Pada ranah adat dan ranah agama inilah BT bisa dipertahankan. Adapun alasannya adalah terdapat makna-makna yang sulit diartikan
ke dalam BI karena bahasa tersebut juga sudah bercampur dengan bahasa sangsakerta. Namun, ini adalah salah satu cara bagi masyarakat
Tamil untuk mempertahankan BT sehingga mereka tetap berusaha menggunakan BT dalam upacara adat tersebut agar BT ini dapat
dipertahankan minimal dalam ranah adat dan agama.
6.3 Hasil Wawancara
Dari hasil wawancara ternyata banyak yang memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan yang mereka tulis di angket. Terutama untuk
golongan dewasa dan remaja, padahal sebagian mereka diwawancarai begitu mereka selesai mengisi angket. Sepertinya ada perasaan malu atau ingin
membangga-banggakan diri mereka kalau mereka mampu berkomunkasi dalam bahasa Tamil tanpa mereka sadari kalau nantinya akan diteliti ulang
antara jawaban yang mereka berikan di angket dengan wawancara. Atau mungkin saja mereka tidak begitu serius dalam mengisi angket yang diberikan
walaupun sudah diberi penjelasan sebelum mengisinya. Ternyata pradiksi peneliti bahwa akan terjadi perbedaan dalam memberikan jawaban terhadap
angket yang diisi dan wawancara yang direkam benar adanya.
Universitas Sumatera Utara
6.4 Alasan Menggunakan Bahasa yang Dipilih
Adapun alasan-alasan yang diberikan oleh informan kelompok yang tidak bisa berbahasa Tamil atau hanya tahu sedikit-sedikit, terhadap
pertanyaan mengapa mereka memilih bahasa Indonesia pada saat berkomunikasi adalah :
1. Kurangnya Pengajaran Bahasa Tamil Dari Orang Tua.
Yang dimaksud dengan kurangnya pengajaran bahasa Tamil dari orang tua di sini adalah kepedulian orang tua terhadap kemampuan anak
mereka untuk berkomunikasi dalam bahasa Tamil atau kepedulian mereka terhadap kemampuan penguasahan bahasa Tamil anak mereka. Dalam
berkomunikasi antara orang tua dan anak, para orang tua lebih cenderung menggunakan bahasa Indonesia sewaktu berkomunikasi dengan anak-anak
mereka dibanding dengan penggunaan bahasa Tamil. Tidak adanya unsur pemaksaan. Para orang tua tidak memaksa anak-
anak mereka atau tidak membisaakan berkomunikasi dengan anak-anak mereka dengan menggunakan bahasa Tamil sejak dari bayi sebagaimana
yang diterapkan oleh suku-suku lain atau suku non Tamil. 2.
Pengaruh Lingkungan. Yang dimaksud dengan pengaruh lingkungan di sini adalah
lingkungan atau daerah tempat mereka berdomisili, lingkungan mereka menuntut ilmu, lingkungan mereka bergaul atau tempat mereka bermain.
Universitas Sumatera Utara
Lingkungan atau daerah tempat mereka berdomisili adalah daerah campuran yaitu di mana terdapat suku-suku non Tamil lainnya berdomisili
sehingga mereka terpengaruh dengan lingkungan tersebut. Kebanyakan waktu mereka yang masih bersekolah habis di sekolah atau di luaran.
Mengenai pergaulan terutama di sekolah kebanyakan mereka bergaul dengan suku non Tamil.
3. Penghargaan Terhadap Suku Lain
Yang dimaksud dengan penghargaan terhadap suku lain di sini adalah kerukunan hidup bersama antara satu suku dengan suku yang lain atau
kerukunan bertetangga dengan orang yang berbeda suku. Untuk menghargai suku non Tamil agar tidak terjadi kecurigaan bahwa mereka
diceritai atau ada rahasia yang sedang dibicarakan, maka masyarakat Tamil menggunakan bahasa Indonesia pada saat berkomunikasi demi
terciptanya kerukunan tersebut. Terutama kalau ada tamu non Tamil yang berkunjung ke rumah maka bahasa yang digunakan adalah bahasa
Indonesia. 4.
Nasionalisme Kecintaan Terhadap Negara dan Bahasa. Yang dimaksud dengan nasionalisme atau kecintaan terhadap negara
di sini adalah kebanggaan yang dirasakan sebagai warga negara Indonesia dan bahasa yang digunakan atau dipilih pada saat berkomunikasi. Untuk
menunjukkan bahwa masyarakat Tamil ini sangat cinta terhadap negara
Universitas Sumatera Utara
Indonesia atau merasa bangga menjadi warga negara Indonesia maka mereka memilih untuk menggunakan bahasa Indonesia pada saat
berkomunikasi. Mereka beranggapan karena ini adalah negara Indonesia maka bahasa yang harus digunakan adalah bahasa Indonesia.
5. Pisokologis Kurangnya Motivasi.
Yang dimaksud pisikologis atau kurangnya motivasi di sini adalah rasa putus asa dan malas. Masyarakat Tamil merasa bahwa tidak ada
manfaatnya mereka mempelajari bahasa Tamil karena tidak ada hubungan atau pengaruhnya terhadap masa depan mereka.
Mereka juga beranggapan bahwa bahasa Tamil sulit, banyak sekali alpabet yang harus dihafal dan pengucapannya juga sangat sulit sehingga
membuat jenuh untuk dipelajari. Mereka merasa malas harus memikirkan terlebih dahulu apa bahasa Tamilnya untuk mengatakan ini dan itu jadi
untuk lebih gampangnya mereka mengambil jalan pintas saja untuk menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi.
Sebenarnya bukan hanya anak-anak atau kelompok yang tidak bisa berbahasa Tamil saja yang putus asa terhadap penggunaan bahasa Tamil
tetapi kelompok yang bisa berbahasa Tamil juga. Mereka menggunakan bahasa Indonesia dengan alasan anak muda sekarang tidak bisa berbahasa
Tamil, atau mereka tidak mau berbahasa Tamil, kalau orang tua menggunakan bahasa Tamil anak-anak menjawab dengan bahasa
Universitas Sumatera Utara
Indonesia jadi mereka terpakasa menggunakan bahasa Indonesia juga atau dengan kata lain mereka juga terpengaruh menjadi malas menggunakan
bahasa Tamil. Adapun alasan-alasan yang diberikan oleh informan kelompok yang
bisa berbahasa Tamil atau hanya tahu sedikit-sedikit, terhadap pertanyaan mengapa mereka memilih bahasa Tamil pada saat
berkomunikasi adalah : 1.
Pelestarian Budaya. Yang dimaksud dengan pelestarian budaya di sini adalah
bagaimana mereka berusaha untuk mempertahankan bahasa Tamil agar tidak punah. Masyarakat Tamil terutama yang termasuk
kelompok orang tua, sangat menyadari pentingnya untuk mempertahankan bahasa Tamil sehingga mereka kerap sekali
memaksa anak-anak mereka untuk menggunakan bahasa Tamil dalam konteks situasi apapun terutama di rumah. Mereka sangat khawatir
bahwa bahasa Tamil akan punah dalam kurun waktu lebih kurang 10 sd 20 sepuluh sampai dengan dua puluh tahun mendatang. Hal ini
disebabkan kebanyakan masyarakat Tamil sekarang terutama yang termasuk kelompok remaja, sudah tidak bisa lagi menggunakan bahasa
Tamil pada saat berkomunikasi. Mereka lebih kerap menggunakan bahasa Indonesia dalam konteks situasi apapun dan di manapun,
Universitas Sumatera Utara
sehingga prediksi mereka bahwa bahasa Tamil tidak lama lagi akan menjadi langka atau punah, memiliki kemungkinan yang sangat besar
akan terjadi. 2.
KebutuhanTuntutan Agama. Yang dimaksud dengan kebutuhan agama di sini adalah bahasa
yang digunakan pada saat pemujaan atau berdo’a. Adapun bahasa yang digunakan dalam melakukan pemujaan atau berdo’a di kuil dan di
wihara adalah bahasa Tamil. Para pendeta menggunakan bahasa Tamil ketika memimpin do’a
pada saat acara pemujaan. Ada bahasa sansakerta yang digunakan pada saat pemujaan sehingga tidak bisa diterjemahkan karena memiliki arti
yang sangat dalam yang sulit untuk diterjemahkan hanya diketahui makna atau maksud dari kata-kata yang diucapkan tersebut. Lagu-lagu
rohani yang dikumandangkan menggunakan bahasa Tamil. Dengan menggunakan bahasa Tamil, para penganut yang ikut
memuja di kuil maupun di wihara tersebut terpaksa menggunakan bahasa Tamil walaupun mereka tidak mengetahui arti dari lagu-lagu
yang mereka nyanyikan. Tetapi karena itu sudah merupakan tuntutan agama maka mereka harus mempelajari dan menghafal lagu-lagu
tersebut dengan sepenuh hati. Hasilnya seluruh masyarakat Tamil yang rajin beribadah ke kuil dan ke wihara pasti bisa menyanyikan lagu
Universitas Sumatera Utara
rohani dengan menggunakan bahasa Tamil walaupun mereka sama sekali tidak bisa berbahasa Tamil atau tidak mengerti apa arti atau
makna lagu yang mereka kumandangkan terutama bagi anak-anak yang berusia di bawah 10 sepuluh tahun.
Kalau dilihat cara masyarakat Tamil mengumandangkan lagu rohani dan memanjatkan do’a seolah-olah mereka sangat mengerti dan
memahami bahasa Tamil karena begitu lancar dan bagusnya lafaz mereka dalam menggunakan bahasa Tamil.
3. Cultural Prestige
Yang dimaksud dengan cultural prestige di sini adalah kebanggaan terhadap budaya Tamil, penghormatan terhadap orang tua atau
kelompok orang tua, serta sebagai bahasa rahasia. Masyarakat Tamil ingin menunjukkan bahwa bukan hanya suku
lain saja yang bisa menggunakan bahasa ibu mereka, masyarakat Tamil juga bisa. Di samping itu mereka juga ingin menunjukkan bahwa
mereka tidak lupa dengan adat istiadat atau budaya mereka walaupun nenek dari nenek mereka juga kelahiran Indonesia namun mereka tetap
bangga dengan kebudayaan yang mereka miliki. Untuk menunjukkan bahwa mereka sangat menghargai orang tua
atau kelompok orang tua, maka mereka menggunakan bahasa Tamil
Universitas Sumatera Utara
semampu mereka pada saat berkomunikasi supaya tidak dianggap tidak mencintai bahasa Tamil walaupun mereka hanya tahu sedikit.
Mereka juga tidak mau kalah dari suku-suku lain di mana kalau suku-suku non Tamil bisa menceritakan orang-orang yang di luar dari
suku mereka maka masyarakat Tamil juga bisa. Untuk itu kalau masyarakat Tamil ingin menceritakan orang non Tamil maka bahasa
yang digunakan adalah bahasa Tamil, begitu juga kalau ingin mengatakan hal-hal yang rahasia, walaupun tahunya hanya sedikit
namun tetap diusahakan menggunakan bahasa Tamil. Yang terakhir adalah untuk menunjukkan bahwa mereka bangga menjadi suku Tamil
dan juga bangga menggunakan bahasa Tamil.
Dilihat dari hasil yang diperoleh terhadap alasan penggunaan bahasa yang dipilih ada beberapa hal yang bertentangan atau tidak sesuai dengan
fakta. Pada saat kelompok remaja ditanya mengapa menggunakan bahasa Indonesia alasan yang diberikan adalah kurangnya perhatian orang tua atau
orang tua tidak membisakan atau memaksa anak-anak mereka untuk menggunakan bahasa Tamil. Sementara pada saat kelompok orang tua
ditanya mengapa menggunakan bahasa Indonesia mereka mengatakan bahwa anak-anak mereka tidak mau menggunakan bahasa Tamil walaupun sudah
dipaksa bahkan sampai ada yang memukul anaknya agar mau menggunakan bahasa Tamil tapi memang si anak yang tidak mau.
Universitas Sumatera Utara
Alasan berikutnya adalah pengaruh lingkungan. Sebenarnya alasan ini juga tidak bisa diterima karena kalau dilihat terhadap suku-suku lain
walaupun lingkungan mereka tidak dominan tetapi ada usaha untuk menggunakan bahasa ibu mereka. Namun ini tidak dijumpai pada masyarakat
Tamil karena ada suatu daerah di kecamatan Medan Timur, kampung Durian, ada gang yang namanya Gang India di mana penduduk di situ mayoritas
adalah Tamil 100 penduduknya masyarakat Tamil, namun kelompok remaja maupun kelompok dewasanya menggunakan bahasa Indonesia dalam
berkomunikasi baik di rumah maupun di lingkungan mereka. Bagi masyarakat Tamil yang bisa berbahasa Tamil namun
menggunakan bahasa Indonesia dengan alasan harmonisasi dan nasionalisme, hal ini dapat diterima namun bagi masyarakat Tamil yang tidak bisa berbahasa
Tamil itu hanya alasan belaka yang tidak dapat diterima karena mereka memang tidak bisa berbahasa Tamil, harmonisasi dan nasionalisme hanya
merupakan tameng belaka seolah-olah mereka membutuhkan harmonisasi dan mempunyai jiwa nasionalisme.
Kurangnya motivasi sebenarnya bisa diatasi kalau memang hal ini sudah disadari dan ada usaha untuk mengatasinya. Sayangnya masyarakat
Tamil tidak menyadari hal ini dan tidak ada usaha untuk mengatasi hal tersebut. Dilihat dari keterangan mereka bahwa mereka rata-rata bisa
berbahasa Tamil kalau terpaksa seperti ingin menceritakan orang laian atau
Universitas Sumatera Utara
ingin mengatakan rahasia mereka mengatakan mereka bisa berbahasa Tamil dalam kondisi yang demikian.
Sebenarnya kalau mereka mau mereka hanya tinggal menggerakkan para remajanya dibantu oleh masyarakat non Tamil untuk memotivasi mereka
akan pentingnya bahasa ibu. karena dari pengamatan yang dilakukan ternyata mereka sangat gampang beradaptasi.
Sebagai contoh ada yang bisa berbahasa Batak, bahasa Cina, Jawa dan lain- lain. Ini menunjukkan bahwa kalau mereka benar-benar ada niat untuk
melestarikan budaya mereka, mereka pasti bisa. Sehingga alasan yang diberikan untuk melestarikan kebudayaan oleh kelompok orang yang bisa
berbahasa Tamil dapat terealisasi. Bagi masyarakat Tamil yang mengatakan ingin melestarikan budaya
Tamil belum dapat diterima karena belum nampak usaha mereka yang maksimal terhadap kelestarian budaya mereka. Karena dari hasil yang
diperoleh dan berdasarkan pengamatan yang dilakukan lebih banyak masyarakat Tamil yang tidak bisa berbahasa Tamil dibanding dengan yang
bisa. Kalau ditinjau dari segi pakaian di mana mereka terkenal dengan sari mereka namun pada saat dilakukan penelitian di kuil-kuil pakaian yang
mereka kenakan hanya pakaian bisaa. Bahkan remajanya ada yang mengenakan celana pendek pada saat pemujaan baik remaja putra maupun
remaja putri.
Universitas Sumatera Utara
Satu-satunya alasan yang masih bisa dijadikan pegangan untuk dapat mempertahankan kebudayaan atau bahasa Tamil adalah karena tuntutan atau
kebutuhan agama. Namun ini juga tidak bisa dijadikan pedoman karena sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa walaupun mereka
kelihatan lancar menggunakan bahasa Tamil namun itu hanya bersifat hafalan di mana mereka juga tidak mengetahui arti dari yang mereka nyanyikan.
Kebanggaan terhadap budaya atau bahasa sebenarnya bukan saja jawaban dari masyarakat Tamil yang bisa berbahasa Tamil, tapi bagi yang
tidak bisa berbahasa Tamil juga mengatakan bahwa mereka sangat bangga terhadap budaya Tamil. Untuk alasan cultural prestige atau kebanggaan
terhadap budaya Tamil, penghormatan terhadap orang tua atau kelompok orang tua, serta sebagai bahasa rahasia belum dapat dibuktikan. Hampir
semua informan yang diwawancara mengatakan sangat bangga terhadap bahasa Tamil, namun kenyataannya banyak yang tidak bisa berbahasa Tamil
bahkan hanya untuk mengatakan atau mengucapkan percakapan sehari-hari seperti; mau kemana? Sudah makan? Aku suka kamu, banyak yang tidak
bisa walaupun usia mereka sudah 20 tahun ke atas. Namun apapun alasan yang mereka berikan itu merupakan hak mereka.
Universitas Sumatera Utara
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa jenis kelamin mempengaruhi pemilihan bahasa terhadap suku Tamil terutama untuk
kelompok atau golongan orang tua di mana orang tua yang berjenis kelamin perempuan lebih sering menggunakan bahasa Tamil dibanding dengan orang
tua yang berjenis kelamin laki-laki. Dari sisi usia ternyata sangat mempengaruhi pemilihan bahasa.hasil
penelitian menunjukkan bahwa kelompok golongan remaja lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia menyusul kelompok dewasa dan Orang tua.
Dari sisi jenis kelamin, ternyata laki-laki lebih cenderung menggunakan bahasa Indonesia dibanding perempuan.
Jenjang pendidikan tidak begitu mempengaruhi pemilihan bahasa walaupun ini dijadikan salah satu alasan namun dari hasil yang diperoleh
semakin tinggi tingkat pendidikan mereka maka semakin tinggi pula pola pikir mereka tapi tidak nampak usaha untuk mempertahankan bahasa tersebut
padahal mereka menyadari itu sangat penting. Status sosial atau pekerjaan tidak mempengaruhi pemilihan bahasa.
Sedikit sekali suku Tamil yang bekerja sebagai Pegawai Negeri. Kebanyakan mereka adalah wiraswasta dan jualan.
Universitas Sumatera Utara