo.

2) Kegiatan spontan

Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilakukan secara spontan pada saat itu juga. Kegiatan ini dilakukan biasanya pada saat guru dan tenaga pendidik yang lain mengetahui adanya perbuatan yang kurang baik dari peserta didik yang harus dikoreksi pada saat itu juga. Kegiatan spontan yang dilakukan bisa berupa teguran maupun nasehat.

3) Keteladanan

Keteladanan adalah perilaku dan sikap kepala sekolah, guru, dan tenaga pendidikan yang lain dalam memberikan contoh terhadap tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya.


(42)

27

Keteladanan yang dilakukan oleh tenaga pendidik dengan memberikan contoh perilaku yang mencerminkan perilaku peduli lingkungan. Bentuk keteladanan yang dilakukan misalnya berpakaian rapi, datang tepat pada waktunya, bekerja keras, bertutur kata sopan, serta merawat dan membersihkan lingkungan sekolah.

4) Pengkondisian

Pengkondisian merupakan usaha sekolah untuk mendukung penanaman dan pelaksanaan karakter peduli lingkungan. Pengkondisian yang dilakukan oleh sekolah diantaranya berupa penyediaan fasilitas kebersihan yang memadai, penyediaan toilet yang bersih, tempat sampah yang diletakkan di tempat yang strategis dan dilengkapi dengan pemisahan jenis sampah, penyediaan tempat cuci tangan, tempat pembuangan sampah, serta taman dan kolam sekolah sebagai cerminan dari sanitasi sekolah yang baik.

b. Pengintegrasian dalam Mata Pelajaran

Kemendiknas (2010: 18) menjelaskan bahwa pengembangan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan dalam pengintegrasian dalam mata pelajaran, tidak terkecuali pendidikan karakter peduli lingkungan. Pengintegrasian pendidikan karakter peduli lingkungan dalam mata pelajaran dapat dilakukan melalui hal-hal berikut ini.

1) Mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada Standar Isi (SI) untuk menentukan nilai pendidikan karakter peduli lingkungan sudah tercakup didalamnya.

2) Memperlihatkan keterkaitan antara SK dan KD dengan nilai dan indikator untuk menentukan nilai pendidikan karakter peduli lingkungan yang dikembangkan.

3) Mencatumkan nilai-nilai yang berkaitan dengan pendidikan karakter peduli lingkungan pada silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

4) Mencantumkan kegiatan peduli lingkungan dalam mata pelajaran muatan lokal sekolah.


(43)

28

5) Mengembangkan proses pembelajaran yang aktif, sehingga peserta didik dapat secara langsung mempraktikan nilai atau perilaku peduli lingkungan. 6) Menyelenggarakan lomba kebersihan lingkungan antar kelas pada

event-event tertentu.

7) Pemberian penghargaan kepada sisiwa yang peduli lingkungan. c. Budaya Sekolah

Kemendiknas (2010: 19) menyatakan bahwa budaya sekolah adalah suasana kehidupan sekolah tempat peserta didik berinteraksi dengan sesamanya, kepala sekolah, guru, dan warga sekolah yang lain. Wibowo (2012: 93) juga mengutarakan bahwa kultur atau budaya sekolah dapat dikatakan sebagai pikiran, kata-kata, sikap, perbuatan, dan hati setiap warga sekolah yang tercermin dalam semangat, perilaku, maupun simbol serta slogan khas identitas mereka. Budaya sekolah dapat membantu sekolah untuk menanamkan karakter peduli lingkungan melalui pembiasaan-pembiasaan berperilaku peduli terhadap lingkungan. Marijan (2012: 257-258) menyebutkan bahwa sekolah hendaknya membangun budaya berkarakter dengan strategi sebagai berikut.

1) Menyusun program praktik pendidikan karakter di sekolah sebagai perilaku yang dibiasakan.

2) Memberikan ruang dan kesempatan kepada warga sekolah untuk mengekspresikan perilaku-perilaku yang berkarakter baik.

3) Guru tak henti-hentinya memberikan motivasi untuk mengembangkan karakter yang baik, motivasi mencintai karakter baik dan motivasi melakukan aksi berkarakter baik.

4) Memperkuat kondisi sebagai wahana terlaksananya praktik pembiasaan bertindak sebagaimana karakter yang diharapkan dengan menerapkan reward dan sanksi yang tegas.

5) Kepala sekolah, guru dan segenap tenaga kependidikan senantiasa memberikan tauladan sebagai kiblat peserta didik dalam bertindak pada rel pendidikan karakter.

Berdasarkan landasan teori, budaya sekolah merupakan usaha sekolah untuk membudayakan berperilaku yang mencerminkan peduli lingkungan melalui


(44)

29

program-program yang disusun sekolah, memberi motivasi berupa pujian dan hukuman, serta dengan memberi ruang dan fasilitas untuk mengimplementasikan nilai karakter peduli lingkungan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan pendidikan karakter peduli lingkungan di sekolah dapat diimplementasikan melalui program pengembangan diri, pengintegrasian dalam mata pelajaran, dan budaya sekolah.

6. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan

Pelaksanaan pendidikan karakter sebagai suatu program memerlukan indikator sebagai tolok ukur keberhasilan. Kemendiknas telah menetapkan indikator untuk mengetahui bahwa suatu sekolah telah melaksanakan proses pendidikan yang mengembangkan budaya dan karakter. Kedua indikator itu adalah indikator sekolah dan kelas serta indikator mata pelajaran. Indikator sekolah dan kelas adalah penanda yang digunakan oleh kepala sekolah, guru, dan personalia sekolah dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi sekolah sebagai lembaga pelaksana pendidikan budaya dan karakter bangsa (Kemendiknas, 2010: 23).

Indikator tersebut berkaitan dengan kegiatan sekolah yang telah diprogramkan dan kegiatan rutin sekolah disetiap hari. Indikator mata pelajaran menggambarkan perilaku afektif siswa yang berkaitan dengan mata pelajaran. Indikator tersebut dirumuskan dalam bentuk perilaku siswa di kelas dan dan lingkungan sekolah yang dapat diamati melalui pengamatan guru ketika siswa melakukan suatu tindakan di sekolah, tanya jawab dengan siswa, jawaban yang


(45)

30

diberikan oleh siswa terhadap tugas dan pertanyaan guru, serta tulisan siswa dalam laporan dan pekerjaan rumah.

Berdasarkan kedua indikator di atas, maka indikator dari Kemendiknas yang berkaitan dalam penelitian ini adalah indikator sekolah dan kelas yang berhubungan dengan penerapan suatu program di sekolah. Adapun indikator sekolah untuk nilai peduli lingkungan (Kemendiknas, 2010: 29) adalah sebagai berikut:

1) pembiasaan memelihara kebersihan dan kelestarian lingkungan sekolah, 2) tersedia tempat pembuangan sampah dan tempat cuci tangan,

3) menyediakan kamar mandi dan air bersih, 4) pembiasaan hemat energi,

5) membuat biopori di area sekolah,

6) membangun saluran pembuangan air limbah dengan baik,

7) melakukan pembiasaan memisahkan jenis sampah organik dan anorganik, 8) penugasan pembuatan kompos dari sampah organik,

9) penanganan limbah hasil praktik, 10)menyediakan peralatan kebersihan, 11)membuat tandon penyimpanan air, dan 12)memrogramkan cinta bersih lingkungan.

Sementara itu, indikator kelas untuk nilai peduli lingkungan (Kemendiknas, 2010: 29) adalah sebagai berikut:

1) memelihara lingkungan kelas,

2) tersedia tempat pembuangan sampah di dalam kelas, 3) pembiasaan hemat energi, dan

4) memasang stiker perintah mematikan lampu dan menutup kran air pada setiap ruangan apabila selesai digunakan.

Penanaman karakter peduli lingkungan yang dilakukan oleh sekolah perlu disesuaikan dengan jenjang pendidikan. Setiap jenjang pendidikan tentunya memiliki indikator yang berbeda dan disesuaikan dengan tahap perkembangan peserta didik. Pada jenjang pendidikan sekolah dasar, perkembangan peserta didik dibagi menjadi dua yaitu kelas rendah dan kelas tinggi. Kelas rendah terdiri dari kelas 1, 2, dan 3, sedangkan kelas tinggi terdiri dari kelas 4, 5, dan 6. Adapun


(46)

31

indikator yang harus dicapai dalam penanaman pendidikan karakter peduli lingkungan (Daryanto dan Darmiatun, 2013 : 150 ) pada kelas rendah adalah sebagai berikut:

1) buang air besar dan kecil di wc, 2) membuang sampah di tempatnya, 3) membersihkan halaman sekolah, 4) tidak memetik bunga di taman sekolah,

5) tidak menginjak rumput di taman sekolah, dan 6) menjaga kebersihan rumah.

Indikator yang harus dicapai dalam penanaman pendidikan karakter peduli lingkungan pada kelas tinggi adalah sebagai berikut:

1) membersihkan wc,

2) membersihkan tempat sampah, 3) membersihkan lingkungan sekolah,

4) memperindah kelas dan sekolah dengan tanaman, 5) ikut memelihara taman di halaman sekolah, dan 6) ikut dalam kegiatan menjaga kebersihan lingkungan. B. Kajian Tentang Implementasi Program Hidroponik 1. Pengertian Hidroponik

Hidroponik berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata hydro dan phonos (Sani, 2015: 2). Kata hydro memiliki arti air, sedangkan kata phonos memiliki arti kerja. Maka dapat dikatakan bahwa hidroponik berarti bekerja dengan air atau bercocok tanam dengan memanfaatkan kerja air. Penggunaan air dalam bercocok tanam ini lebih dominan dibandingkan penggunaan tanah. Maka dapat dikatakan bahwa dalam budidaya tanaman, orang tidak terlalu mengandalkan keberadaan tanah.

Menurut Alviani (2015: 8), hidroponik merupakan budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah, namun memanfaatkan air dan menekankan pada pemenuhan


(47)

32

kebutuhan nutrisi. Meskipun menggunakan air, bukan berarti hidroponik membutuhkan air yang banyak dibandingkan dengan media tanah. Maka hidroponik dapat diterapkan pada daerah yang memiliki pasokan air yang terbatas. Hal ini diperkuat oleh pendapat Wibowo ( 2015: 14) yang menyatakan bahwa hidroponik menggunakan air secara efisien, sedangkan tanah membutuhkan air yang cukup banyak. Hidroponik sangat cocok diterapkan pada cuaca yang cukup ekstrem bahkan pada daerah yang terbatas air.

Menurut Arifin (2016: 13), hidroponik adalah solusi bertanam tanpa tanah secara praktis di lahan sempit. Meskipun bercocok tanam identik dengan pengolahan lahan, namun bukan berarti hidroponik selalu mengandalkan lahan yang luas. Kegiatan dengan pengolahan lahan umumnya dapat dilakukan ketika musim hujan. Pada saat itu, tanah akan menjadi lebih gembur sehingga mudah diolah. Namun sebaliknya, kebutuhan air pada musim kemarau sulit untuk dipenuhi. Seiring bertambahnya waktu, lahan untuk bercocok tanampun semakin berkurang. Banyak pembangunan gedung dan perumahan sehingga menimbulkan keberadaan tanah menjadi semakin sempit. Maka dengan hidroponik ini, masyarakat tetap bisa bercocok tanam meskipun luas lahannya terbatas.

Bercocok tanam dengan hidroponik memang tidak menggunakan tanah, namun ada unsur pengganti tanah yang harus diketahui oleh penanam. Alviani (2015: 17) menyatakan bahwa ada empat unsur pengganti tanah yang perlu diketahui, yakni unsur hara, media tanam, oksigen, dan air. Keempat unsur ini sangat diperlukan dalam menanam sehingga menghasilkan kualitas yang baik.


(48)

33

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hidroponik adalah suatu alternatif yang dapat dilakukan dalam kegiatan bercocok tanam yakni dengan cara memanfaatkan air dibandingkan dengan penggunaan media tanah. Meskipun tanpa tanah, penanam harus menggantinya dengan unsur-unsur hidroponik. Bercocok tanam ini dapat dilakukan di lahan sempit sehingga tidak bergantung pada lahan tanah yang luas.

2. Media Tanam Hidroponik

Seorang penanam perlu mengetahui media tanam yang sesuai dalam bercocok tanam hidroponik. Hal ini perlu diketahui agar penanam tidak salah dalam memilih media yang digunakan. Sani (2015: 40) menambahkan bahwa media tanam sangat dibutuhkan dalam hidroponik terutama sebagai pengganti tanah. Maka dari itu, penanam perlu mengetahui macam-macam media tanam sehingga mereka dapat memilih media pengganti tanah.

Alviani ( 2015: 19) menyatakan bahwa pemilihan media taman hidroponik yang baik sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanam. Ketika seseorang menggunakan media tanam, orang perlu memerhatikan aspek-aspek seperti keberadaan air, zat hara, dan oksigen. Tentunya media tanam juga jangan sampai mengandung zat beracun yang bisa membahayakan tanaman.

Ada banyak macam media tanam hidroponik yang dapat digunakan sebagai pengganti tanah. Berikut ini adalah macam-macam media tanam hidroponik. a. Rockwool

Menurut Sani (2015: 41) menyatakan bahwa rockwool adalah media tanam anorganik yang menyerupai busa, memiliki serabut-serabut halus, dan bobotnya


(49)

34

sangat ringan. Pada literatur lain seperti Arifin (2016: 28) disebutkan bahwa rockwool terbuat dari batu basalt yang dipanaskan hingga mencair, kemudian cairan tersebut diputar seperti pembuatan arum manis. Selama pemutaran itu, batu basalt yang cair perlahan akan berubah menjadi benang-benang halus. Hasil tersebut dipadatkan sehingga membentuk kain wool yang terbuat dari rock. Melalui kain wool itulah tanaman hidroponik akan tumbuh. Apalagi rockwool memiliki kemampuan menahan air dan udara dalam jumlah baik untuk mendukung perkembangan akar tanaman (Alviani, 2015: 22). Maka dari itu, rockwool sangat cocok jika digunakan sebagai pengganti tanah terutama dalam menyerap air pada tanaman hidroponik.

b. Spons

Spons adalah salah satu media yang tidak asing ditelinga masyarakat. Biasanya masyarakat menggunakan spons untuk membersihkan sesuatu seperti mencuci piring, membersihkan kaca, atau lainnya. Menurut Alviani (2015: 21), jika spons dibiarkan di tempat terbuka dan terkena sinar matahari maupun air hujan secara terus-menerus, maka akan tumbuh lumut atau semacam rumput. Maka dapat dikatakan bahwa spons juga dapat digunakan sebagai pengganti tanah terutama dalam hidroponik. Apalagi dengan menggunakan spons, maka hasil dari tanaman hidroponik akan lebih bagus dari bercocok tanam lainnya (Wibowo, 2015: 29). Hal ini dikarenakan spons mampu menahan air dalam 2 minggu dan tahan terhadap pertumbuhan jamur.


(50)

35 c. Cocopeat atau Coir

Cocopeat adalah media tanam hidroponik yang bersifat organik (Sani, 2015: 42). Cocopeat ini termasuk media tanam yang terbuat dari organisme seperti tanaman. Hal ini diperkuat oleh Wibowo (2015: 33) bahwa cocopeat atau coir biasanya diperoleh dari pengolahan limbah sabut kelapa dan sangat baik untuk menyemai biji calon tumbuhan. Penggunaan coir lebih cocok digunakan pada tempat yang memiliki curah hujan rendah. Hal ini dikarenakan sabut kelapa mudah lapuk jika mendapatkan air yang berlebihan. Selain itu, tanaman juga cepat membusuk dan mudah terserang penyakit tanaman. Kekuatan media tanam yang mampu menyimpan air dengan kuat dan mengandung unsur hara yang tinggi ini dapat dijadikan sebagai media tanam hidroponik.

d. Arang Sekam

Arang sekam adalah salah satu jenis arang yang berasal dari sekam atau kulit padi yang dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna (Alviani, 2015: 20). Warna hitam pada arang sekam ternyata dapat mengabsorbsi sinar matahari secara efektif. Selain itu juga dapat menghilangkan pengaruh penyakit, khususnya bakteri dan gulma. Arang sekam mudah diperoleh dan memiliki harga yang ekonomis. Arang sekam biasanya akan dicampur dengan cocopeat ketika dipakai sebagai media tanam hidroponik (Sani, 2015: 43).

e. Perlite

Menurut Sani (2015: 43), perlite merupakan media tanam yang cukup baik dalam daya serap air dan terbuat dari batuan silica yang dipanaskan pada suhu tinggi. Kandungan air yang tinggi itulah yang akan mempercepat pertumbuhan


(51)

36

tanaman. Media ini sangat cocok digunakan untuk pertumbuhan tanaman dari bijinya (Wibowo, 2015: 35). Maka dari itu perlite dapat digunakan sebagai media pengganti tanah dalam hidroponik.

f. Hydroton

Hydroton merupakan media tanam yang terbuat dari bahan dasar tanah liat yang dipanaskan dan dibentuk bulatan-bulatan kecil (Sani, 2015: 44). Pada teori lain disebutkan bahwa istilah hydroton disebut dengan expanded clay. Alviani (2015: 21) menyatakan jika expanded clay merupakan jenis tanah yang memiliki kandungan mineral yang tinggi dan dapat menyimpan kandungan air yang baik. Berdasarkan keunggulan tersebut, maka hydroton dapat menjadi media tanam hidroponik terutama sebagai pengganti tanah.

g. Vermiculite

Sama seperti perlite, vermiculite juga berbahan dasar batuan yang dipanaskan dengan suhu tinggi (Wibowo, 2015: 35). Namun vermiculite memiliki daya serap air yang lebih tinggi dan bobot yang lebih berat dibandingkan perlite. Alviani (2015: 25) menambahkan bahwa vermiculite dapat dicampur dengan perlite untuk hasil tanaman yang lebih bagus. Kandungan serap air yang tinggi itulah vermiculite dapat digunakan sebagai media tanam hidroponik terutama pengganti tanah. h. Pumice atau Batu Apung

Menurut Alviani (2015: 23), pumice atau yang lebih dikenal dengan batu apung merupakan salah satu jenis batuan yang berasal dari batuan basalt. Batuan tersebut biasanya ditemukan di sekitar pantai. Batuan basalt ini berasal dari letusan


(52)

37

gunung berapi beratus tahun sebelumnya (Wibowo, 2015: 35). Batuan ini dapat digunakan sebagai media tanam hidroponik karena dapat menyerap air dengan baik. i. Pasir

Pasir merupakan salah satu jenis media tanam yang dapat ditemukan dengan mudah. Menurut Alviani (2015: 26), pasir dapat meningkatkan sistem aerasi dan drainase air. Sifat pasir yang dapat menahan air dan akan menahan larutan nutrisi untuk tanaman ini dapat menjadi media tanam yang cocok sebagai pengganti tanah. Puput Alviani menambahkan bahwa media tanam ini sangat cocok digunakan untuk budidaya hidroponik di daerah pantai dan pegunungan.

j. Kerikil

Kerikil atau pecahan batu yang mudah ditemukan di sekitar rumah ini ternyata juga dapat digunakan sebagai media tanam pada hidroponik. Namun tanaman yang dapat ditanam dengan media kerikil hanya tanaman yang tahan terhadap air (Alviani, 2015: 24). Penggunaan kerikil ini sangat efektif untuk membantu peredaran unsur hara ke tanaman dan menekan pertumbuhan akar yang berlebihan. Maka dari itu kerikil dapat digunakan sebagai media tanam hidroponik. k. Serbuk Kayu

Menurut Alviani (2015: 27), serbuk kayu dapat digunakan sebagai media tanam hidroponik. Serbuk kayu biasanya digunakan untuk tanaman yang memerlukan kelembaban yang tinggi. Biasanya tanaman yang mudah tumbuh pada serbuk kayu adalah jamur.


(53)

38 3. Teknik Menanam Hidroponik

Alviani (2015: 33-47) menyatakan bahwa teknik yang digunakan dalam menanam hidroponik adalah sebagai berikut.

a. Nutrient Film Technique (NFT)

Nutrient Film Technique (NFT) adalah suatu cara budidaya hidroponik dengan akar tanaman tumbuh pada lapisan nutrisi yang dangkal dan tersirkulasi dengan tujuan tanaman mendapatkan air, nutrisi, dan oksigen yang cukup. Tanaman akan tumbuh dengan posisi akar terendam dalam air yang berisi larutan nutrisi yang disirkulasikan secara terus menerus menggunakan bantuan pompa.

b. Floating Hydroponic System (Teknik Rakit Apung)

Floating Hydroponic System atau disebut juga dengan teknik rakit apung adalah salah satu teknik dalam hidroponik yang paling sederhana. Penanaman hidroponik dilakukan dengan meletakkan tanaman pada lubang styrofoam yang mengapung di atas permukaan larutan nutrisi. Larutan tersebut diletakan pada dasar styrofoam yang berbentuk seperti bak air. Berbeda dengan teknik NFT, larutan nutrisi dalam teknik ini tidak disirkulasikan sehingga air yang digunakan tetap sama.

c. Wick System (Teknik Sumbu)

Teknik sumbu merupakan teknik hidroponik yang menggunakan peralatan sumbu antara nutrisi dan media tanam. Cara seperti ini mirip seperti cara kerja kompor tradisional, dimana sumbu berfungsi sebagai penyerap larutan dalam media tersebut. Ada yang berbeda dengan teknik lainnya, yakni akar tanaman tidak


(54)

39

dicelupkan langsung ke dalam air namun dibiarkan tumbuh dalam beberapa bahan penahan air seperti rockwool atau sabut kelapa.

d. Sistem Penanaman Aeroponik

Pada teknik aeroponik, larutan nutrisi akan disemprotkan melalui akar tanaman. Kebutuhan air yang berisi larutan hara akan disemburkan dalam bentuk kabut sehingga mengenai akar tanaman. Akar tanaman yang ditanam secara menggantung akan menyerap larutan hara tersebut. Air dan nutrisi akan disemprotkan melalui irigasi sprinkler.

e. Fertigasi Hidroponik

Fertigasi merupakan singkatan dari fertilisasi (pemupukan) dan irigasi. Pada teknik ini, proses pemupukan akan dilakukan secara bersamaan dengan penyiraman.

Berbeda dengan pendapat di atas, menurut Savage (Arifin, 2016: 20), teknik yang digunakan menanam dalam hidroponik dibedakan menjadi dua, yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup. Hidroponik sistem terbuka yakni dilakukan dengan teknik pengairan larutan nutrisi yang hanya sekali pakai. Air larutan nutrisi akan dibuang setelah dipakai untuk mengairi tanaman. Salah satu contoh hidroponik dengan sistem terbuka adalah drip irrigation. Sistem ini biasanya dipakai untuk tanaman sayuran buah seperti paprika, tomat, terong, dan cabai.

Arifin (2016: 20) mengatakan bahwa drip irrigation merupakan sistem pengairan tanaman hidroponik yang diaplikasikan dengan cara tetes. Cara tersebut juga biasa disebut sebagai irigasi tetes. Prinsip kerja dari sistem ini yakni dengan mengalirkan larutan nutrisi hingga media tanam basah dan meresap ke akar


(55)

40

tanaman, lalu larutan yang berlebih akan terbuang. Jika menggunakan sistem irigasi tetes ini, air larutan nutrisi akan menetes sesuai kebutuhan tanaman. Tetesan tersebut diatur agar jatuh tepat di perakaran tanaman.

Hal yang membedakan antara sistem terbuka dengan sistem tertutup adalah aliran larutan nutrisi yang digunakan. Jika dalam sistem terbuka aliran larutan yang berlebih akan terbuang, sedangkan dalam sistem tertutup air yang berlebih akan digunakan kembali untuk menyirami tanaman. Arifin (2016: 23) menambahkan bahwa pemanfaatan larutan nutrisi dalam sistem tertutup yang dilakukan secara berulang kali ini disebut juga sebagai cara resirkulasi. Adapun teknik tertutup dalam hidroponik diantaranya adalah Nutrient Film Technique (NFT), wick system, dan floating system atau teknik rakit apung.

4. Langkah-Langkah Hidroponik

Menanam tanaman hidroponik sangat berbeda dengan cara menanam tanaman yang biasa. Maka dari itu, hidroponik memiliki langkah-langkah tersendiri dalam menerapkannya. Menurut Prihmantoro (1996: 6), langkah-langkah dalam bercocok tanam melalui hidroponik adalah sebagai berikut.

a. Persiapan

Pada langkah pertama ini, Prihmantoro (1996: 6) menyatakan bahwa penanam akan menentukan waktu yang tersedia, lokasi yang akan digunakan untuk menanam, media tanam, teknik yang digunakan, dan wadah yang dipakai untuk pembibitan. Tidak hanya itu saja, Hendra (2015: 82) menambahkan bahwa dalam tahap persiapan ini penanam juga harus melakukan pemilihan benih dari jenis sayuran. Berbagai sayuran dapat ditanam dengan cara hidroponik. Beberapa jenis


(56)

41

sayuran yang direkomendasikan untuk ditanam secara hidroponik menurut Hendra (2015: 82) diantaranya selada, sawi, tomat, kangkung, paprika, dan mentimun. b. Persemaian dan Pembibitan

Pada langkah kedua ini, penanam akan melakukan proses persemaian terlebih dahulu. Tanaman hidroponik perlu disemai agar pertumbuhannya dapat dikontrol dan seragam. Prihmantoro (1996: 37) menyatakan bahwa persemaian dilakukan dengan merendam benih terlebih dahulu. Benih yang disemai nantinya akan berkecambah dan mengeluarkan daun yang kemudian disebut sebagai bibit. Bibit dikatakan baik bila kondisi tanaman sehat dan pertumbuhannya seragam. Persemaian dapat dilakukan dengan merendam benih di dalam air hangat kuku selama 2 sampai 3 jam (Setyoadji, 2015: 70). Setelah direndam, pembibitan dilakukan dengan cara benih yang telah menjadi bibit ditanam ke wadah yang berisi media tanam. Adapun wadah yang dapat digunakan untuk media tanam berupa pot kecil, botol, dan gelas air mineral bekas. Jika menggunakan botol atau gelas air mineral bekas, maka sisi-sisinya dilubangi menggunakan solder listrik atau alat pelubang lainnya (Alviani, 2015: 57).

c. Penanaman

Menurut Prihmantoro (1996: 57), penanaman dilakukan setelah bibit tanaman berusia sekitar 2 sampai 3 minggu atau memiliki daun muda. Penanaman ini dilakukan dengan cara memindahkan media tanam yang telah berisi bibit ke instalasi yang lebih luas. Adapun instalasi yang dapat digunakan adalah kotak sytrofoam, botol air mineral berukuran besar, dan pipa PVC (Alviani, 2015: 36). Hendra (2015: 90) menambahkan bahwa pemindahan tanam ke instalasi ini


(57)

42

disesuaikan dengan teknik yang akan digunakan. Untuk itu, penanam perlu memahami teknik apa yang akan digunakan untuk praktik hidroponik. Maka dapat dikatakan bahwa pada tahap penanaman ini, penanam hanya memindahkan bibit ke instalasi hidroponik yang lebih luas sesuai dengan teknik hidroponik yang digunakan.

d. Pemeliharaan

Tahap selanjutnya adalah tahap pemeliharaan. Tahap pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman dan pemupukan (Prihmantoro, 1996: 60). Penyiraman dapat dilakukan dua kali dalam sehari dengan menggunakan air. Sayuran yang dibudidayakan secara hidroponik sepenuhnya mengandalkan pasokan air dan unsur hara dari larutan nutrisi, sehingga penyiraman menjadi faktor penting yang tidak bisa diabaikan (Hendra, 2015: 100). Pada pemupukan, Sani (2015: 47) menyebutnya dengan pemberian larutan nutrisi dimana larutan nutrisi tersebut berasal dari pencampuran antara pupuk dengan air. Pupuk dapat diberikan guna menyuburkan tanaman. Ada dua macam pupuk yang beredar di sekitar kita, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat secara alami seperti pupuk kandang dan pupuk kompos, sedangkan pupuk anorganik yaitu pupuk yang tercipta karena sengaja dibuat oleh manusia seperti pupuk urea, NPK, dan ZA (Sani, 2015: 49).

Selain penyiraman dan pemupukan (pemberian larutan nutrisi), perawatan tanaman yang perlu dilakukan adalah melakukan pemangkasan. Menurut Setyoaji (2015: 72), pemangkasan dilakukan untuk membuang cabang yang tidak dikehendaki, tunas air, atau cabang yang terkena serangan penyakit. Maka dengan


(58)

43

adanya pemangkasan ini, tanaman akan tumbuh dengan baik dan tentunya memiliki kualitas yang bagus. Berdasarkan penjelasan di atas, tahap pemeliharaan ini dapat berupa penyiraman, pemberian larutan nutrisi, dan pemangkasan.

e. Pemanenan

Panen merupakan tahap yang dinantikan oleh para penanam. Hasil yang melimpah dengan kualitas yang prima menjadi idaman semua orang. Prihmantoro (1995: 66) menyatakan bahwa pemanenan sebaiknya dilakukan pagi hari dan secara manual dengan tangan. Hal tersebut dikarenakan cahaya matahari pada pagi hari belum terlalu panas dan ketika siang hari akan lebih cepat terjadi penguapan sehingga tanaman mudah layu dan rusak. Tanaman yang sudah cukup umur untuk dipanen biasanya mudah dipetik. Hendra (2015: 108) menambahkan bahwa waktu panen tergantung pada pertumbuhan setiap tanaman. Maka dapat dikatakan bahwa semakin subur tanaman tentunya membuat waktu panen semakin cepat. Sayuran yang ditanam dengan metode hidroponik umumnya lebih cepat panen dibandingkan dengan tanaman yang ditanam di media tanah secara konvensional (Hendra, 2015: 108).

Selain dilakukan pada pagi hari dan dengan tangan, pemanenan juga dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu panen lainnya. Hal ini diperkuat dengan pendapat Setyoadji (2015: 73) yang menyatakan bahwa pemanenan dengan menggunakan alat bantu pisau atau gunting panen dapat memperoleh mutu yang baik. Cara panen yang benar dan hati-hati akan mencegah kerusakan tanaman yang dapat mengganggu produksi selanjutnya.


(59)

44 C. Paradigma Penelitian

Lingkungan adalah tempat yang tidak dapat terlepas oleh kehidupan makhluk hidup. Lingkungan menjadi tempat berinteraksinya makhluk hidup khususnya manusia dalam kehidupan sehari-hari. Namun sayangnya keadaan lingkungan saat ini sudah tidak terjaga. Masyarakat banyak yang membuang sampah secara sembarangan, menebang pohon secara liar, dan lain sebagainya sehingga menimbulkan kerugian terhadap alam seperti bencana alam banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, dan lainnya. Perilaku tidak peduli terhadap lingkungan tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, namun anak-anak juga banyak sekali yang tidak menjaga lingkungan. Anak sekolah dasar banyak yang membuang sampah sembarangan, mencoret bangku dan tembok, serta jajan makanan dan minuman yang mengandung pengawet atau pewarna buatan. Jika manusia tidak dapat merawat lingkungan, mereka akan membentuk karakter yang berperilaku tidak baik. Keadaan seperti ini tentu saja harus segera diatasi sedini mungkin.

Pendidikan karakter yang sedang digalakan oleh pemerintah tentu menjadi solusi preventif dalam menangani karakter bangsa yang berperilaku buruk seperti tidak peduli terhadap lingkungan. Upaya pendidikan karakter tersebut ditanamkan melalui lembaga pendidikan. Pada jenjang sekolah dasar, pendidikan karakter yang dikembangkan meliputi religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat dan komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Pendidikan karakter peduli lingkungan ini diterapkan melalui Program Adiwiyata.


(60)

45

Adiwiyata merupakan program pendidikan karakter yang tepat untuk ditanamkan pada peserta didik dalam menciptakan budaya cinta lingkungan. Bentuk akhir dari program Adiwiyata di lembaga pendidikan adalah diterapkannya sekolah Adiwiyata mandiri. Untuk mendapatkan penghargaan Adiwiyata mandiri, sekolah harus mendapatkan penghargaan sebagai sekolah Adiwiyata di tingkat kabupaten/ kota, tingkat provinsi, dan terakhir di tingkat nasional. Seperti SD Negeri Gedongkiwo kini telah menjadi sekolah Adiwiyata provinsi dan sedang menempuh sekolah Adiwiyata Nasional. Untuk menuju tingkat nasional, sekolah tersebut menyusun berbagai program peduli lingkungan, salah satunya adalah program hidroponik. Melalui kegiatan bercocok tanam tanpa tanah tersebut, peserta didik diharapkan dapat mencerminkan perilaku peduli terhadap lingkungan sekitar pada kehidupan sehari-hari.

Bercocok tanam dengan hidroponik dilakukan dalam beberapa langkah. Adapun langkah-langkah dalam menanam hidroponik yakni dengan melakukan persiapan, persemaian dan pembibitan, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan. Pada penelitian ini, peneliti mengharapkan bahwa program hidroponik tidak hanya mencerminkan nilai-nilai dari karakter peduli lingkungan, namun dapat mencerminkan karakter lainnya seperti disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, peduli sosial, dan tanggung jawab. Maka kaitannya dalam penelitian ini, peneliti akan membahas karakter peduli lingkungan yang ditanamkan pada program hidroponik di SD Negeri Gedongkiwo. Adapun paradigma penelitian ini dapat dilihat dengan melalui bagan di bawah ini.


(61)

46 Program Hidroponik SD Negeri Gedongkiwo

Peduli Lingkungan seharusnya

Solusi di pendidikan

menuju

Gambar 1. Bagan Paradigma Penelitian Kerusakan Lingkungan

Tidak pedulilingkungan

Program Adiwiyata Adiwiyata Kabupaten/ Kota Adiwiyata Provinsi Adiwiyata Nasional Adiwiyata Mandiri 1. Persiapan

2. Persemaian dan Pembibitan

3. Penanaman

4. Pemeliharaan

5. Pemanenan

Nilai peduli lingkungan

1. membersihkan wc,

2. membersihkan tempat sampah,

3. membersihkan lingkungan sekolah,

4. memperindah kelas dan sekolah

dengan tanaman,

5. ikut memelihara taman di halaman

sekolah, dan

6. ikut dalam kegiatan menjaga

kebersihan lingkungan. Nlai Karakter yang dihasilkan

1. Disiplin

2. Kerja keras

3. Kreatif

4. Mandiri

5. Rasa ingin tahu

6. Peduli sosial


(62)

47 D. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan “Penanaman Karakter Peduli Lingkungan Pada Program Hidroponik di SD Negeri Gedongkiwo” adalah penelitian yang dilakukan oleh Handayani dan Setiyani. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2013) dengan judul “Peningkatan Sikap Peduli Lingkungan Melalui Implementasi Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam Pembelajaran IPA Kelas IV.1 di SD N Keputran A”, menunjukkan bahwa nilai karakter peduli lingkungan di kelas IV. 1 mengalami perkembangan setelah diberi perlakuan melalui pendekatan STM pada mata pelajaran IPA. Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil observasi siklus I menunjukkan bahwa sikap peduli lingkungan sebesar 75% siswa pada kategori sedang dan hasil angket menunjukkan sebesar 25% siswa berada pada kategori tinggi. Pada hasil observasi siklus II, sebanyak 27 siswa (96,43%) berada pada kategori tinggi dan sebanyak 1 siswa (3,57%) berada pada kategori sedang. Begitu pula pada hasil angket siklus II, sebanyak 27 siswa (96,43%) berada pada kategori tinggi dan sebanyak 1 orang siswa (3,57%) berada pada kategori sedang. Berdasarkan penelitian tersebut, pendekatan STM dapat meningkatkan sikap peduli lingkungan siswa sehingga mencapai kriteria keberhasilan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiyani (2013) dengan judul

“Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan Melalui Program “Green Environment”

di SMP Alam Ar-Ridho Kota Semarang”, menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan pendidikan karakter peduli lingkungan melalui Program Green environment dilaksanakan dengan strategi tranformasi budaya sekolah dan


(1)

(2)

259


(3)

260

Lampiran 18. Surat Keputusan tentang Peraturan Membuang Sampah Pada Tempatnya


(4)

261 Lampiran 19. Surat Penelitian


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SD ALAM HARAPAN KITA Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan Dalam Proses Pembelajaran Di Sd Alam Harapan Kita Kabupaten Klaten.

0 2 14

PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SD ALAM HARAPAN KITA Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan Dalam Proses Pembelajaran Di Sd Alam Harapan Kita Kabupaten Klaten.

0 2 16

PENGELOLAAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS PEDULI LINGKUNGAN Pengelolaan Pendidikan Karakter Berbasis Peduli Lingkungan Di SMP Negeri 6 Salatiga.

0 4 16

PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN DISIPLIN MELALUI PROGRAM BERJUMPA (BERSIH JUM’AT PAGI) Penanaman Karakter Peduli Lingkungan Dan Disiplin Melalui Program Berjumpa (Bersih Jum’at Pagi) (Studi Kasus di SMP Negeri 1 Teras Boyolali Tahun 2013).

0 1 18

PENDAHULUAN Penanaman Karakter Peduli Lingkungan Dan Disiplin Melalui Program Berjumpa (Bersih Jum’at Pagi) (Studi Kasus di SMP Negeri 1 Teras Boyolali Tahun 2013).

0 2 8

PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN DISIPLIN MELALUI PROGRAM BERJUMPA (BERSIH JUM’AT PAGI) Penanaman Karakter Peduli Lingkungan Dan Disiplin Melalui Program Berjumpa (Bersih Jum’at Pagi) (Studi Kasus di SMP Negeri 1 Teras Boyolali Tahun 2013).

0 1 13

PERANAN PROGRAM ADIWIYATA DALAM MEMBINA KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN SISWA DI SMP NEGERI 6 BANDUNG.

2 28 37

PENDIDIKAN KARAKTER DI SD NEGERI GEDONGKIWO YOGYAKARTA.

0 6 330

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DI SD NEGERI GEDONGKIWO YOGYAKARTA.

2 15 411

ANALISIS PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DI SD NEGERI KEDONDONG

1 1 17