Merokok Faktor Risiko yang dapat Dimodifikasi

2.9.2 Faktor Risiko yang dapat Dimodifikasi

Adapun faktor risiko PJK yang dapat dimodifikasi adalah:

2.9.2.1 Merokok

Merokok dalam jangka waktu yang lama akan meningkatkan risiko PJK dan serangan jantung, merokok memicu pembentukan plak pada arteri, beberapa penelitian menunjukkan bahwa merokok dapat meningkatkan risiko PJK dengan cara menurunkan level kolesterol HDL Hight density lifid. Semakin banyak merokok semakin besar risiko terkena serangan jantung. Studi menunjukkan jika berhenti merokok selama setahun maka akan menurunkan setengah dari risiko serangan jantung Ramandika, 2012. Menurut Depkes 2007, Penggunaan rokok merupakan salah satu faktor risiko terbesar pada penyakit tidak menular. Menurut data Susenas tahun 2001, jumlah perokok di Indonesia sebesar 31,8. Jumlah ini meningkat menjadi 32 pada tahun 2003, dan meningkat lagi menjadi 35 pada tahun 2004. Pada tahun 2006, The Global Youth Survey GYTS melaporkan 64,2 atau 6 dari 10 anak sekolah yang disurvei terpapar asap rokok selama mereka di rumah. Lebih dari sepertiga 37,3 pelajar biasa merokok dan yang lebih mengejutkan lagi adalah 30,9 atau 3 diantara 10 pelajar menyatakan pertama kali merokok pada umur dibawah 10 tahun. Data Riskesdas tahun 2007 juga memperlihatkan tingginya prevalensi penduduk yang merokok. Jumlah perokok aktif umur 15 tahun adalah 35,4 65,3 laki-laki dan 5,6 perempuan, berarti 2 diantara 3 laki-laki adalah perokok aktif. Lebih bahaya lagi 85,4 perokok aktif merokok dalam rumah bersama anggota keluarga sehingga Universitas Sumatera Utara mengancam keselamatan kesehatan lingkungan. Merokok dapat merubah metabolisme khususnya dengan meningkatnya kadar kolersterol darah, di samping itu dapat menurunkan HDL. Tingginya kadar kolesterol darah mempunyai pengaruh yang besar terhadap terjadinya PJK Arief, 2011. Menurut laporan WHO 2002, tingkat merokok di Asia pada laki-laki sekitar 40 jauh lebih tinggi dari pada laki-laki di Barat 30-40. Sebaliknya, tingkat merokok di Asia pada perempuan 20 jauh lebih rendah dibandingkan pada wanita Barat 20-40 . Merokok merupakan faktor risiko untuk stroke dan PJK. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Badan Kesehatan Korea dengan menggunakan metode Prospektive Cohort Study dengan jumlah 648.346 laki-laki Korea usia ≥10 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah rokok yang dihisap perhari semakin tinggi risiko terjadinya PJK dan penyakit penyakit lain yang ber hubungan dengan PJPD Hata dan Kiyohara, 2013. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.3. Hazart Rasio Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah pada Perokok Sumber : Hata dan Kiyohara, 2013 Dari gambar diatas maka dapat dijelaskan bahwa ada kecenderungan linier yang kuat dari peningkatan risiko stroke iskemik, perdarahan subarachnoid dan MI akibat dari banyaknya jumlah rokok yang dihisap per hari. Namun merokok tidak berhubungan dengan perdarahan intraserebral. Dalam penelitian APCSC Asia Pacific Cohort Studies Collaboration tahun 2005 dengan desain studi kohort dan CI 95 membandingkan antara perokok dengan bukan perokok, hasil penelitian tersebut Universitas Sumatera Utara menunjukkan hasil resiko relatif RR 1,32 1,24 -1.40 untuk stroke dan 1,60 1,49- 1,72 untuk PJK. Ada hubungan dosis-respons yang jelas antara jumlah rokok dihisap per hari dengan kejadian stroke dan PJK. Untuk mantan perokok, dibandingkan dengan perokok saat ini dengan hasil RR 0,84 0,76-0,92 untuk stroke dan 0,71 0,64-0,78 untuk PJK, jadi dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa berhenti merokok memiliki manfaat yang jelas Hata dan Kiyohara, 2013. Menurut penelitian Supriyono 2008, dengan design kasus kontol, dari hasil analisisi bivariat menunjukkan bahwa kebiasaan merokok memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian PJK p = 0,011, kebiasaan merokok juga berisiko untuk terjadinya PJK pada usia 45 tahun sebesar 2,4 kali dibandingkan dengan yang tidak merokok OR=2,4 ; 95 CI=1,3-4,5. Penelitian Framingham dalam Anwar 2004, memaparkan bahwa kematian mendadak akibat PJK pada laki-laki perokok 10x lebih besar dari pada bukan perokok dan pada perempuan perokok 4,5x lebih tinggi dari pada bukan perokok. Hal ini disebabkan meningkatnya beban miokard yang dipicu oleh katekolamin dan menurunnya komsumsi O2 akibat inhalasi CO sehingga menimbulkan takikardi, vasokonstriksi pembuluh darah, merubah permeabilitas dinding pembuluh darah dan merubah 5-10 Hb menjadi karboksi -Hb. Semakin sering menghisap rokok akan menyebabkan kadar HDL kolesterol makin menurun. Efek merokok ini akan berdampak langsung pada peningkatan tingkat diabetes disertai obesitas dan hipertensi, sehingga orang yang merokok cenderung lebih mudah terjadi proses aterosklerosis dari pada yang bukan perokok Arief, 2011. Universitas Sumatera Utara Ringkasnya, merokok merupakan faktor risiko untuk PJK dan stroke stroke iskemik pada orang Asia. Karena tingkat merokok pada orang Asia jauh lebih tinggi dibandingkan dengan orang Barat, berhenti merokok sangat penting untuk pencegahan PJPD di Asia Hata dan Kiyohara, 2013.

2.9.2.2 Aktivitas Fisik