Macam-macam Narkoba Kajian Narkoba 1. Definisi Narkoba

34 c Shabu berbentuk tepung Kristal kasar berwarna putih bersih seperti garam. 3 Kelompok halusinogen Halusinogen adalah obat, zat, tanaman, makanan, atau minuman yang dapat menimbulkan khayalan. Contohnya adalah LSD Lysergic Acid Diethyltamide, getah tanaman kaktus, kecubung, jamur tertentu misceline, dan ganja. c. Bahan adiktif lainnya Bahan adiktif lain adalah zat-zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat menimbulkan ketergantungan. Contohnya: 1 Rokok. Ketika rokok dihisap, nikotin kandungan psiko aktif utama tembakau dan sekitar 4.000 bahan kimia lain yang secara kolektif disebut tar, diserap masuk ke dalam paru-paru. Konsekuensi merokok dalam jangka panjang patut diwaspadai. Smoker’s syndrome ditandai oleh nyeri dada, sesak nafas, suara yang mendesah, batuk-batuk, dan kerentanan yang tinggi terhadap infeksi saluran pernapasan Pinel, John P. J., 2009: 476 2 Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan. 3 Thinner dan zat-zat lain, seperti lem kayu, penghapus cair, aseton, cat, bensin, apabila dihisap, dihirup, atau dicium dapat memabukkan. 3 5

4. Jenis-jenis Pecandu

Pecandu adalah orang dengan ketergantungan obat atau alkohol. Menurut Gordon dan Gordon dalam Agus Dariyo, 2004: 35 membedakan 5 jenis pecandu yaitu: a Pecandu derelict adalah pecandu yang berasal dari orang-orang pinggiran, seperti: orang jalanan OJ atau pecandu jalanan PJ, peminta-minta, pengamen, pengemis, orang-orang kumuh. Mereka mengalami sakaw, mungkin karena tidak memiliki cukup uang untuk membeli obat atau alkohol, maka dari itu mereka menggantinya dengan menggunakan lem, minum arak tradisional ciu, oplosan bodrex, coca-cola sprite, bir. Jumlah mereka berkisar 5 dari total pecandu. b Pecandu kronis yaitu mereka yang setiap kali menggunakan obat atau alkohol, selalu mengalami fly, high, atau mabuk. Setiap harinya, mereka berusaha untuk menggunakan obat atau alkohol untuk mencapai high fly. Bagi mereka “tiada hari tanpa narkoba”. c Pecandu periodik yaitu mereka yang menggunakan obat alkohol secara periodik, berkala yakni pakai-berhenti, pakai-berhenti. Mereka akan berhenti untuk beberapa saat guna membuktikan kepada diri mereka orang lain bahwa mereka bukanlah pecandu murni, karena mereka bisa berhenti. Walaupun beberapa waktu kemudian, mereka akan menggunakan narkoba lagi. d Pecandu situasional ialah mereka yang menggunakan narkoba pada situasi tertentu. Bukan sembarang situasi, tetapi jenis situasi yang darurat, 36 dramatis, atau traumatis ketika mereka menggunakan narkoba itu. Misalnya saat mereka kecewa, stres, sedih, bosan total bete. e Pecandu sosial merupakan tipe pecandu yang hidup normal dan penggunaannya hanya untuk kehidupan sosial, artinya bersama dengan orang lain. Mereka seringkali menggunakan narkoba hanya pada malam minggu, akhir minggu, pesta, atau situasi sosial lainnya. Para pecandu ini seringkali sulit diidentifikasikan dikenali dan seringkali mereka terdiri atas para penguasa, orang-orang sukses, orang-orang penting selebritis.

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan

1. Hasil penelitian tentang “Self-esteem and the Initiation of Substance Use Among Adolescence” oleh Chris G. Richardson, Jae-Young Kwon, dan Pamela A. Rartner 2013, pada kalangan siswa menengah di British Columbia ditemukan hasil bahwa harga diri digunakan sebagai alat untuk melindungi diri dari penggunaan tembakau, alkohol, dan ganja. 2. Hasil penelitian mengenai “The Role of Cultural Norms in the Self-esteem and Drug Use Relationship” oleh Sarah Moore, Molly T. Laflin, dan David L. weis 1996 menunjukkan bahwa harga diri dan norma budaya tidak dapat mengurangi penggunaan tembakau, ganja, alkohol, dan narkoba lain pada lebih dari 2000 pelajar sekolah menengah dan mahasiswa. Orang dengan harga diri rendah akan mengonsumsi tembakau, alkohol, dan jenis obat terlarang lain. 3 7 3. Hasil penelitian tentang “Hubungan antara Harga Diri dan Persepsi Pola Asuh Orang Tua yang Authoritatif dengan Sikap Remaja Terhadap Penyalahgunaan Narkoba” oleh Trisakti dan Kamsih Astuti 2014 menunjukkan bahwa harga diri mempunyai hubungan negatif dan signifikan dengan sikap remaja terhadap penyalahgunaan narkoba. Semakin tinggi harga diri, cenderung semakin negatif sikap remaja terhadap penyalahgunaan narkoba. 4. Hasil penelitian tentang “Peran Harga Diri Terhadap Asertivitas Remaja Penyalahgunaan Narkoba Penelitian pada Remaja Penyalahguna Narkoba di Tempat-tempat Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba oleh Maharsi Anindyajati dan Citra Melisa Karima 2004 ditemukan hasil bahwa adanya hubungan yang signifikan antara harga diri dan asertivitas. Harga diri mampu memprediksi atau memiliki peran sebesar 31,3 terhadap asertivitas.

D. Kerangka Pikir

Penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh seorang individu memiliki dampak negatif bagi kehidupan individu tersebut. Dampak tersebut dapat berpengaruh pada perkembangan fisik, perkembangan kognisi, dan perkembangan sosio-emosional. Pada remaja, umumnya perkembangan fisik diawali dengan terjadinya masa pubertas. Masa pubertas pada remaja perempuan ditandai dengan menarche atau haid 38 pertama, sedangkan pada remaja laki-laki ditandai dengan munculnya kumis dan mimpi basah untuk pertama kali. Perubahan fisik yang terjadi juga diiringi dengan adanya perubahan perkembangan psikologis. Aspek psikologis perkembangan fisik remaja adalah remaja disibukkan dengan tubuh mereka dan mengembangkan citra individual mengenai gambaran tubuh mereka. Akan tetapi, menjelang masa remaja akhir, pertumbuhan remaja tidak sepesat saat masa remaja awal. Pada masa ini pertumbuhan berat badan lebih banyak dibandingkan dengan tinggi badan. Hal tersebut terjadi untuk mengimbangi pesatnya pertumbuhan tinggi badan yang telah terjadi pada saat masa remaja awal dan masa pubertas. Pertumbuhan fisik tersebut yang terjadi pada remaja umumnya berbeda dengan remaja mantan pecandu narkoba. Pada remaja mantan pecandu narkoba, mereka mengalami gangguan kesehatan seperti sulit tidur, sering sakit kepala, kulit mengalami alergi, kesukaran bernafas, jalan sempoyongan, bicara pelo cadel, mengantuk, dan agresif. Selain itu, pengaruh jangka panjang pada fisik remaja mantan pecandu narkoba yaitu penampilan tidak sehat, tidak peduli terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi keropos, dan banyaknya bekas suntikan pada lengan. Perkembangan yang kedua yaitu perkembangan kognisi. Pada masa remaja, perkembangan kognisi yang terjadi berupa pemikiran yang berkembang semakin abstrak, logis, idealis, lebih mampu menguji pemikiran diri sendiri dan orang lain, serta cenderung memantau dunia sosial. Remaja sudah dapat melakukan pengambilan keputusan secara 3 9 mandiri. Pengambilan keputusan yang dilakukan berkaitan dengan masa depan, teman-teman mana yang dipilih, apakah harus kuliah, dan seterusnya. Perkembangan kognisi sebagai proses-proses mental, mencakup pemahaman tentang dunia, penemuan pengetahuan, pembuatan pembandingan, berfikir, dan mengerti. Proses mental tersebut tidak lain adalah proses pengolahan informasi, belajar, pemecahan masalah, dan pembentukan konsep. Berbeda dengan remaja pada umumnya, remaja yang pernah menjadi pecandu narkoba mengalami perbedaan perkembangan kognisi. Perbedaan perkembangan kognisi remaja mantan pecandu narkoba yang mengalami terganggunya fungsi otak dan perkembangan normal remaja antara lain kemampuan daya ingat yang berkurang, sulit berkonsentrasi, sering berkhayal, dan motivasi belajar yang rendah. Lebih dari itu, narkoba mengakibatkan remaja menjadi tidak disiplin, terkadang mengganggu ketenangan kegiatan belajar-mengajar. Remaja penyalahguna narkoba memiliki kemungkinan berkaitan dengan kenakalan remaja dan putus sekolah yang disebabkan oleh seringnya membolos kegiatan belajar- mengajar di sekolah. Perkembangan yang ketiga yaitu perkembangan sosio-emosional. Pada masa remaja, individu mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang- orang dalam berbagai konteks sosial. Dalam lingkup keluarga, banyak orang tua mengalami kesulitan menangani tuntutan remaja akan otonomi. Remaja tidak hanya sekedar memasuki dunia yang terpisah dari orangtua; 40 kasih sayang dari orangtua dapat meningkatkan kemungkinan bahwa remaja akan kompeten secara sosial dan menjelajahi dunia sosial yang lebih luas dan sehat. Sekelompok kecil remaja yang mengalami konflik orangtua-remaja yang berat dapat menimbulkan berbagai dampak negatif bagi remaja. Konflik yang berkepanjangan dan mendalam antara orangtua- remaja dapat menimbulkan sejumlah masalah seperti remaja kabur dari rumah, kenakalan remaja, putus sekolah, kehamilan dan pernikahan dini, keterlibatan dengan sekte-sekte keagamaan, dan penyalahgunaan obat- obatan. Hal tersebut berbeda dengan remaja yang sudah mampu mengendalikan emosinya dengan mengungkapkan emosi dengan cara-cara yang lebih dapat diterima. Salah satu sikap yang kuat dalam masa remaja akhir adalah sikap tertutup terhadap orang dewasa khususnya terhadap pemecahan masalah yang dihadapi. Hal tersebut muncul karena remaja ingin menentukan sikap dan keinginan untuk memecahkan masalah-masalah secara mandiri. Biasanya remaja terbuka terhadap kelompok teman sebaya. Dalam kelompok akrab tersebut, remaja dapat berdiskusi selama berjam-jam untuk membahas masalah yang dihadapi. Masalah yang sering dibahas antara lain hal-hal romansa, rekreasi, dan terkadang masalah perhiasan atau pakaian. Perkembangan sosio-emosional remaja pada umumnya, tentunya akan berbeda dengan perkembangan sosio-emosional remaja mantan pecandu narkoba. Perbedaan perkembangan yang dialami remaja mantan pecandu narkoba antara lain remaja menjadi acuh tak acuh, sulit