61 Masing-masing fraksi diukur daya hambat terhadap enzim
α-glukosidase, dan hasil uji hambatan enzim
α-glukosidase dapat dilihat pada Tabel 4.8. memberikan inhibisi yang paling tinggi yaitu 92,4939 .
Tabel 4.8 Hasil Uji Hambatan α-Glukosidase Ekstrak Pada Kromatografi
Kolom II
Sampel Dengan Enzim
S
1
Tanpa Enzim S
Rata2 Dgn
Enzim X S
1
Rata2 Tnp
Enzim XS
X S
1
- X S
Inhibisi
I II
I II
Kontrol 0,420
0,456 0,4380
0,0000 0,4130
Blangko
0,027 0,023
0,0000 0,0250
VpEt-9-1 0,751
0,753 0,067
0,070 0,7520
0,0685 0,6835
6,5619 VpEt-9-2
0,690 0,717
0,063 0,056
0,7035 0,0595
0,6440 11,9617
VpEt-9-3 0,152
0,166 0,051
0,047 0,1590
0,0490 0,1100
73,3656 VpEt-9-4
0,061 0,065
0,030 0,034
0,0630 0,0320
0,0310 92,4939
VpEt-9-5 0,070
0,080 0,039
0,043 0,0750
0,0410 0,0340
91,7676 VpEt-9-6
0,108 0,112
0,042 0,038
0,1100 0,0400
0,0700 83,0508
4.2.3 Fraksinasi Ekstrak Etanol Dengan Kromatografi Kolom III
Hasil fraksinasi VpEt-9-4 dengm an melakukan kromatografi kolom Silika gel GF
524
: CHCl
3
-MeOH-air = 10:3:1. Kemudian disederhanakan dengan penggabungan fraksi yang mempunyai Rf yang sama menjadi 6 fraksi VpEt-9-1
~VpEt-9-5. Hasil penggabungan kolom dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Universitas Sumatera Utara
62 Fase gerak: Kloroform-metanol-air 10:3:1
Fase diam : Silika gel GF
254
Gambar 4.3 Kromatografi KLT Hasil Fraksinasi Kolom III Tabel 4.9 Hasil Fraksinasi Gabungan dari Kolom III
No no vial
Fraksi Fase gerak
Bobot mg
Rf
1 1-2
VpEt 9-4-1 CHCl
3
-MeOH-air = 10:3:1 10,1
0,70 2
3 VpEt 9-4-2
CHCl
3
-MeOH-air = 10:3:1 10,3
0,50 3
4-5 VpEt 9-4-3
CHCl
3
-MeOH-air = 10:3:1 20,4
0,42 4
6-9 VpEt 9-4-4
CHCl
3
-MeOH-air = 10:3:1 40,2
0,40 5
10-22 VpEt 9-4-5
CHCl
3
-MeOH-air = 10:3:1 20,1
0,48
Selanjutnya ke 5 fraksi diukur daya hambatnya terhadap enzim
α- glukosidase dan diperoleh fraksi 9-4-4 memberikan inhibisi yang paling tinggi
yaitu 93,46 . Hasil uji hambatan enzim α-glukosidase dapat dilihaat pada Tabel
4.10.
Universitas Sumatera Utara
63
Tabel 4.10 Hasil Uji Hambatan α-Glukosidase Ekstrak Pada Kromatografi
Kolom III
Sampel Dengan Enzim
S
1
Tanpa Enzim S Rata2
Dgn Enzim
X S
1
Rata2 Tnp
Enzim XS
X S
1
- X S
Inhibisi
I II
I II
Kontrol
0,435 0,451
0,4430 0,0000
0,4130
Blangko 0,029
0,031 0,0000
0,0300 VpEt-9-4-1
0,178 0,170
0,030 0,030
0,1740 0,0300
0,1440 65,1332
VpEt-9-4-2 0,094
0,088 0,035
0,035 0,0910
0,0350 0,0560
86,4407 VpEt-9-4-3
0,064 0,059
0,024 0,030
0,0615 0,0270
0,0345 91,6465
VpEt-9-4-4 0,056
0,066 0,035
0,033 0,0610
0,0340 0,0270
93,4625 VpEt-9-4-5
0,068 0,070
0,038 0,037
0,0690 0,0375
0,0315 92,3729
4.2.4 Pemurnian Fraksi 9-4-4
Pemurnian fraksi VpEt-9-4-4 dilakukan dgn KLT preparatif kloroform- metanol-air = 10:3:1 dan selanjutnya disebut sebagai isolat 9-4-4-1 yang akan
ditentukan struktur kimianya dengan pengambilan data UV, RMI 1D H C ;FT IR
1
dan RMI 2D COSY, HMQC, HMBC dan HR MS.
4.2.5 Hasil Analisis Spektrum Ultra Violet Isolat 9-4-4-1
Spektrum Ultra Violet dari isolat 9-4-4-1 memberikan panjang gelombang maksimum pada λ 267 dan 307 nm dengan absorbansi sebesar 0,1 A. Hasil ini
menunjukkan adanya kromofor suatu benzena pada struktur kimia isolat 9-4-4-1. Spektrum Ultra Violet untuk Isolat 9-4-4-1 dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Universitas Sumatera Utara
64
Gambar 4.4 Spektrum Ultra Violet isolat 9-4-4-1 4.2.6 Hasil Analisis Spektrum FTIR Isolat 9-4-4-1
Spektrum FTIR isolat 9-4-4-1 menunjukkan gugus hidroksil pada bilangan gelombang 3441cm
-1
; cincin aromatik pada 2920 cm
-1
dan gugus karbonil pada 1701 cm
-1
. Spektrum FTIR untuk isolat 9-4-4-1mdapat dilihat pada gambar 4.2.
Gambar 4.5 Spektrum FTIR untuk Isolat 9-4-4-1
OH
C-HC=CH C=O
Universitas Sumatera Utara
65 Gambar 4.5 Spektrum FTIR untuk Isolat 9-4-4-1 memperlihatkan data
FTIR yang dapat dilihat pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11 Data FTIR Isolat 9-4-4-1
Bilangan Gelombang cm-1
Rentang Bilangan Gelombang cm-1
Gugus Fungsi
3154 3181-3115
-OH 2920,20
3000-2847,70 -CHC=C-H
1701,10 1733,89-1575,73
C=O 1481
1670-1380 Aromatik
4.2.7 Hasil Analisis NMR Nuclear Magnetic Resonance 1 Dimensi