atau di luar lingkungan mereka. Namun, faktor orang tua yang tidak mau memaksa atau membiasakan untuk berbicara menggunakan
bahasa Tamil dengan anak mereka sejak kecil juga sangat berpengaruh.
6.2.3 Pembahasan Berdasarkan Pendidikan
Jenjang pendidikan suku Tamil ini sudah ada perubahan dimana saat ini terjadi peningkatan yaitu minimal tamatan SMA dan
yang tamat SD hanya sedikit sekali dan bisa dikatakan hampir sudah tidak ada lagi yang bersekolah hanya sampai tingkat SD. Hal ini bisa
saja karena mereka menyadari pentingnya dunia pendidikan atau pengaruh ekonomi mereka yang semakin membaik. Namun, ini
merupakan salah satu alasan mereka mengapa para Remaja Tamil kurang bisa berbahasa Tamil karena mereka telah bersentuhan dengan
bahasa di luar bahasa ibu mereka. Kebanyakan waktu mereka habis di sekolah dan di luar rumah atau di lingkungan yang berbaur dengan
berbagai macam suku.
6.2.4 Pembahasan Berdasarkan Pekerjaan
Dilihat dari segi pekerjaan hanya sedikit suku Tamil yang bekerja sebagai pegawai negeri. Begitu juga yang bekerja sebagai
Universitas Sumatera Utara
pegawai swasta kebanyakan adalah wiraswasta atau jualan dan yang
tidak bekerja atau pelajar juga banyak Sebenarnya banyak mereka yang mengharapkan agar mendapat kesempatan menjadi pegawai
negeri maupun pegawai swasta seperti suku-suku lain, namun belum terpenuhi. Hal ini bisa saja demikian karena kebiasaan buruk
masyarakat Tamil yang dulunya dikenal karena suka mabuk-mabukan sehingga muncul istilah “ Kalau ada uang tidur di parit tidak ada uang
tidur di rumah”. Citra buruk inilah yang sekarang lagi mereka usahakan untuk menghapusnya dari image masyarakat.
6.2.5 Pembahasan Ranah
Hasil yang diperoleh terhadap ranah rumah adalah masyarakat Tamil lebih cenderung menggunakan BI pada saat berkomunikasi di
rumah atau sesama anggota keluarga. Yang menggunakan BT sebenarnya hanya sesama orang tua saja sementara dengan anak-anak
mereka, mereka kadang-kadang menggunakan BIT walaupun anak- anak mereka menjawab dengan menggunakan BI.
Hasil yang diperoleh dari ranah masyarakat adalah bahwa dalam ranah ini pun masyarakat Tamil paling banyak menggunakan BI
dibanding dengan bahasa yang lain. Mereka hanya menggunakan BT apa bila orang tua berjumpa dengan orang tua. Kalau bertemu dengan
Universitas Sumatera Utara
anak muda atau orang yang usia nya di bawah 45 tahun mereka menggunakan BI atau BIT tapi kalaupun BIT itupun hanya sebentar
selanjutnya mereka kebanyakan menggunakan BI. Kemungkinan ada faktor malu atau mereka ingin menghargai
Indonesia sehinnga mereka lebih banyak berbicara BI. Karena mereka beranggapan Tamil itu masih merupakan bahasa asing jadi ada rasa
solidaritas agar nampak nasionalis dengan menggunakan BI. Sama halnya dengan ranah rumah dan masyaarakat, pada ranah
pendidikan yang paling banyak digunakan adalah BI juga Hal ini sudah wajar karena rata-rata sekolah yang mereka masuki adalah
sekolah yang memang menggunakan BI atau yang belajar di sekolah tersebut terdiri dari berbagai suku sehingga yang diterapkan adalah BI.
Apa lagi kalau dilihat dari populasi mereka yang tidak begitu banyak jadi sedikit kemungkinan bagi mereka untuk menggunakan BT atau
BIT. Namun, ini juga disebabkan karena mereka sendiri tidak bisa berbahasa Tamil atau mungkin juga mereka merasa malu untuk
menggunakan BT. Dalam upacara-upacara adat seperti pesta perkawinan, upacara
meninggal, dan berbagai aspek kebudayaan lainnya, bahasa Tamil masih terus dipakai meskipun banyak juga yang tidak mengerti arti
mantera atau do’a yang disampaikan oleh pemuka agama atau ketua
Universitas Sumatera Utara
adat maupun pendeta mereka terutama bagi usia yang di bawah 45 tahun. Namun, ada juga pendeta yang menggunakan BI sewaktu akad
nikah kawin dengan alasan ada hal-hal yang harus diketahui oleh kedua mempelai dan yang harus dilaksanakan. Jadi kalau kata-kata
tersebut tidak mereka ketahui maka akan terjadi salah pengertian atau maksud yang diinginkan tidak tercapai. Hal ini kerap kali terjadi pada
generasi sekarang yang memang rata-rata sudah tidak begitu mengerti BT.
Pada ranah agama diketahui bahwa yang paling banyak digunakan adalah BI kemudian disusul BT dan BIT. Dalam upacara-
upacara keagamaan atau beribadah, mantera atau do’a yang disampaikan oleh pendeta begitu juga dengan lagu-lagu rohani yang
mereka kumandangkan di Kuil dan Wihara, rata-rata menggunakan BT.
Sebenarnya terdapat perbedaan penggunaan bahasa antara agama Hindu dan Budha ini. Pada agama Budha pendetanya
menyampaikan do’a dalam BI kemudian dicampur dengan BT, namun, dalam agama Hindu pendetanya tidak ada menggunakan BI.
Kesamaannya adalah pada saat mengumandangkan lagu-lagu rohani bahasa yang digunakan adalah BT.
Universitas Sumatera Utara
Pada ranah adat dan ranah agama inilah BT bisa dipertahankan. Adapun alasannya adalah terdapat makna-makna yang sulit diartikan
ke dalam BI karena bahasa tersebut juga sudah bercampur dengan bahasa sangsakerta. Namun, ini adalah salah satu cara bagi masyarakat
Tamil untuk mempertahankan BT sehingga mereka tetap berusaha menggunakan BT dalam upacara adat tersebut agar BT ini dapat
dipertahankan minimal dalam ranah adat dan agama.
6.3 Hasil Wawancara