tahun, berijazah minimal S1 sesuai dengan bidang studinya, memiliki kompetensi dan dedikasi yang
tinggi, memiliki kompetensi di bidangnya. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Marland
1972 yang menyatakan bahwa tenaga pendidik
akselerasi harus mempunyai keunggulan tertentu, baik dari
segi penguasaan materi pelajaran, metode pengajaran, maupun komitmen dalam melaksanakan
tugas, karena para siswa yang mereka hadapi adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kecerdasan
yang luar biasa. Hal ini juga didukung oleh pernyataan dari Depdiknas 2003, bahwa kepribadian yang ada
pada seorang guru yang mengajar di kelas akselerasi harus mampu menyesuaikan diri dengan karakteristik
yang ada pada peserta didik kelas akselerasi.
d. Sarana dan Prasarana
Hasil penelitian menunjukkan bahwa fasilitas yang disediakan pihak sekolah sudah cukup memadai
untuk penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon.
Sarana dan prasarana yang berhubungan
dengan kegiatan
belajar mengajar
program akselerasi pada umumnya sama dengan program kelas regular, seperti:
laboratorium IPA, perpustakaan, dan laboratorium komputer, tetapi ada
sarana prasarana khusus yang diberikan pada program kelas akselerasi seperti: ruangan kelas bersih, nyaman,
dan dilengkapi dengan AC, pembelajaran berbasis Information and Communication Technology ICT, VCD,
TV, infocus, komputer, jaringan internet WiFi, modul, buku, dan lain sebagainya.
Lingkungan belajar di kelas akselerasi seperti ini juga memenuhi kaidah yang disampaikan oleh
Mujiman 2006,
agar kegiatan
belajar dapat
berlangsung efektif,
di setiap
lingkungan perlu
penyediaan sumber informasi, narasumber, dan adanya suasana yang kondusif bagi berlangsungnya kegiatan
belajar. Dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai, maka akan
mampu mendukung dalam penyelenggaraan program akselerasi. Hal ini seperti
tercantum dalam Depdiknas 2004 bahwa dengan adanya sarana dan prasarana yang baik, maka akan
mampu memenuhi kebutuhan bagi siswa. Berdasarkan temuan penelitian dan pendapat diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa sarana dan prasarana dalam rangka mendukung penyelenggaraan program layanan
kelas akselerasi cukup baik.
e. Pembiayaan
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
pembiayaan untuk penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon bersumber dari pemerintah
dana BOS dan pihak sekolah mengambil kebijakan dengan menarik sumbangan berupa iuran tetap dari
orang tua peserta didik setiap bulan. Hal ini selaras dengan pendapat Levin 1987 dalam Fattah, 2008,
pembiayaan sekolah adalah proses dimana pendapatan dan
sumberdaya tersedia
digunakan untuk
memformulasikan dan mengoperasionalkan sekolah di berbagai wilayah geografis dan tingkat pendidikan yang
berbeda-beda. Setiap kebijakan dalam pembiayaan
sekolah akan mempengaruhi bagaimana sumber daya
diperoleh dan dialokasikan. Ghozali 2012 dalam
Fattah, 2008 menyatakan bahwa biaya pendidikan adalah
merupakan nilai uang dari sumber daya pendidikan yang dibutuhkan untuk mengelola dan
menyelenggarakan pendidikan, oleh karenanya untuk menghitung biaya pendidikan harus terlebih dahulu
mengidentifikasi kebutuhan sumber daya pendidikan termasuk kualifikasi atau spesifikasi dan jumlahnya,
untuk mengelola dan menyelenggarakan pendidikan. Lebih lanjut, Nurhadi 2012 dalam Fattah, 2008
membedakan antara pembiayaan pendidikan dengan pendanaan
pendidikan. Pembiayaan
pendidikan costing lebih menyangkut persoalan estimasi dan
perencanaan kebutuhan biaya yang diperlukan untuk mendukung proses pendidikan, sedangkan pendanaan
fundingfinancing lebih berkaitan dengan persoalan bagaimana, siapa, dan seberapa mendanai pendidikan.
Dengan demikian pihak sekolah harus berusaha untuk memenuhinya dengan mencari dari sumber-sumber
pendanaan yang lain.
4.3.3 Evaluasi Process
Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon
1. Persiapan Penyelenggaraan Program Akselerasi
Temuan tentang persiapan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon, diawali dengan sosialisasi pada
seluruh warga sekolah. Hal tersebut mengindikasikan suatu
pemahaman bahwa
keputusan untuk
menyelenggarakan program akselerasi telah melalui
serangkaian proses perencanaan dengan menggunakan teknik analisis SWOT. Berdasarkan hasil analisis itulah
diputuskan untuk menyusun proposal permohonan penyelenggaraan program akselerasi.
Pada SMP Negeri 6 Ambon, sosialisasi program akselerasi kepada dewan guru dilakukan sendiri oleh
kepala sekolah.
Hal ini
selaras dengan
yang dikemukakan Sergiovanni 1987 dalam Sobri, 2003,
bahwa kualitas pendidikan yang diterima di sekolah akan menghasilkan kualitas belajar sebagai produk
dari keefektifan manajerial kepala sekolah, yang
didukung oleh guru dan staf sekolah lainnya sebagai cerminan keefektifan dan keberhasilan sekolah. Dalam
hal ini, kepala sekolah memberikan pelayanan yang optimal mengenai kebutuhan tugas kepada guru dan
staf sekolah lainnya. Setelah sosialisasi dilakukan, kepala sekolah
membentuk panitia
pelaksana yang
bertugas mengidentifikasi faktor-faktor internal yang menjadi
kekuatan dan kelemahan sekolah serta faktor-faktor eksternal
yang dapat
menjadi peluang
dan ancamankendala sekolah dalam menyelenggarakan
program akselerasi. Dalam hal ini, nampak tanggung jawab kepala sekolah dalam mengorganisasikan orang,
tugas, dan
layanan dalam
suatu cara
yang memudahkan pencapaian tujuan.
Kegiatan selanjutnya, melakukan studi banding ke
beberapa sekolah
di Jakarta
yang sudah
menyelenggarakan program akselerasi. Kegiatan ini sejalan dengan salah satu langkah dalam perencanaan,
yaitu mengumpulkan
data atau
informasi dan
menganalisisnya. Dengan melakukan studi banding, hal-hal yang masih baru dan belum dipahami dengan
benar akan lebih menjadi nyata dan jelas, dengan demikian
juga memenuhi
salah satu
prinsip perencanaan yaitu tidak terlepas dari pemikiran
pelaksanaan. Temuan tentang sosialisasi pada orang tua
peserta didik mengindikasikan bahwa SMP Negeri 6 Ambon juga melibatkan pengguna jasa dan mitra kerja
terdekat. Hal ini selaras dengan apa yang dikemukan oleh Satori 2003 bahwa dalam Manajemen Berbasis
Sekolah haruslah
ada power
sharing berbagi
kewenangan yang berlandaskan pada prinsip saling mengisi
dan membantu
serta usaha
untuk meningkatkan partisipasi masyarakat yang kuat,
termasuk di dalamnya orang tua peserta didik. partisipasi
dan keterlibatan
pihak-pihak yang
berkepentingan, seperti
komite sekolah,
dewan pendidikan setempat, orang tua peserta didik, serta
seluruh personel sekolah memungkinkan terjadinya kebijakan dan keputusan yang baik. Karena itu,
komunikasi yang intensif dan terbuka antara pihak- pihak yang berkepentingan tersebut mutlak diperlukan.
Kegiatan seleksi guru pengajar dan pemenuhan fasilitas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program
akselerasi merupakan
proses penetapan
dan pemanfaatan sumber-sumber daya sekolah secara
terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan- kegiatan dan upaya-upaya yang akan dilaksanakan
secara efektif dan efisien. Khusus untuk seleksi guru, hal ini diperlukan semua anak di sekolah, terlebih yang
memiliki kekhususan seperti peserta didik akselerasi, memerlukan guru yang bisa memahami mereka
Munandar, 2009. Seleksi guru yang dilakukan oleh pihak
sekolah memperlihatkan
bahwa sekolah
mengamini kedua pernyataan di atas. Adapun guru yang lolos seleksi adalah guru yang memiliki kelayakan
sebagaimana yang diungkapkan oleh Maker 1982 yaitu memiliki karakteristik filosofis, profesional, dan
pribadi.
2. Mekanisme Penyelenggaraan Program Akselerasi
Temuan penelitian menunjukkan bahwa SMP Negeri
6 Ambon
telah memahami
mekanisme penyelenggaraan program akselerasi sesuai dengan
pedoman yang diterbitkan oleh Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Gambar berikut menggambarkan
keseluruhan mekanisme penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon,
Gambar 4.2 Mekanisme Permohonan Penyelenggaraan Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon
1 2
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
Provinsi Maluku
Dinas Pendidikan Kota Ambon
SMP Negeri 6 Ambon 3
4
Tahap-tahap yang dilalui SMP Negeri 6 Ambon adalah sebagai berikut Depdiknas, 2003:
a. Sekolah mengajukan proposal permohonan izin secara tertulis dilengkapi dengan data dan informasi
tentang ketersediaan sumberdaya pendidikan input siswa, kurikulum, tenaga kependidikan, sarana-
prasarana, dana, manajemen sekolah, proses belajar mengajar,
dan lingkungan
sekolah sebagai
pendukung penyelenggaraan Program Percepatan Pembelajaran, kepada Kepala Dinas Pendidikan Kota
Ambon nomor 1. b. Dinas Pendidikan Kota Ambon meneliti proposal
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam Pedoman
Penyelenggaraan Program
Percepatan Belajar yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas. Karena SMP Negeri 6 Ambon memenuhi kriteria, selanjutnya
diberikan rekomendasi
oleh Kepala
Dinas Pendidikan Kota Ambon untuk kemudian diusulkan
guna memperoleh Surat Keputusan SK sebagai sekolah
Penyelenggaraan Program
Percepatan Belajar dari Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga Provinsi Maluku nomor 2. c. Selanjutnya, dinas pendidikan provinsi melalui
pejabat atau Tim Pengendali Program Percepatan Belajar Provinsi yang telah dibentuk meneliti dan
mengevaluasi proposal SMP Negeri 6 Ambon. Hasil penelitian dan evaluasi tersebut memenuhi kriteria,
sehingga kemudian pejabat atau Tim Pengendali Program Percepatan Belajar di Provinsi Maluku
bersama-sama dengan pejabat Dinas Pendidikan
Kota Ambon mengadakan observasi dan atau supervisi ke SMP Negeri 6 Ambon. Hasil observasi
dan atau supervisi selanjutnya dianalisis dan dibahas dalam rapat Tim Pengendali Provinsi. Karena
memenuhi kriteria, maka Tim Pengendali Provinsi memberikan laporan
dan mengusulkan kepada Kepala Dinas Pendidikan Provinsi untuk segera
memproses dan menerbitkan Surat Keputusan SK Penetapan sebagai sekolah Penyelenggaraan Program
Percepatan Belajar nomor 3. d. Dinas
pendidikan provinsi
memberikan SK
Penetapan Sekolah
Penyelenggaraan Program
Percepatan Belajar kepada SMP Negeri 6 Ambon, dengan tembusan SK tersebut kepada Kepala Dinas
Pendidikan Kota Ambon nomor 4. Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Jovita Dwi Satyarini 2010 yang menunjukkan
bahwa mekanisme penyelenggaraan
program akselerasi meliputi kegiatan meyusun dan mengirimkan proposal kepada Dinas Pendidikan
KabupatenKota yang akan merekomendasikannya
kepada Dinas Pendidikan Provinsi untuk dilakukan penelitian dan evaluasi terhadap proposal tersebut.
Apabila dianggap memenuhi kriteria, Dinas Pendidikan Provinsi akan menerbitkan Surat Keputusan Penetapan
penyelenggaraan program akselerasi.
3. Bentuk Penyelenggaraan Program Akselerasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 6
Ambon menggunakan model kelas khusus
dimana peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan
bakat istimewa belajar dalam satu kelas tanpa
tercampur dengan kelas reguler. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Widiastono 2004 yang
menyatakan bahwa model kelas khusus akselerasi adalah kelas yang dibuat untuk kelompok peserta didik
yang memiliki potensi kecerdasan istimewa dalam satuan pendidikan reguler pada jenjang dasar dan
menengah tanpa membaur dengan peserta didik reguler lainnya. Hal senada juga diungkapkan oleh
Clark 1983 dalam Depdiknas, 2003 yang menyatakan bahwa siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan
bakat istimewa belajar dalam kelas khsusus. Kemudian pernyataan di atas, diperkuat oleh Mukhtar dkk 2007
juga mengungkapkan bahwa pembinaan siswa-siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa
secara kolektif kelompok diberi kesempatan secara khusus sesuai dengan potensi yang mereka miliki ke
dalam kelas khusus. Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Dewi Chandrakirana Damayanti 2013 yang menyimpulkan bahwa proses dan evaluasi
belajar dilaksanakan di kelas khusus. Bentuk penyelenggaraan program akselerasi
dapat dibedakan atas tiga menurut Clark 1983 dalam Depdiknas, 2003 yaitu: 1 kelas reguler, dimana siswa
yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa
tetap berada bersama-sama dengan yang lainnya di kelas reguler, 2 kelas khusus, dimana siswa yang
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar dalam kelas khusus, dan 3 sekolah khusus, di mana
semua siswa yang belajar di sekolah tersebut adalah siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa. Pemilihan program dan bentuk penyelenggaraan
pendidikan bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan yang luar biasa tersebut sangat tergantung
pada: 1 individu-individu siswa yang ikut dalam kelas tersebut, 2 situasi dan kondisi lingkungan tempat
program akan dilaksanakan, dan 3 pertimbangan politis dan ekonomis, yaitu sejauh mana kesesuaian
dengan kebijaksanaan pendidikan, dan sejauh mana mudah dan murahnya pelaksanaannya.
Berdasarkan pertimbangan
tersebut, dalam
rangka perintisan awal ditetapkan prioritas untuk menerapkan program percepatan akselerasi belajar
dengan bentuk kelas khusus, sehingga diberi nama Kelas Akselerasi . Hal ini telah diimplementasikan
pada beberapa sekolah, baik pada tingkat SD, SMP, dan SMA.
Hal ini
sejalan dengan
pendapat yang
dikemukakan oleh Widiastono 2004 sistem percepatan kelas akselerasi merupakan strategi alternatif yang
relevan bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan di atas
rata-rata, disamping untuk memberikan pelayanan pendidikan yang sesuai dengan
potensi siswa juga mengimbangi kekurangan yang
terdapat pada strategi klasikan-massal. Dalam kelas akselerasi ini siswa diberi peluang
untuk dapat menyelesaikan studi lebih cepat, misal di SD enam
tahun menjadi lima tahun, dan sekolah lanjutan tiga tahun menjadi dua tahun tanpa meloncat kelas.
4. Pengelolaan Program Akselerasi
Hasil penelitian
tentang pembentukan
tim pengelola program akselerasi pendidikan di SMP Negeri
6 Ambon menunjukkan bahwa pengelolaan program akselerasi tidak dirangkap oleh kepala sekolah. Artinya
kepala sekolah, berdasarkan mekanisme yang ada, telah
menetapkan ketua
koordinator program
akselerasi tersendiri dengan tugas utama mengelola program akselerasi. Dalam pelaksanaan tugasnya,
ketua koordinator dibantu oleh staf yang bersifat mandiri maupun dirangkap oleh staf sekolah secara
umum. Dengan struktur organisasi
yang sederhana, hubungan kerja antar unsur-unsurnyapun menjadi
cepat dan memiliki intesitas yang tinggi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh
Hersey 1997
yang menyatakan bahwa struktur organisasi yang sederhana
adalah suatu struktur organisasi
yang tidak
rumit yang
memiliki departementalisasi yang rendah, rentang kendali yang
luas, wewenang yang tersentralisasi pada seseorang, dan sedikit formalisasi. Hal senada juga diungkapkan
oleh Robbins 2007 yang menyatakan bahwa struktur organisasi yang sederhana memiliki kekuatan yang
terletak pada kecepatanya, fleksibel, efesien untuk dikelola, dan akuntabilitasnya jelas.
Pembentukan tim
penyelenggara untuk
mengelola program akselerasi pendidikan di SMP Negeri 6 Ambon
dilakukan untuk melaksanakan tugas tertentu yang berkaitan
dengan penyelenggaraan program akselerasi. Adanya bagan struktur organisasi
dan pembagian tugas pokok dan fungsi setiap unsur yang ditunjuk sebagai pelaksana program tersebut
menunjukkan bahwa pengoragnisasian pada program akselarasi di sekolah tersebut telah sesuai dengan
hakikat pengoraganisasian. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Argyris 1978 yang menyatakan bahwa
struktur organisasi merupakan seperangkat hubungan yang efektif antara orang-orang dalam organisasi yang
dibentuk untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai
tujuan atau sasaran tertentu. Kemudian
Robbins 2007
menyatakan bahwa
struktur organisasi
organization structure
menentukan bagaimana
pekerjaan dibagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan secara formal.
Adanya fungsi rangkap antara koordinator
program akselerasi dan kaur bisang standar isi dan proses penilaian, kemudian bendahara, menunjukkan
bahwa pada dasarnya pengorganisasian program
akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon telah mengarah kepada
konsep efisiensi,
khususnya dalam
pengurangan tenaga kerja dan anggaran. Hal ini sesuai dengan azas berhasil guna dan berdaya guna yang
dikemukakan oleh Effendi 1998 yang menegaskan
bahwa dalam perencanaan perlu adanya perhatian terhadap beberapa azas, salah satunya adalah azas
berhasil guna dan berdaya guna. Dengan demikian, rencana yang dibuat akan mengacu secara tepat pada
pencapaian tujuan yang diharapkan serta dapat memanfaatkan sumberdaya seminimal mungkin.
Dalam kaitannya dengan hal tersebut, untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan, maka
tugas-tugas tersebut
dilakukan dalam
kondisi lingkungan yang mendukung sehingga mereka dapat
bekerja sama
secara efektif
dan efisien,
dan memperoleh
kepuasan pribadi.
Dengan adanya
struktur organisasi
yang sederhana
telah mempermudah hubungan kerja antar personel dalam
tim pelaksanaan penyelenggaraan program akselerasi. Struktur organisasi sederhana ini, merupakan
tindakan nyata yang dilakukan oleh sekolah dalam rangka untuk mengoptimalkan hubungan-hubungan
yang efektif antar personel. Hal ini sesuai dengan ungkapan Argyris 1978 yang menyebutkan bahwa
tujuan atau sasaran suatu organisasi akan mudah tercapai apabila terdapat tindakan yang mengusahakan
agar terjadi hubungan-hubungan yang efektif antara personel, sehingga mereka dapat bekerja sama secara
efisien, dan memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu, dan dalam kondisi
lingkungan tertentu. Untuk mencapai keberhasilan, tentu setiap personel perlu didayagunakan secara
maksimal dan diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam
memilih pekerjaan
yang sesuai
dengan kemampuannya.
Nawawi 1996
menyatakan
penempatan personel pada unit kerja dan posisi yang tepat sesuai dengan kemampuan pendidikan dan
pengalamannya memiliki pengaruh yang kuat terhadap pencapaian keberhasilan tujuan suatu organisasi.
Pemilihan personel
pada tim
pelaksana penyelenggara program akselerasi pendidikan di SMP
Negeri 6 Ambon telah dilakukan secara tepat, yakni dengan mengikuti konsep the right man on the right
place. Dengan demikian, Effendi 1998 menyatakan hal-hal apa dan mengapa dikerjakan, siapa, dimana,
bagaimana, dan kapan mengerjakan telah sesuai
dengan proses perencanaan pendidikan yang optimal.
5. Pelaksanaan Program Akselerasi
Pelaksanaan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon, meliputi:
a. Rekrutmen Peserta Didik
Pada dasarnya kepesertaan peserta didik dalam pelayanan program akselerasi terbuka bagi semua
siswa yang dalam pelaksanaan pembelajarannya memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh lembaga
penyelenggara dalam hal ini pihak sekolah. Berdasarkan temuan
penelitian, pelaksanaan program akselerasi pendidikan di SMP Negeri 6 Ambon
sesuai perencanaan dan dilaksanakan pada awal tahun pelajaran. Pada tahap penerimaan peserta didik
diperlukan input yang berkualitas. Peserta didik di sekolah ini merupakan raw input yang telah dipilih
melalui proses
penerimaan peserta didik program
akselerasi. Proses penerimaan tersebut telah dilakukan secara ketat dengan menerapkan tahapan-tahapan;
seleksi administrasi, tes akademik, tes psikologi, tes kesehatan, tes wawancara yang mengarah pada minat
dan dukungan dari orang tuawali. Sehingga pada akhirnya diperoleh peserta didik yang benar-benar
memiliki potensi
kecerdasan dengan
intelegensi, kreativitas
dan task
commitment yang
tinggi. Implementasi
program akselerasi
menuntut pelaksanaan program yang efektif dan efisien dan
karenanya harus memenuhi persyaratan pokok yang menunjang pelaksanaan program tersebut diantaranya
perekrutan dan seleksi peserta didik, pengorganisasian kelas, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian
dan pelaporan hasil belajar. Tanpa memberdayakan konsep-konsep
ini secara
tepat guna,
maka implementasi program
akselerasi pendidikan tidak berlangsung secara efektif.
Lebih lanjut dijelaskan intelegensi yang tinggi saja belum cukup untuk menentukan kemampuan dan
kecerdasan luar biasa; demikian pula, kreativitas tanpa pengikatan diri terhadap tugas belum menjamin
prestasi unggul. Oleh karena itu, interaksi antara ketiga ciri tersebut merupakan unsur yang esensial dan
ketiga-tiganya sama pentingnya dalam menentukan kemampuan dan kecerdasan luar biasa seseorang. Hal
serupa juga dikemukakan oleh Widiastono 2004
menyatakan bahwa masukan input, intake siswa di seleksi secara ketat dengan menggunakan kriteria
tertentu dan prosedur yang dapat dipertanggung- jawabkan. Kriteria yang digunakan adalah: 1 prestasi
belajar, dengan indikator nilai rapor, nilai UN, hasil prestasi akademik; 2 skor psikotes, yang meliputi:
inteligency quotient IQ minimal 125, kreativitas,
tanggung jawab terhadap tugas task commitment, dan emotional quotient EQ; 3 kesehatan.
Hal ini sesuai dengan hakikat penyelenggaraan program
akselerasi, yakni
memberikan layanan
pendidikan khusus
bagi peserta
didik yang
diidentifikasi memiliki prestasi sangat memuaskan dan memiliki kemampuan intelektual umum pada taraf
cerdas, memiliki kreativitas dan keterikatan pada tugas di atas rata-rata untuk dapat menyelesaikan program
pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar mereka. Berkaitan dengan hal tersebut Munandar 2009
menyatakan bahwa peserta didik tersebut memiliki kebutuhan-kebutuhan
pokok tertentu
berupa pengertian, penghargaaan, dan perwujudan diri yang
harus terpenuhi. Lanjut Widiastono 2004 menyatakan pelayanan
pendidikan yang kurang memperhatikan potensi anak, bukan saja akan merugikan anak itu sendiri, jika tidak
maka mereka akan menderita kecemasan dan keragu- raguan yang berujung pada kesulitan yang berakibat
buruk bagi diri sendiri dan bahkan merugikan
lingkungan belajarnya, khususnya di sekolah. Proses seleksi penerimaan peserta didik bagi
program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon bersifat objektif, transparan, dan akuntabel. Obyektif artinya
jauh dari unsur kolusi dan nepotisme atau kedekatan emosional, jadi peserta didik yang
direkrut pada program akselerasi ini betul-betul peserta didik yang
memiliki kemampuan istimewa dan bakat istimewa gifted and talented dan tidak memiliki unsur peserta
didik titipan. Kemudian transparan, mengingat SMP Negeri 6
Ambon sebagai organisasi pelayan program akselerasi bagi publik, maka sekolah harus transparan terhadap
publik mengenai proses dan hasil dari seleksi yang dicapai. Sehingga bagi publik, transparan bukan lagi
merupakan kebutuhan tetapi hak yang harus diberikan oleh
sekolah sebagai
organisasi penyelenggara
pendidikan akselerasi. Sedangkan
akuntabilitas, agar
perekrutan peserta didik tidak dilakukan sewenang-wenang oleh
pihak sekolah, maka pihak SMP Negeri 6 Ambon harus bertanggungjawab terhadap apa yang dikerjakan.
Untuk itu, sekolah berkewajiban mempertanggung jawabkan kepada publik tentang apa yang dikerjakan
sebagai konsekuensi dari mandat yang diberikan oleh publikmasyarakat. Ini berarti, publikmasyarakat
dapat memberikan penilaian terhadap penyelenggaraan sekolah apakah pelaksanaan seleksi peserta didik
program akselerasi dilakukan secara memuaskan atau tidak.
b. Kurikulum