Pencegahan Primordial Pre Primary Prevention Pencegahan Primer Primary Prevention Pencegahan Tersier Tertiary Prevention

dengan mengubah gaya hidup yang meterialistis, konsumtif dan hedonistis Kabo, 2008. Dalam pencegahan PJK ada 4 tingkatan yaitu:

2.10.1 Pencegahan Primordial Pre Primary Prevention

Pencegahan primordial adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah munculnya faktor predisposisi PJK pada suatu wilayah dimana belum tampak adanya faktor yang menjadi risiko PJK Bustam, 2007. Dalam Noor 1997, Upaya pencegahan primordial dapat berupa kebijaksanaan nutrisi nasional dalam sektor agrokultural, industri makanan, impor dan ekspor makanan, penanganan konprehensif rokok, pencegahan hipertensi dan promosi aktivitas fisikolah raga Nasution, 2012.

2.10.2 Pencegahan Primer Primary Prevention

Pencegahan primer adalah upaya awal pencegahan PJK sebelum seseorang menderita. Dilakukan dengan pendekatan komuniti berupa penyuluh faktor risiko PJK terutama pada kelompok risiko tinggi. Pencegahan primer ditujukan kepada pencegahan terhadap berkembangnya proses atherosklerosis secara dini Bustam, 2007. Untuk mencegah berkembangnya atherosklerosis maka ada hal yang harus dilakukan yaitu: 1. Diet Adapun metode diet yang benar adalah: a. Baca label makanan dan minuman yang dibeli untuk menentukan pilihan yang terbaik Universitas Sumatera Utara b. Minimalisir asupan makanan dan minuman yang menggunakan pemanis tambahan b. Batasi porsi makan c. Pilih produk-produk non-fat d. Kurangi penggunaan garam dalam makanan dan hindari makanan yang asin, konsumsi makanan tinggi serat dan kaya antioksidan e. Tingkatkan konsumsi kacang kedelai, kacang-kacangan, ikan Salmon, alpukat, bawang putih, bayam, margarin dari minyak biji bunga kanola dan teh f. Konsumsi ikan sedikitnya dua kali seminggu. 2. Pola hidup sehat 1. Berolah raga secara teratur 2. Menjaga berat badan yang sehat 3. Mengurang jumlah alkohol 4. Hindari merokok dan asap rokok UPT-Balai Informasi Teknologi lipi pangan dan Kesehatan, 2009.

2.10.3 Pencegahan Sekunder Secondary Prevention

Pencegahan sekunder adalah upaya pencegahan pada penderita yang sudah tekena PJK agar tidak berulang atau menjadi lebih berat. Disini diperlukan perubahan pola hidup terhadap faktor-faktor yang dapat dikendalikan dan kepatuhan berobat bagi mereka yang sudah menderita PJK. Pencegahan tingkat ketiga ini ditujukan untuk mempertahankan nilai prognostik yang lebih baik dan menurunkan mortalitas Universitas Sumatera Utara Bustam, 2007. Untuk menghindari terjadinya penyakit yang lebih parah atau komplikasi yang tidak diinginkan maka perlu dilakukan penegakan diagnosa dengan cepat dan tepat seperti:

2.10.3.1 RiwayatAnamnesis

Diagnosa adanya suatu SKA harus ditegakkan secara cepat, tepat dan didasarkan pada tiga kriteria, yaitu: gejala klinis nyeri dada spesifik, gambaran EKG elektrokardiogram dan evaluasi biokimia dari enzim jantung. Nyeri dada atau rasa tidak nyaman di dada merupakan keluhan dari sebagian besar pasien dengan SKA. Sifat nyeri dada yang spesifik angina sebagai berikut: 1. Lokasi: substermal, retrostermal dan prekordial 2. Sifat nyeri: rasa sakit seperti ditekan, rasa terbakar, ditindih benda berat, seperti ditusuk, rasa diperas dan dipelintir 3. Penjalaran ke leher, lengan kiri, mandibula, gigi, punggunginterskapula dan dapat juga ke lengan kanan 4. Nyeri membaik atau hilang dengan istirahat atau obat nitrat 5. Faktor pencetus: latihan fisik, stress emosi, udara dingin dan sesudah makan 6. Gejala yang menyertai: mual, muntah, sulit bernafas, keringat dingin dan lemas. Berat ringannya nyeri bervariasi sehingga sulit untuk membedakan antara gejala APTSNSTEMI dan STEMI. Pada beberapa pasien dapat ditemukan tanda-tanda gagal ventrikel kiri akut, gejala yang tidak tipikal seperti: rasa lelah yang tidak jelas, nafas pendek, rasa tidak nyaman di epigastrium atau mual dan muntah dapat terjadi, terutama pada wanita, Universitas Sumatera Utara penderita diabetes dan pasien lanjut usia. Kecurigaan harus lebih besar pada pasien dengan faktor risiko kardiovaskular multipel dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan diagnosis Departemen Kesehatan, 2006 Tabel 2.1. Tiga Penampilan Klinis Umum Penderita PJK No. Patogenesis Penamplian klinis 1 Angina saat istirahat Angina terjadi saat istirahat dan terus menerus, biasanya lebih dari 20 menit 2 Angina pertama kali Angina yang pertama kali terjadi, setidaknya CCS Kelas III 3 Angina yang meningkat Angina semakin lama makin sering, semakin lama dan lebih mudah tercetus Sumber : Departemen Kesehatan, 2006

2.10.3.2 Pemeriksaan Fisik

Tujuan dari pemeriksaan fisik adalah untuk mengidentifikasi faktor pencetus dan kondisi lain sebagai konsekuensi dari NSTEMI seperti: hipertensi tak terkontrol, anemia, tirotoksikosis, stenosis aorta berat, kardiomiopati hipertropik dan kondisi lain, seperti penyakit paru. Keadaan disfungsi ventrikel kiri hipotensi, ronki dan gallop S3 menunjukkan prognosis yang buruk. Adanya bruit di karotis atau penyakit vaskuler perifer menunjukkan bahwa pasien memiliki kemungkinan penderita PJK Depkes, 2006.

2.10.3.3 Pameriksaan PenunjangPemeriksaan Diagnostik PJK

Untuk mendiagnosa PJK secara lebih tepat maka dilakukan pemeriksaan penunjaung diantaranya: Universitas Sumatera Utara a. EKG EKG memberi bantuan untuk diagnosis dan prognosis, rekaman yang dilakukan saat sedang nyeri dada sangat bermanfaat. Gambaran diagnosis dari EKG adalah : 1. Depresi segmen ST 0,05 mV 2. Inversi gelombang T, ditandai dengan 0,2 mV inversi gelombang T yang simetris di sandapan prekordial. Perubahan EKG lainnya termasuk bundle branch block BBB dan aritmia jantung, terutama Sustained VT. Serial EKG harus dibuat jika ditemukan adanya perubahan segmen ST, namun EKG yang normal pun tidak menyingkirkan diagnosis APTSNSTEMI. Pemeriksaaan EKG 12 sadapan pada pasien SKA dapat mengambarkan kelainan yang terjadi dan ini dilakukan secara serial untuk evaluasi lebih lanjut dengan berbagai ciri dan katagori: 1. Angina pektoris tidak stabil; depresi segmen ST dengan atau tanpa inversi gelombang T, kadang-kadang elevasi segmen ST sewaktu nyeri, tidak dijumpai gelombang Q 2. Infark miokard non-Q: depresi segmen ST, inversi gelombang T dalam Kulick, 2014. b. Chest X-Ray foto dada Thorax foto mungkin normal atau adanya kardiomegali, CHF gagal jantung kongestif atau aneurisma ventrikiler Kulick, 2014. c. Latihan tes stres jantung treadmill Universitas Sumatera Utara Treadmill merupakan pemeriksaan penunjang yang standar dan banyak digunakan untuk mendiagnosa PJK, ketika melakukan treadmill detak jantung, irama jantung, dan tekanan darah terus-menerus dipantau, jika arteri koroner mengalami penyumbatan pada saat melakukan latihan maka ditemukan segmen depresi ST pada hasil rekaman Kulick, 2014. d. Ekokardiogram Ekokardiogram menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar jantung, selama ekokardiogram dapat ditentukan apakah semua bagian dari dinding jantung berkontribusi normal dalam aktivitas memompa. Bagian yang bergerak lemah mungkin telah rusak selama serangan jantung atau menerima terlalu sedikit oksigen, ini mungkin menunjukkan penyakit arteri koroner Mayo Clinik, 2012. e. Kateterisasi jantung atau angiografi Kateterisasi jantung atau angiografi adalah suatu tindakan invasif minimal dengan memasukkan kateter selangpipa plastik melalui pembuluh darah ke pembuluh darah koroner yang memperdarahi jantung, prosedur ini disebut kateterisasi jantung. Penyuntikkan cairan khusus ke dalam arteri atau intravena ini dikenal sebagai angiogram, tujuan dari tindakan kateterisasi ini adalah untuk mendiagnosa dan sekaligus sebagai tindakan terapi bila ditemukan adanya suatu kelainan Mayo Clinik, 2012. f. CT scan Computerized tomography Coronary angiogram Universitas Sumatera Utara Computerized tomography Coronary angiogramCT Angiografi Koroner adalah pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk membantu memvisualisasikan arteri koroner dan suatu zat pewarna kontras disuntikkan melalui intravena selama CT scan, sehingga dapat menghasilkan gambar arteri jantung, ini juga disebut sebagai ultrafast CT scan yang berguna untuk mendeteksi kalsium dalam deposito lemak yang mempersempit arteri koroner. Jika sejumlah besar kalsium ditemukan, maka memungkinkan terjadinya PJK Mayo Clinik, 2012. g. Magnetic resonance angiography MRA Prosedur ini menggunakan teknologi MRI, sering dikombinasikan dengan penyuntikan zat pewarna kontras, yang berguna untuk mendiagnosa adanya penyempitan atau penyumbatan, meskipun pemeriksaan ini tidak sejelas pemeriksaan kateterisasi jantung Mayo Clinik, 2012. h. Pemeriksaan biokimia jantung profil jantung Petanda biokimia seperti troponin I TnI dan troponin T TnT mempunyai nilai prognostik yang lebih baik dari pada CKMB. Troponin C, TnI dan TnT berkaitan dengan konstraksi dari sel miokrad. Susunan asam amino dari Troponin C sama dengan sel otot jantung dan rangka, sedangkan pada TnI dan TnT berbeda. Nilai prognostik dari TnI atau TnT untuk memprediksi risiko kematian, infark miokard dan kebutuhan revaskularisasi dalam 30 hari. Kadar serum creatinine kinase CK dan fraksi MB merupakan indikator penting dari nekrosis miokard, risiko yang lebih buruk pada pasien tanpa segment elevasi ST namun mengalami peningkatan nilai CKMB Depkes, 2006. Universitas Sumatera Utara

2.10.4 Pencegahan Tersier Tertiary Prevention

Pencegahan tersier adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat atau kematian. Pencegahan dalam tingkatan ini berupa rehabilitasi jantung, program rehabilitasi jantung ditujukan kepada penderita PJK, atau pernah mengalami serangan jantung atau pasca operasi jantung Bustam, 2007. Universitas Sumatera Utara

2.11 Kerangka Teori Penelitian

Gambar 2.7. Kerangka Teori Penelitian Sumber : Hikmawati,2011 Riwayat PJK Keluarga Obesitas Hipertensi Diabetes melitus Keadaan sosioekonomi Gaya hidup Kolesterol total 200 mgdl Kolesterol 50 mgdl Inaktivitas fisik Pola diet tak sehat Kolesterol LDL 130 mgdl Rasio kolesterol total HDL 5 Trigliserida ≥150 mgdl Dislipidemia Riwayat pengguna kontrasepsi oral Penyakit Jantung Koroner Universitas Sumatera Utara