Sarana dan Prasarana Rekrutmen Peserta Didik

tahun, berijazah minimal S1 sesuai dengan bidang studinya, memiliki kompetensi dan dedikasi yang tinggi, memiliki kompetensi di bidangnya. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Marland 1972 yang menyatakan bahwa tenaga pendidik akselerasi harus mempunyai keunggulan tertentu, baik dari segi penguasaan materi pelajaran, metode pengajaran, maupun komitmen dalam melaksanakan tugas, karena para siswa yang mereka hadapi adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kecerdasan yang luar biasa. Hal ini juga didukung oleh pernyataan dari Depdiknas 2003, bahwa kepribadian yang ada pada seorang guru yang mengajar di kelas akselerasi harus mampu menyesuaikan diri dengan karakteristik yang ada pada peserta didik kelas akselerasi.

d. Sarana dan Prasarana

Hasil penelitian menunjukkan bahwa fasilitas yang disediakan pihak sekolah sudah cukup memadai untuk penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon. Sarana dan prasarana yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar program akselerasi pada umumnya sama dengan program kelas regular, seperti: laboratorium IPA, perpustakaan, dan laboratorium komputer, tetapi ada sarana prasarana khusus yang diberikan pada program kelas akselerasi seperti: ruangan kelas bersih, nyaman, dan dilengkapi dengan AC, pembelajaran berbasis Information and Communication Technology ICT, VCD, TV, infocus, komputer, jaringan internet WiFi, modul, buku, dan lain sebagainya. Lingkungan belajar di kelas akselerasi seperti ini juga memenuhi kaidah yang disampaikan oleh Mujiman 2006, agar kegiatan belajar dapat berlangsung efektif, di setiap lingkungan perlu penyediaan sumber informasi, narasumber, dan adanya suasana yang kondusif bagi berlangsungnya kegiatan belajar. Dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai, maka akan mampu mendukung dalam penyelenggaraan program akselerasi. Hal ini seperti tercantum dalam Depdiknas 2004 bahwa dengan adanya sarana dan prasarana yang baik, maka akan mampu memenuhi kebutuhan bagi siswa. Berdasarkan temuan penelitian dan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana dalam rangka mendukung penyelenggaraan program layanan kelas akselerasi cukup baik.

e. Pembiayaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembiayaan untuk penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon bersumber dari pemerintah dana BOS dan pihak sekolah mengambil kebijakan dengan menarik sumbangan berupa iuran tetap dari orang tua peserta didik setiap bulan. Hal ini selaras dengan pendapat Levin 1987 dalam Fattah, 2008, pembiayaan sekolah adalah proses dimana pendapatan dan sumberdaya tersedia digunakan untuk memformulasikan dan mengoperasionalkan sekolah di berbagai wilayah geografis dan tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Setiap kebijakan dalam pembiayaan sekolah akan mempengaruhi bagaimana sumber daya diperoleh dan dialokasikan. Ghozali 2012 dalam Fattah, 2008 menyatakan bahwa biaya pendidikan adalah merupakan nilai uang dari sumber daya pendidikan yang dibutuhkan untuk mengelola dan menyelenggarakan pendidikan, oleh karenanya untuk menghitung biaya pendidikan harus terlebih dahulu mengidentifikasi kebutuhan sumber daya pendidikan termasuk kualifikasi atau spesifikasi dan jumlahnya, untuk mengelola dan menyelenggarakan pendidikan. Lebih lanjut, Nurhadi 2012 dalam Fattah, 2008 membedakan antara pembiayaan pendidikan dengan pendanaan pendidikan. Pembiayaan pendidikan costing lebih menyangkut persoalan estimasi dan perencanaan kebutuhan biaya yang diperlukan untuk mendukung proses pendidikan, sedangkan pendanaan fundingfinancing lebih berkaitan dengan persoalan bagaimana, siapa, dan seberapa mendanai pendidikan. Dengan demikian pihak sekolah harus berusaha untuk memenuhinya dengan mencari dari sumber-sumber pendanaan yang lain.

4.3.3 Evaluasi Process

Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon

1. Persiapan Penyelenggaraan Program Akselerasi

Temuan tentang persiapan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon, diawali dengan sosialisasi pada seluruh warga sekolah. Hal tersebut mengindikasikan suatu pemahaman bahwa keputusan untuk menyelenggarakan program akselerasi telah melalui serangkaian proses perencanaan dengan menggunakan teknik analisis SWOT. Berdasarkan hasil analisis itulah diputuskan untuk menyusun proposal permohonan penyelenggaraan program akselerasi. Pada SMP Negeri 6 Ambon, sosialisasi program akselerasi kepada dewan guru dilakukan sendiri oleh kepala sekolah. Hal ini selaras dengan yang dikemukakan Sergiovanni 1987 dalam Sobri, 2003, bahwa kualitas pendidikan yang diterima di sekolah akan menghasilkan kualitas belajar sebagai produk dari keefektifan manajerial kepala sekolah, yang didukung oleh guru dan staf sekolah lainnya sebagai cerminan keefektifan dan keberhasilan sekolah. Dalam hal ini, kepala sekolah memberikan pelayanan yang optimal mengenai kebutuhan tugas kepada guru dan staf sekolah lainnya. Setelah sosialisasi dilakukan, kepala sekolah membentuk panitia pelaksana yang bertugas mengidentifikasi faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan sekolah serta faktor-faktor eksternal yang dapat menjadi peluang dan ancamankendala sekolah dalam menyelenggarakan program akselerasi. Dalam hal ini, nampak tanggung jawab kepala sekolah dalam mengorganisasikan orang, tugas, dan layanan dalam suatu cara yang memudahkan pencapaian tujuan. Kegiatan selanjutnya, melakukan studi banding ke beberapa sekolah di Jakarta yang sudah menyelenggarakan program akselerasi. Kegiatan ini sejalan dengan salah satu langkah dalam perencanaan, yaitu mengumpulkan data atau informasi dan menganalisisnya. Dengan melakukan studi banding, hal-hal yang masih baru dan belum dipahami dengan benar akan lebih menjadi nyata dan jelas, dengan demikian juga memenuhi salah satu prinsip perencanaan yaitu tidak terlepas dari pemikiran pelaksanaan. Temuan tentang sosialisasi pada orang tua peserta didik mengindikasikan bahwa SMP Negeri 6 Ambon juga melibatkan pengguna jasa dan mitra kerja terdekat. Hal ini selaras dengan apa yang dikemukan oleh Satori 2003 bahwa dalam Manajemen Berbasis Sekolah haruslah ada power sharing berbagi kewenangan yang berlandaskan pada prinsip saling mengisi dan membantu serta usaha untuk meningkatkan partisipasi masyarakat yang kuat, termasuk di dalamnya orang tua peserta didik. partisipasi dan keterlibatan pihak-pihak yang berkepentingan, seperti komite sekolah, dewan pendidikan setempat, orang tua peserta didik, serta seluruh personel sekolah memungkinkan terjadinya kebijakan dan keputusan yang baik. Karena itu, komunikasi yang intensif dan terbuka antara pihak- pihak yang berkepentingan tersebut mutlak diperlukan. Kegiatan seleksi guru pengajar dan pemenuhan fasilitas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program akselerasi merupakan proses penetapan dan pemanfaatan sumber-sumber daya sekolah secara terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan- kegiatan dan upaya-upaya yang akan dilaksanakan secara efektif dan efisien. Khusus untuk seleksi guru, hal ini diperlukan semua anak di sekolah, terlebih yang memiliki kekhususan seperti peserta didik akselerasi, memerlukan guru yang bisa memahami mereka Munandar, 2009. Seleksi guru yang dilakukan oleh pihak sekolah memperlihatkan bahwa sekolah mengamini kedua pernyataan di atas. Adapun guru yang lolos seleksi adalah guru yang memiliki kelayakan sebagaimana yang diungkapkan oleh Maker 1982 yaitu memiliki karakteristik filosofis, profesional, dan pribadi.

2. Mekanisme Penyelenggaraan Program Akselerasi

Temuan penelitian menunjukkan bahwa SMP Negeri 6 Ambon telah memahami mekanisme penyelenggaraan program akselerasi sesuai dengan pedoman yang diterbitkan oleh Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Gambar berikut menggambarkan keseluruhan mekanisme penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon, Gambar 4.2 Mekanisme Permohonan Penyelenggaraan Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon 1 2 Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Maluku Dinas Pendidikan Kota Ambon SMP Negeri 6 Ambon 3 4 Tahap-tahap yang dilalui SMP Negeri 6 Ambon adalah sebagai berikut Depdiknas, 2003: a. Sekolah mengajukan proposal permohonan izin secara tertulis dilengkapi dengan data dan informasi tentang ketersediaan sumberdaya pendidikan input siswa, kurikulum, tenaga kependidikan, sarana- prasarana, dana, manajemen sekolah, proses belajar mengajar, dan lingkungan sekolah sebagai pendukung penyelenggaraan Program Percepatan Pembelajaran, kepada Kepala Dinas Pendidikan Kota Ambon nomor 1. b. Dinas Pendidikan Kota Ambon meneliti proposal sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam Pedoman Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas. Karena SMP Negeri 6 Ambon memenuhi kriteria, selanjutnya diberikan rekomendasi oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota Ambon untuk kemudian diusulkan guna memperoleh Surat Keputusan SK sebagai sekolah Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar dari Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Maluku nomor 2. c. Selanjutnya, dinas pendidikan provinsi melalui pejabat atau Tim Pengendali Program Percepatan Belajar Provinsi yang telah dibentuk meneliti dan mengevaluasi proposal SMP Negeri 6 Ambon. Hasil penelitian dan evaluasi tersebut memenuhi kriteria, sehingga kemudian pejabat atau Tim Pengendali Program Percepatan Belajar di Provinsi Maluku bersama-sama dengan pejabat Dinas Pendidikan Kota Ambon mengadakan observasi dan atau supervisi ke SMP Negeri 6 Ambon. Hasil observasi dan atau supervisi selanjutnya dianalisis dan dibahas dalam rapat Tim Pengendali Provinsi. Karena memenuhi kriteria, maka Tim Pengendali Provinsi memberikan laporan dan mengusulkan kepada Kepala Dinas Pendidikan Provinsi untuk segera memproses dan menerbitkan Surat Keputusan SK Penetapan sebagai sekolah Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar nomor 3. d. Dinas pendidikan provinsi memberikan SK Penetapan Sekolah Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar kepada SMP Negeri 6 Ambon, dengan tembusan SK tersebut kepada Kepala Dinas Pendidikan Kota Ambon nomor 4. Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jovita Dwi Satyarini 2010 yang menunjukkan bahwa mekanisme penyelenggaraan program akselerasi meliputi kegiatan meyusun dan mengirimkan proposal kepada Dinas Pendidikan KabupatenKota yang akan merekomendasikannya kepada Dinas Pendidikan Provinsi untuk dilakukan penelitian dan evaluasi terhadap proposal tersebut. Apabila dianggap memenuhi kriteria, Dinas Pendidikan Provinsi akan menerbitkan Surat Keputusan Penetapan penyelenggaraan program akselerasi.

3. Bentuk Penyelenggaraan Program Akselerasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon menggunakan model kelas khusus dimana peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar dalam satu kelas tanpa tercampur dengan kelas reguler. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Widiastono 2004 yang menyatakan bahwa model kelas khusus akselerasi adalah kelas yang dibuat untuk kelompok peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan istimewa dalam satuan pendidikan reguler pada jenjang dasar dan menengah tanpa membaur dengan peserta didik reguler lainnya. Hal senada juga diungkapkan oleh Clark 1983 dalam Depdiknas, 2003 yang menyatakan bahwa siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar dalam kelas khsusus. Kemudian pernyataan di atas, diperkuat oleh Mukhtar dkk 2007 juga mengungkapkan bahwa pembinaan siswa-siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa secara kolektif kelompok diberi kesempatan secara khusus sesuai dengan potensi yang mereka miliki ke dalam kelas khusus. Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi Chandrakirana Damayanti 2013 yang menyimpulkan bahwa proses dan evaluasi belajar dilaksanakan di kelas khusus. Bentuk penyelenggaraan program akselerasi dapat dibedakan atas tiga menurut Clark 1983 dalam Depdiknas, 2003 yaitu: 1 kelas reguler, dimana siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa tetap berada bersama-sama dengan yang lainnya di kelas reguler, 2 kelas khusus, dimana siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar dalam kelas khusus, dan 3 sekolah khusus, di mana semua siswa yang belajar di sekolah tersebut adalah siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Pemilihan program dan bentuk penyelenggaraan pendidikan bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan yang luar biasa tersebut sangat tergantung pada: 1 individu-individu siswa yang ikut dalam kelas tersebut, 2 situasi dan kondisi lingkungan tempat program akan dilaksanakan, dan 3 pertimbangan politis dan ekonomis, yaitu sejauh mana kesesuaian dengan kebijaksanaan pendidikan, dan sejauh mana mudah dan murahnya pelaksanaannya. Berdasarkan pertimbangan tersebut, dalam rangka perintisan awal ditetapkan prioritas untuk menerapkan program percepatan akselerasi belajar dengan bentuk kelas khusus, sehingga diberi nama Kelas Akselerasi . Hal ini telah diimplementasikan pada beberapa sekolah, baik pada tingkat SD, SMP, dan SMA. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Widiastono 2004 sistem percepatan kelas akselerasi merupakan strategi alternatif yang relevan bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan di atas rata-rata, disamping untuk memberikan pelayanan pendidikan yang sesuai dengan potensi siswa juga mengimbangi kekurangan yang terdapat pada strategi klasikan-massal. Dalam kelas akselerasi ini siswa diberi peluang untuk dapat menyelesaikan studi lebih cepat, misal di SD enam tahun menjadi lima tahun, dan sekolah lanjutan tiga tahun menjadi dua tahun tanpa meloncat kelas.

4. Pengelolaan Program Akselerasi

Hasil penelitian tentang pembentukan tim pengelola program akselerasi pendidikan di SMP Negeri 6 Ambon menunjukkan bahwa pengelolaan program akselerasi tidak dirangkap oleh kepala sekolah. Artinya kepala sekolah, berdasarkan mekanisme yang ada, telah menetapkan ketua koordinator program akselerasi tersendiri dengan tugas utama mengelola program akselerasi. Dalam pelaksanaan tugasnya, ketua koordinator dibantu oleh staf yang bersifat mandiri maupun dirangkap oleh staf sekolah secara umum. Dengan struktur organisasi yang sederhana, hubungan kerja antar unsur-unsurnyapun menjadi cepat dan memiliki intesitas yang tinggi. Hasil penelitian ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Hersey 1997 yang menyatakan bahwa struktur organisasi yang sederhana adalah suatu struktur organisasi yang tidak rumit yang memiliki departementalisasi yang rendah, rentang kendali yang luas, wewenang yang tersentralisasi pada seseorang, dan sedikit formalisasi. Hal senada juga diungkapkan oleh Robbins 2007 yang menyatakan bahwa struktur organisasi yang sederhana memiliki kekuatan yang terletak pada kecepatanya, fleksibel, efesien untuk dikelola, dan akuntabilitasnya jelas. Pembentukan tim penyelenggara untuk mengelola program akselerasi pendidikan di SMP Negeri 6 Ambon dilakukan untuk melaksanakan tugas tertentu yang berkaitan dengan penyelenggaraan program akselerasi. Adanya bagan struktur organisasi dan pembagian tugas pokok dan fungsi setiap unsur yang ditunjuk sebagai pelaksana program tersebut menunjukkan bahwa pengoragnisasian pada program akselarasi di sekolah tersebut telah sesuai dengan hakikat pengoraganisasian. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Argyris 1978 yang menyatakan bahwa struktur organisasi merupakan seperangkat hubungan yang efektif antara orang-orang dalam organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu. Kemudian Robbins 2007 menyatakan bahwa struktur organisasi organization structure menentukan bagaimana pekerjaan dibagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan secara formal. Adanya fungsi rangkap antara koordinator program akselerasi dan kaur bisang standar isi dan proses penilaian, kemudian bendahara, menunjukkan bahwa pada dasarnya pengorganisasian program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon telah mengarah kepada konsep efisiensi, khususnya dalam pengurangan tenaga kerja dan anggaran. Hal ini sesuai dengan azas berhasil guna dan berdaya guna yang dikemukakan oleh Effendi 1998 yang menegaskan bahwa dalam perencanaan perlu adanya perhatian terhadap beberapa azas, salah satunya adalah azas berhasil guna dan berdaya guna. Dengan demikian, rencana yang dibuat akan mengacu secara tepat pada pencapaian tujuan yang diharapkan serta dapat memanfaatkan sumberdaya seminimal mungkin. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan, maka tugas-tugas tersebut dilakukan dalam kondisi lingkungan yang mendukung sehingga mereka dapat bekerja sama secara efektif dan efisien, dan memperoleh kepuasan pribadi. Dengan adanya struktur organisasi yang sederhana telah mempermudah hubungan kerja antar personel dalam tim pelaksanaan penyelenggaraan program akselerasi. Struktur organisasi sederhana ini, merupakan tindakan nyata yang dilakukan oleh sekolah dalam rangka untuk mengoptimalkan hubungan-hubungan yang efektif antar personel. Hal ini sesuai dengan ungkapan Argyris 1978 yang menyebutkan bahwa tujuan atau sasaran suatu organisasi akan mudah tercapai apabila terdapat tindakan yang mengusahakan agar terjadi hubungan-hubungan yang efektif antara personel, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu, dan dalam kondisi lingkungan tertentu. Untuk mencapai keberhasilan, tentu setiap personel perlu didayagunakan secara maksimal dan diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam memilih pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya. Nawawi 1996 menyatakan penempatan personel pada unit kerja dan posisi yang tepat sesuai dengan kemampuan pendidikan dan pengalamannya memiliki pengaruh yang kuat terhadap pencapaian keberhasilan tujuan suatu organisasi. Pemilihan personel pada tim pelaksana penyelenggara program akselerasi pendidikan di SMP Negeri 6 Ambon telah dilakukan secara tepat, yakni dengan mengikuti konsep the right man on the right place. Dengan demikian, Effendi 1998 menyatakan hal-hal apa dan mengapa dikerjakan, siapa, dimana, bagaimana, dan kapan mengerjakan telah sesuai dengan proses perencanaan pendidikan yang optimal.

5. Pelaksanaan Program Akselerasi

Pelaksanaan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon, meliputi:

a. Rekrutmen Peserta Didik

Pada dasarnya kepesertaan peserta didik dalam pelayanan program akselerasi terbuka bagi semua siswa yang dalam pelaksanaan pembelajarannya memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh lembaga penyelenggara dalam hal ini pihak sekolah. Berdasarkan temuan penelitian, pelaksanaan program akselerasi pendidikan di SMP Negeri 6 Ambon sesuai perencanaan dan dilaksanakan pada awal tahun pelajaran. Pada tahap penerimaan peserta didik diperlukan input yang berkualitas. Peserta didik di sekolah ini merupakan raw input yang telah dipilih melalui proses penerimaan peserta didik program akselerasi. Proses penerimaan tersebut telah dilakukan secara ketat dengan menerapkan tahapan-tahapan; seleksi administrasi, tes akademik, tes psikologi, tes kesehatan, tes wawancara yang mengarah pada minat dan dukungan dari orang tuawali. Sehingga pada akhirnya diperoleh peserta didik yang benar-benar memiliki potensi kecerdasan dengan intelegensi, kreativitas dan task commitment yang tinggi. Implementasi program akselerasi menuntut pelaksanaan program yang efektif dan efisien dan karenanya harus memenuhi persyaratan pokok yang menunjang pelaksanaan program tersebut diantaranya perekrutan dan seleksi peserta didik, pengorganisasian kelas, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian dan pelaporan hasil belajar. Tanpa memberdayakan konsep-konsep ini secara tepat guna, maka implementasi program akselerasi pendidikan tidak berlangsung secara efektif. Lebih lanjut dijelaskan intelegensi yang tinggi saja belum cukup untuk menentukan kemampuan dan kecerdasan luar biasa; demikian pula, kreativitas tanpa pengikatan diri terhadap tugas belum menjamin prestasi unggul. Oleh karena itu, interaksi antara ketiga ciri tersebut merupakan unsur yang esensial dan ketiga-tiganya sama pentingnya dalam menentukan kemampuan dan kecerdasan luar biasa seseorang. Hal serupa juga dikemukakan oleh Widiastono 2004 menyatakan bahwa masukan input, intake siswa di seleksi secara ketat dengan menggunakan kriteria tertentu dan prosedur yang dapat dipertanggung- jawabkan. Kriteria yang digunakan adalah: 1 prestasi belajar, dengan indikator nilai rapor, nilai UN, hasil prestasi akademik; 2 skor psikotes, yang meliputi: inteligency quotient IQ minimal 125, kreativitas, tanggung jawab terhadap tugas task commitment, dan emotional quotient EQ; 3 kesehatan. Hal ini sesuai dengan hakikat penyelenggaraan program akselerasi, yakni memberikan layanan pendidikan khusus bagi peserta didik yang diidentifikasi memiliki prestasi sangat memuaskan dan memiliki kemampuan intelektual umum pada taraf cerdas, memiliki kreativitas dan keterikatan pada tugas di atas rata-rata untuk dapat menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar mereka. Berkaitan dengan hal tersebut Munandar 2009 menyatakan bahwa peserta didik tersebut memiliki kebutuhan-kebutuhan pokok tertentu berupa pengertian, penghargaaan, dan perwujudan diri yang harus terpenuhi. Lanjut Widiastono 2004 menyatakan pelayanan pendidikan yang kurang memperhatikan potensi anak, bukan saja akan merugikan anak itu sendiri, jika tidak maka mereka akan menderita kecemasan dan keragu- raguan yang berujung pada kesulitan yang berakibat buruk bagi diri sendiri dan bahkan merugikan lingkungan belajarnya, khususnya di sekolah. Proses seleksi penerimaan peserta didik bagi program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon bersifat objektif, transparan, dan akuntabel. Obyektif artinya jauh dari unsur kolusi dan nepotisme atau kedekatan emosional, jadi peserta didik yang direkrut pada program akselerasi ini betul-betul peserta didik yang memiliki kemampuan istimewa dan bakat istimewa gifted and talented dan tidak memiliki unsur peserta didik titipan. Kemudian transparan, mengingat SMP Negeri 6 Ambon sebagai organisasi pelayan program akselerasi bagi publik, maka sekolah harus transparan terhadap publik mengenai proses dan hasil dari seleksi yang dicapai. Sehingga bagi publik, transparan bukan lagi merupakan kebutuhan tetapi hak yang harus diberikan oleh sekolah sebagai organisasi penyelenggara pendidikan akselerasi. Sedangkan akuntabilitas, agar perekrutan peserta didik tidak dilakukan sewenang-wenang oleh pihak sekolah, maka pihak SMP Negeri 6 Ambon harus bertanggungjawab terhadap apa yang dikerjakan. Untuk itu, sekolah berkewajiban mempertanggung jawabkan kepada publik tentang apa yang dikerjakan sebagai konsekuensi dari mandat yang diberikan oleh publikmasyarakat. Ini berarti, publikmasyarakat dapat memberikan penilaian terhadap penyelenggaraan sekolah apakah pelaksanaan seleksi peserta didik program akselerasi dilakukan secara memuaskan atau tidak.

b. Kurikulum

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Akselerasi: studi evaluasi di SMP Negeri 6 Ambon T2 942013137 BAB I

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Akselerasi: studi evaluasi di SMP Negeri 6 Ambon T2 942013137 BAB II

0 1 34

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Akselerasi: studi evaluasi di SMP Negeri 6 Ambon

1 1 44

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Akselerasi: studi evaluasi di SMP Negeri 6 Ambon T2 942013137 BAB V

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Akselerasi: studi evaluasi di SMP Negeri 6 Ambon

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Program Pengembangan Diri di SMP Negeri I Kebumen T2 942011003 BAB IV

0 0 50

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Guru SMP Negeri 9 Ambon T2 BAB IV

0 1 40

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Tiga Kepala SMP Negeri Salatiga Tahun 2014 T2 BAB IV

0 0 25

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Dana Alokasi Khusus (DAK) Di SMP Negeri 2 Dempet T2 BAB IV

0 1 61

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Di SMP Negeri 2 Dempet Tahun 2014 T2 BAB IV

0 2 37