Ekstraksi Metode Pemisahan dan Pemurnian

27

2.3 Isolasi, Elusidasi, dan Penentuan Struktur Kimia

Isolasi dan elusidasi adalah suatu metoda pemisahan dan untuk menentukan struktur kimia. Untuk tanaman yang memiliki aktivitas daya hambat enzim α-glukosidase, isolasi dapat dilakukan dengan cara mengekstraksi menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian dilakukan pemisahan secara kromatografi, selanjutnya dilakukan elusidasi. Untuk penentuan struktur kimia digunakan dengan metode spektroskopi, dengan menggunakan alat instrumen UV, IR, RMI, dan Massa Underwood, 2002.

2.3.1 Ekstraksi

Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan substansi dari campuran dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Ekstraksi dapat dilakukan dengan pelarut organik terhadap bahan segar atau bahan yang telah dikeringkan. Pada prinsipnya senyawa polar diekstraksi dengan pelarut polar, senyawa semi polar diekstraksi dengan menggunakan pelarut semi polar, dan senyawa non polar diekstraksi dengan menggunakan pelarut non polar. Berdasarkan energy yang digunakan, ekstraksi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara panas dan dingin, tergantung pada kestabilan senyawa yang diisolasi supaya tidak rusak DEPKES RI., 1995.

2.3.2 Metode Pemisahan dan Pemurnian

Kromatografi merupakan salah satu metode pemisahan yang mempunyai keuntungan dalam pelaksanaannya lebih sederhana, penggunaan waktu yang singkat dan terutama karena mempunyai kepekaan yang tinggi serta kemampuan memisahkan yang tinggi, dibandingkan metode pemisahan yang lain seperti destilasi, kristalisasi, pengendapan ekstraksi dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara 28 Kromatografi didefinisikan sebagai prosedur pemisahan zat terlarut oleh suatu proses migrasi diferensial dinamis dalam system yang terdiri dari dua fase atau lebih, salah satu diantaranya bergerak secara berkesinambungan dalam arah tertentu dan didalamnya zat-zat yang menunjukkan perbedaan motilitas disebabkan perbedaan adsorbs, partisi, kelarutan,tekanan uap, ukuran molekul atau kerapatan muatan ion. Dengan demikian masing-masing zat dapat diidentifikasi atau ditetapkan dengan metode analitik. Secara umum teknik kromatografi didasarkan pada distribusi zat terlarut diantara dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase gerak membawa zat terlarut melalui media, hingga terpisah dari zat terlarut lainnya, yang tereluasi lebih awal atau lebih akhir. Umumnya zat terlarut dibawa melalui media pemisah oleh aliran suatu pelarut berbentuk cairan atau gas yang disebut eluen. Fase diam dapat bertindak sebagai penyerap, atau dapat bertindak melarutkan zat sehingga terjadi partisi antara fase diam dan fase gerak. Dalam proses terakhir ini suatu lapisan cairan pada suatu penyangga yang inert berfungsi sebagai fase diam. Pemisahan ini dapat ditempuh dengan dua cara yaitu 1 Kromatografi Lapis Tipis. Kromatografi Lapis Tipis KLT merupakan metode pemisahan secara fisikokimia yang digunakan secara luas untuk pemisahan dan identifikasi senyawa obat. Proses pemisahan terjadi akibat perbedaan distribusi komponen campuran di dalam fase gerak dan fase diam atau dengan kata lain berdasarkan perbedaan afinitas dan absorbs senyawa pada fase diam dan fase gerak Meyer, 2004. Lapisan pemisah terdiri atas bahan berbutir-butir fase diam, ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas, logam atau lapisan yang cocok. Syarat fase Universitas Sumatera Utara 29 diam yang baik yaitu seragam, tidak larut dalam fase gerak dan zat terlarut. Fase diam yang sering digunakan adalah silika gel, alumina dan selulosa. Silika gel umumnya mengandung zat tambahan kalsium sulfat untuk mempertinggi daya lekatnya, dimana zat ini digunakan sebagai adsorben universal untuk kromatografi senyawa netral, asam dan basa. Campuran yang akan dipisah, berupa larutan ditotolkan berupa bercak atau pita. Setelah itu pelat atau lapisan ditaruh di dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok fase gerak. Pemisahan terjadi selama perambatan fase gerak, selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus dideteksi. Fase gerak adalah medium angkut yang terdiri atas satu atau beberapa pelarut dan bergerak di dalam fase diam karena adanya daya kapiler. Pemakaian campuran pelarut dengan tingkat polaritas berbeda dapat memberikan daya pemisahan yang baik karena daya kembangnya dapat disesuaikan dengan semua jenis senyawa. Pada KLT, pemilihan fase gerak berdasarkan pada deret eluotropik, yaitu deret yang disusun menurut kemampuan elusi naik sebanding dengan kenaikan polaritas. KLT dapat digunakan pertama untuk mengetahui secara kualitatif, kuantitatif, atau preparatif dan kedua untuk menjajaki system pelarut dan system penyangga yang akan dipakai dalam kromatografi kolom atau Kromatografi Cair Kinerja Tinggi atau High Performance Liquid Cromatografi HPLC Meyer, 2004. 2 Kromatografi Kolom. Pada Kromatografi Kolom, zat penyerap sorpsi dimampatkan secara merata ke dalam kolom berupa tabung yang dapat terbuat dari kaca, logam atau plastik, dimana bagian bawahnya dilengkapi satu kran untuk mengendalikan laju aliran zat cair. Sebagai bahan sorpsi digunakan bahan yang Universitas Sumatera Utara 30 sama dengan kromatografi lapis tipis yaitu silika gel, aluminium oksida, poliamida, selulosa, selanjutnya arang aktif dan gula tepung. Sejumlah sediaan yang diperiksa diperiksa dilarutkan dengan sedikit pelarut, ditambahkan ke dalam puncak kolom dan dibiarkan mengalir ke dalam penyerap. Zat berkhasiat diserap dari larutan oleh bahan penyerap secara sempurna berupa pita sempit pada puncak kolom. Dengan mengalirkan pelarut lebih lanjut, dengan atau tanpas tekanan udara, masing-masing bergerak turun dengan difraksinasi dan fraksi yang mengandung zat yang sama disatukan. Adapun laju gerakan zat dipengaruhi oleh daya adsorbs zat penyerap, ukuran partikel dan luas permukaan, sifat dan polaritas pelarut, tekanan yang digunakan serta suhu system kromatografi Roth, 2000.

2.3.3 Metode Penentuan Struktur Kimia