2 3
keterlibatan dengan sekte-sekte keagamaan, dan penyalahgunaan obat-obatan. Hal tersebut berbeda dengan remaja yang sudah
mampu mengendalikan emosinya dengan mengungkapkan emosi dengan cara-cara yang lebih dapat diterima Santrock, 1995: 40-
43. Berbeda dengan pendapat Andi Mappiare 1982: 83-91 yang menjelaskan bahwa salah satu sikap yang kuat dalam masa remaja
akhir adalah sikap tertutup terhadap orang dewasa khususnya terhadap pemecahan masalah yang dihadapi. Hal tersebut muncul
karena remaja ingin menentukan sikap dan keinginan untuk memecahkan masalah-masalah secara mandiri. Biasanya remaja
terbuka terhadap kelompok teman sebaya. Dalam kelompok akrab tersebut, remaja dapat berdiskusi selama berjam-jam
untuk membahas masalah yang dihadapi. Masalah yang sering dibahas
antara lain hal-hal romansa, rekreasi, dan terkadang masalah perhiasan atau pakaian. Selanjutnya, perkembangan sosial dalam
masa remaja berhubungan dengan perkembangan pribadi dan moral remaja akhir. Pandangan remaja terhadap masyarakat dan
kehidupan bersama banyak dipengaruhi oleh kuat atau tidaknya pribadi, citra diri, dan rasa percaya diri. Remaja yang memiliki
penilaian diri kurang atau tidak diterima, maka remaja akhir memproyeksikan penolakan diri pada keadaan atau tatanan
masyarakatnya yang menimbulkan adanya kritikan-kritikan remaja
24
terhadap tatanan dan adanya kepincangan-kepincangan sosial yang terjadi.
Remaja yang pernah menjadi pecandu narkoba mengalami perkembangan sosio-emosional yang berbeda dengan remaja pada
umumnya. Perbedaan perkembangan yang dialami remaja mantan pecandu narkoba antara lain remaja menjadi acuh tak acuh, sulit
mengendalikan diri, mudah tersinggung, menarik diri
dari pergaulan, serta hubungan dengan keluargaorang lain yang
terganggu. Selain itu, remaja mantan pecandu narkoba menjadi individu yang anti-sosial, mementingkan diri sendiri, hilangnya
sopan santun, dan tidak memperdulikan kepentingan orang lain. Rosita Endang Kusmaryani, 2009
B. Kajian Narkoba 1. Definisi Narkoba
Saat ini penyebaran narkoba semakin tidak terkendali dan tidak dapat dicegah lagi. Narkoba dapat diperoleh dengan mudah melalui
oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Misalnya narkoba dapat diperoleh dari bandar-bandar narkoba yang sedang mencari sasaran di
sekolah, diskotik, tempat lokalisasi, maupun di tempat perkumpulan geng. Menurut World Book 2003 dalam Sofyan S. Willis, 2005: 152
narkoba telah dipakai ribuan tahun dalam bentuk tanaman asli berupa daun-daunan dan getah buah dan bunga. Pemakaian daun ganja telah
2 5
terjadi di masyarakat yang bertani atau mengambil keperluan hidupnya di pegunungan yang hawanya sangat dingin dan tekanan udaranya sangat
rendah seperti Pegunungan Columbia dan Aceh. Mengkonsumsi daun ganja bagi para pendaki dapat meningkatkan daya tahan dan selalu merasa
segar dan sehat. Di Aceh bahkan daun ganja digunakan untuk mencampur gulai.
Narkoba yang merupakan kependekan dari narkotika dan obat- obatan terlarang adalah zat yang dapat menyebabkan ketergantungan
apabila dipersalahgunakan atau dikonsumsi secara rutin dan terus- menerus. Istilah lain yang digunakan oleh Departemen Kesehatan
Republik Indonesia adalah napza yaitu singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan zat adiktif. Menurut Undang-undang no. 22 tahun 1997
Lidya dan Satya, 2006: 6 tentang narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi
sintetis yang menyebabkan penurunan kesadaran dan menghilangkan rasa nyeri. Narkotika dibagi berdasarkan potensi ketergantungan, antara lain:
a. Narkotika golongan 1: berpotensi sangat tinggi yang menyebabkan ketergantungan, tidak digunakan dalam terapi heroin murni, kokain,
ganja, putaw b. Narkotika golongan 2: berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan,
digunakan dalam terapi morfin, fentanil, petidin c. Narkotika
golongan 3:
berpotensi ringan
menyebabkan ketergantungan, banyak digunakan dalam terapi kodein.
26
Berbeda lagi
dengan Undang-undang
no. 5
tahun 1997
Muhammad Yahya, 2005: 91-92 tentang psikotropika yaitu zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif dan susunan syaraf pusat dan menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku, yang dibagi menurut
potensi yang menyebabkan ketergantungan sebagai berikut: a. Psikotropika
golongan 1:
berpotensi sangat
tinggi terhadap
ketergantungan, tidak digunakan dalam terapi ekstasi, LSD, STP b. Psikotropika
golongan 2:
berpotensi tinggi
menyebabkan ketergantungan, dalam terapi amat terbatas digunakan ampetamin,
metamfetamin, ritalin c. Psikotropika
golongan 3:
berpotensi sedang
menyebabkan ketergantungan, digunakan dalam terapi pentobarbital
d. Psikotropika golongan 4: berpotensi ringan tinggi menyebabkan ketergantungan, sangat banyak digunakan dalam terapi diazempam,
klobazam, barbital, dan nitrazepam. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa narkoba yang
merupakan kependekan dari narkotika dan obat-obatan terlarang adalah zat atau obat baik tanaman atau bukan tanaman, sintetis atau bukan sintetis
yang apabila dipersalahgunakan atau dikonsumsi secara terus-menerus dapat menyebabkan ketergantungan.
2 7
2. Penyebab Penyalahgunaan Narkoba
Penyalahgunaan narkoba pada remaja tidak hanya disebabkan oleh remaja sendiri, melainkan dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan di
sekitar dan ketersediaan obat-obatan atau NAPZA tersebut. Adapun faktor-faktor penyebab penyalahgunaan narkoba yaitu:
a Faktor individu
Abdul Rozak dan Wahdi Sayuti 2006: 22 menjelaskan bahwa faktor individu penyalahguna narkoba dapat dilihat dari
kecenderungan sifat remaja yang suka memberontak terhadap aturan dan norma, sifat penasaran, dan keinginan untuk mencoba
hal-hal baru. Selain itu, faktor lain yaitu remaja menganggap narkoba
dapat mengatasi
masalah yang
dihadapi, adanya
mispersepsi di kalangan remaja bahwa keberanian diperoleh dengan mengonsumsi narkoba, kurangnya kontrol dan perhatian
dari orangtua, adanya tekanan bahkan ancaman dari teman sebaya, dan tingkat keyakinan atau pengalaman keagamaan yang rendah.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Subagyo Partodiharjo tt: 71- 72 yang menyebutkan bahwa seseorang mulai memakai narkoba
karena adanya rasa ingin tahu untuk mencoba, ingin dianggap lebih hebat dari orang lain, ingin membuktikan kesetiakawanan, dan
adanya anggapan narkoba cara mudah untuk mengatasi masalah yang menumpuk.
28
b Faktor lingkungan
Menurut Abdul Rozak dan Wahdi Sayuti 2006: 23-24, setidaknya
terdapat 3 lingkungan
yang memengaruhi remaja
menyalahgunakan narkoba yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Keluarga sebagai
lingkungan primer
tumbuhnya individu, dianggap sebagai lingkungan yang paling menentukan bagi
terbentuknya perilaku remaja. Hubungan yang kurang harmonis, tingkat pendidikan yang rendah, dan praktik keagamaan yang lemah,
maka secara langsung atau tidak langsung akan memberikan pengaruh bagi kehidupan dan perilaku anaknya, terutama yang masih dalam
usia remaja. Begitu pula dengan lingkungan sekolah, dimana remaja akan menemukan teman sebaya yang mendorong munculnya
persaingan antar-sesama. Lingkungan yang ketiga yaitu lingkungan masyarakat.
Lingkungan masyarakat
yang akrab
dengan penyalahgunaan narkoba, maka berpotensi menyeret remaja dalam
penyalahgunaan narkoba pula, begitupun sebaliknya. Lebih lanjut, Subagyo Partodiharjo tt:77-79 menjelaskan bahwa banyak pengguna
narkoba yang berasal dari keluarga yang tidak harmonis. Konflik yang muncul dalam keluarga dapat mendorong remaja merasa
frustasi, sehingga terjebak memilih narkoba sebagai solusi. Selain itu, di lingkungan masyarakat, individu perlu berhati-hati dalam memilih
teman pergaulan, karena orang yang menurut kita baik bisa jadi ia justru pengedar narkoba.
2 9
c Faktor ketersediaan narkoba Tidak dapat dipungkiri bahwa ketersediaan dan mudahnya
mendapatkan narkoba bagi remaja menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari penyebab
terjadinya penyalahgunaan
narkoba. Biasanya para remaja mendapatkan informasi tentang narkoba dan
pengedar, berasal dari teman sebaya yang juga sebagai penyalahguna narkoba Abdul Rozak dan Wahdi Sayuti, 2006: 25. Lebih lengkap,
Subagyo Partodiharjo tt: 79-80 menyebutkan bahwa pengedar narkoba di Indonesia dengan cepat meluas, bukan hanya di kota besar,
tetapi juga di kotamadya, bahkan desa-desa. Selain itu, tidak diperlukannya biaya promosi untuk membuat brosur, poster, seminar,
dan sebagainya membuat penyebaran narkoba mudah meluas cukup dari mulut ke mulut.
3. Macam-macam Narkoba
Narkoba dibagi menjadi 3 jenis yaitu narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya. Dari setiap jenis tersebut, dibagi-bagi lagi dalam
beberapa kelompok. Subagyo Partodiharjo, tt: 11-17 a. Narkotika
Merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun bukan sintetis. Zat ini dapat
mengurangi bahkan menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan