7 pengelolaan laut yang berkembang selama ini. Pengelolaan laut secara sektoral
masih belum serasi, karena didasarkan pada kepentingan masing-masing Rais et al. 2004.
Konflik tata ruang pada umumnya merupakan konflik antara kepentingan konservasi dan pembangunan ekonomi di beberapa kawasan pesisir, terutama
yang padat penduduk dan tinggi intensitas pembangunannya. Konflik-konflik ini banyak terjadi antara lain di Pantai Timur Aceh, Sumatera Utara Sumut, Riau,
Pantai Utara Pantura Jawa, Bali, Bontang, Ujung Pandang, dan Muara Sungai Aijkwa pesisir sebelah selatan Irian. Eksploitasi sumberdaya pesisir di daerah
tersebut sudah mencapai tingkat yang dapat mengancam kapasitas keberlanjutan sustainable capacity dari ekosistem pesisir untuk mendukung pembangunan
ekonomi selanjutnya Maskun 1996. Pada sisi lain, luasnya sumberdaya pesisir dan lautan menimbulkan
permasalahan, berupa ketidakterpaduan pemanfaatan ruang di wilayah pesisir. Pada skala tertentu hal ini dapat menyebabkan atau memicu konflik antar
kepentingan sektor, swasta dan masyarakat. Kegiatan yang tidak terpadu itu selain kurang bersinergi juga sering saling mengganggu dan merugikan antar
kepentingan, seperti kegiatan industri yang polutif dengan kegiatan budidaya perikanan yang berdampingan Rais et al. 2004.
Keputusan terhadap konflik kepentingan dalam kegiatan pemanfaatan ruang yang terjadi antara para pelaku pembangunan dapat diselesaikan melalui
pendekatan musyawarah dan media partisipatif lainnya Maskun 1996.
2.2. Batasan Wilayah Pesisir
Definisi wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan Dahuri et al. 2004. Ditinjau dari garis pantai, wilayah pesisir memiliki
dua macam batas yaitu batas yang sejajar garis pantai dan batas yang tegak lurus terhadap garis pantai.
Soegiharto 1976, diacu dalam Dahuri et al. 2004 mengemukakan bahwa definisi wilayah pesisir yang digunakan di Indonesia adalah daerah pertemuan
antara darat dan laut, kearah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang
8 surut, angin laut dan perembesan air asin, sedangkan kearah laut wilayah pesisir
mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan
oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran. Undang-Undang Nomor 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil mendefinisikan wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan ekosistem laut yang dipengaruhi oleh perubahan di
darat dan laut. Dalam suatu wilayah pesisir terdapat satu atau lebih sistem lingkungan
ekosistem dan sumberdaya pesisir. Ekosistem yang terdapat di wilayah pesisir terdiri dari ekosistem alami terumbu karang, hutan bakau, padang lamun, dst.
dan ekosistem buatan tambak, sawah, kawasan pariwisata, dst.. Sumberdaya di wilayah pesisir terdiri dari sumberdaya alam yang dapat pulih meliputi
sumberdaya perikanan, rumput laut, terumbu karang, hutan bakau, padang lamun, serta sumberdaya alam yang tidak dapat pulih seperti minyak dan gas, mineral-
mineral serta bahan tambang lainnya. Sumberdaya pesisir penting bagi ekonomi, sosial budaya dan tradisi masyarakat lokal serta media pertahanan-keamanan
Idris et al. 2007. Dalam studi ini, pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir didekati dengan
konsep bahwa wilayah pesisir memiliki sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan dengan tetap mempertimbangkan prinsip-prinsip keberlanjutan
sustainability principles mengingat kegiatan yang dikembangkan adalah kegiatan yang bergantung pada sumberdaya alam resources-based economy.
Dengan kata lain, pengembangan kawasan pesisir harus mempertimbangkan faktor ketersediaan sumberdaya dan kelayakan ekologis.
2.3. Pembangunan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Berkelanjutan