diperoleh dan dialokasikan. Ghozali 2012 dalam
Fattah, 2008 menyatakan bahwa biaya pendidikan adalah
merupakan nilai uang dari sumber daya pendidikan yang dibutuhkan untuk mengelola dan
menyelenggarakan pendidikan, oleh karenanya untuk menghitung biaya pendidikan harus terlebih dahulu
mengidentifikasi kebutuhan sumber daya pendidikan termasuk kualifikasi atau spesifikasi dan jumlahnya,
untuk mengelola dan menyelenggarakan pendidikan. Lebih lanjut, Nurhadi 2012 dalam Fattah, 2008
membedakan antara pembiayaan pendidikan dengan pendanaan
pendidikan. Pembiayaan
pendidikan costing lebih menyangkut persoalan estimasi dan
perencanaan kebutuhan biaya yang diperlukan untuk mendukung proses pendidikan, sedangkan pendanaan
fundingfinancing lebih berkaitan dengan persoalan bagaimana, siapa, dan seberapa mendanai pendidikan.
Dengan demikian pihak sekolah harus berusaha untuk memenuhinya dengan mencari dari sumber-sumber
pendanaan yang lain.
4.3.3 Evaluasi Process
Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon
1. Persiapan Penyelenggaraan Program Akselerasi
Temuan tentang persiapan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon, diawali dengan sosialisasi pada
seluruh warga sekolah. Hal tersebut mengindikasikan suatu
pemahaman bahwa
keputusan untuk
menyelenggarakan program akselerasi telah melalui
serangkaian proses perencanaan dengan menggunakan teknik analisis SWOT. Berdasarkan hasil analisis itulah
diputuskan untuk menyusun proposal permohonan penyelenggaraan program akselerasi.
Pada SMP Negeri 6 Ambon, sosialisasi program akselerasi kepada dewan guru dilakukan sendiri oleh
kepala sekolah.
Hal ini
selaras dengan
yang dikemukakan Sergiovanni 1987 dalam Sobri, 2003,
bahwa kualitas pendidikan yang diterima di sekolah akan menghasilkan kualitas belajar sebagai produk
dari keefektifan manajerial kepala sekolah, yang
didukung oleh guru dan staf sekolah lainnya sebagai cerminan keefektifan dan keberhasilan sekolah. Dalam
hal ini, kepala sekolah memberikan pelayanan yang optimal mengenai kebutuhan tugas kepada guru dan
staf sekolah lainnya. Setelah sosialisasi dilakukan, kepala sekolah
membentuk panitia
pelaksana yang
bertugas mengidentifikasi faktor-faktor internal yang menjadi
kekuatan dan kelemahan sekolah serta faktor-faktor eksternal
yang dapat
menjadi peluang
dan ancamankendala sekolah dalam menyelenggarakan
program akselerasi. Dalam hal ini, nampak tanggung jawab kepala sekolah dalam mengorganisasikan orang,
tugas, dan
layanan dalam
suatu cara
yang memudahkan pencapaian tujuan.
Kegiatan selanjutnya, melakukan studi banding ke
beberapa sekolah
di Jakarta
yang sudah
menyelenggarakan program akselerasi. Kegiatan ini sejalan dengan salah satu langkah dalam perencanaan,
yaitu mengumpulkan
data atau
informasi dan
menganalisisnya. Dengan melakukan studi banding, hal-hal yang masih baru dan belum dipahami dengan
benar akan lebih menjadi nyata dan jelas, dengan demikian
juga memenuhi
salah satu
prinsip perencanaan yaitu tidak terlepas dari pemikiran
pelaksanaan. Temuan tentang sosialisasi pada orang tua
peserta didik mengindikasikan bahwa SMP Negeri 6 Ambon juga melibatkan pengguna jasa dan mitra kerja
terdekat. Hal ini selaras dengan apa yang dikemukan oleh Satori 2003 bahwa dalam Manajemen Berbasis
Sekolah haruslah
ada power
sharing berbagi
kewenangan yang berlandaskan pada prinsip saling mengisi
dan membantu
serta usaha
untuk meningkatkan partisipasi masyarakat yang kuat,
termasuk di dalamnya orang tua peserta didik. partisipasi
dan keterlibatan
pihak-pihak yang
berkepentingan, seperti
komite sekolah,
dewan pendidikan setempat, orang tua peserta didik, serta
seluruh personel sekolah memungkinkan terjadinya kebijakan dan keputusan yang baik. Karena itu,
komunikasi yang intensif dan terbuka antara pihak- pihak yang berkepentingan tersebut mutlak diperlukan.
Kegiatan seleksi guru pengajar dan pemenuhan fasilitas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program
akselerasi merupakan
proses penetapan
dan pemanfaatan sumber-sumber daya sekolah secara
terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan- kegiatan dan upaya-upaya yang akan dilaksanakan
secara efektif dan efisien. Khusus untuk seleksi guru, hal ini diperlukan semua anak di sekolah, terlebih yang
memiliki kekhususan seperti peserta didik akselerasi, memerlukan guru yang bisa memahami mereka
Munandar, 2009. Seleksi guru yang dilakukan oleh pihak
sekolah memperlihatkan
bahwa sekolah
mengamini kedua pernyataan di atas. Adapun guru yang lolos seleksi adalah guru yang memiliki kelayakan
sebagaimana yang diungkapkan oleh Maker 1982 yaitu memiliki karakteristik filosofis, profesional, dan
pribadi.
2. Mekanisme Penyelenggaraan Program Akselerasi