Sejak studi meta-analisis diatas dipublikasikan maka Nikolic dkk 2008, melakukan sebuah studi di Serbia dengan menggunakan metode kasus-kontrol yang
terdiri dari 290 responden 67 laki-laki dan 33 perempuan usia 23-79 tahun, dari hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa, subyek yang mengkonsumsi sedikit
sayuran 1 cawan per minggu p 0,01 akan mengalami 3 kali kemungkinan lebih tinggi terkena PJK jika dibandingkan dengan subjek yang mengkonsumsi lebih dari
satu cawan perhari dan untuk buahjus buah, studi meta-analisis independen menunjukkan bahwa orang yang mengkonsumsi sedikit buahjus buah akan
mengalami 1,78 kali terjadinyan PJK P 0,05 , 0.001 jika dibandingkan dengan orang yang banyak mengkonsumsi buahjus buah 1 porsi perhari Produse for
Better Health Foudatian, 2011.
2.9.2.4 Dislipidemia Kolestrol dalam Darah
Pada buku Hurst’s dijelaskan bahwa kolesterol merupakan prasyarat terjadi PJK, kolesterol akan berakumulasi di lapisan intima dan media pembuluh arteri koroner.
Jika hal tersebut terus berlangsung maka akan membentuk plak sehingga pembuluh arteri koroner yang mengalami inflamasi atau terjadi penumpukan lemak kemudian
mengalami aterosklerosis Fuster dkk, 2010. Hiperlipidemia juga disebabkan karena abnormal lipoprotein dalam darah, hal ini disebabkan karena meningkatnya LDL dan
menurunnya HDL Kumar dkk, 2010. Pada awalnya di negara-negara Barat, PJK berhubungan dengan kolesterol
yang tinggi, sedangkan di negara-negara Asia, kolesterol total TC umumnya lebih rendah dan kejadian PJK juga rendah. Namun dengan adanya industrialisasi dan
Universitas Sumatera Utara
urbanisasi tumbuh di Asia, maka kadar kolesterol total pada negara-negara Asia mengalami peningkatan selama 50 tahun terakhir. Misalnya, studi Hisayama di Japan
melaporkan bahwa prevalensi hiperkolesterolemia total kolesterol [TC] ≥ 5,7
mmolL meningkat dari 2,8 menjadi 25,8 pada pria dan dari 6,6 menjadi 41,6 pada wanita selama tahun 1961-2002. Peningkatan kolesterol di negara-negara
Asia dapat dikaitkan dengan peningkatan dalam asupan makanan yang berlemak. Banyak penelitian epidemiologi di Asia telah memberikan informasi tentang
hubungan kolesterol dengan risiko PJPD. Studi kohort yang dilakukan oleh Korean National Health selama 11 tahun yang terdiri dari 787.442 pria dan wanita berusia
30-64 tahun, untuk hubungan antara kolesterol dengan peningkatan kejadian stroke iskemik, MI, stroke hemoragik, seperti pada gambar 2.4.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.4. Hazart Rasio PJPD pada Penderita Hyperdislipidemia
Sumber : Hata dan Kiyohara, 2013. Gambar diatas menggunakan design meta-analisis study dengan CI 95,
menjelaskan bahwa peningkatan 1 mmolL kolesterol maka HR akan menjadi 1,20 1,16-1,24 untuk stroke iskemik, HR 0,91 0,87-0,95 untuk stroke hemoragik dan
HR 1,48 1,43-1,53 untuk infark. Penelitian APCSC dengan design studi kohort selama 5,5 tahun dengan CI 95, menjelaskan bahwa adanya hubungan TC
kolesterol total dengan kejadian PJPD dan menginformasikan bahwa peningkatan ≥
1 mmolL akan menyebabkan terjadinya peningkatan risiko PJPD, dengan RR 1,35 1,26-1,44, stroke iskemik fatal dan stroke iskemik non fatal dengan RR 1,25 1,13-
Universitas Sumatera Utara
1,40, penurunan risiko stroke hemoragik fatal RR 0,80 0,70-0,92 Hata dan Kiyohara, 2013.
Penelitan Hisayama di Jepang 2009, menunjukkan bahwa risiko terkena infark pada otak nonembolic dan PJK megalami peningkatan pada responden dengan
LDL yang tinggi, tetapi tidak ada hubungan yang jelas dengan kejadian stroke hemoragik. Penelitan arteriosklerosis yang dilakukan di Jepang pada tahun 2010
dengan mengunakan longitudinal cohort study melaporkan bahwa non–highdensity lipoprotein non- HDL lebih dapat dipercaya sebagai prediktor untuk peningkatan
terjadinya MI akut dari pada TC, singkatnya, hiperkolesterolemia umumnya merupakan faktor risiko untuk penyakit aterosklerotik seperti stroke iskemik dan MI
pada orang Asia. Karena prevalensi hiperkolesterolemia telah meningkat di Asia selama setengah abad terakhir, oleh karena itu pentingnya manajemen kolesterol
untuk mencegah penyakit aterosklerosis di masa depan Imamura dkk, 2009. Menurut Yayasan Jantung Indonesia 2003, kadar kolesterol dikatakan tinggi
apabila kadar kolesterol total ≥ 240 mgL.
Menurut laboratorium RS Islam Malahayati, kadar kolesterol dikatakan tinggi apabila :
1. Kadar kolesterol total 200 mgdl.
2. Kadar kolesterol LDL ≥ 160 mgdl.
3. Kadar kolesterol HDL ≤ 55 mgdl.
4. Kadar trigliserida 150 mgdl.
Universitas Sumatera Utara
2.9.2.5 Obesitas