signifikan dan berpengaruh langsung dalam mewujudkan tujuan pembangunan perikanan tangkap di Kabupaten Nias.
Aktor terakhir yang mempunyai nilai rasio kepentingan terendah adalah Lembaga
Swadaya Masyarakat
LSM dengan
nilai rasio
0,123 pada
inconsistency terpercaya 0,03. Hal ini menunjukkan bahwa peran dari LSM dalam mewujudkan tujuan pembangunan perikanan tangkap di Kabupaten Nias sangat
berpengaruh kecil. Ini disebabkan karena tidak adanya LSM lokal yang berkompeten dalam mewujudkan tujuan pembangunan perikanan tangkap di
Kabupaten Nias.
5.1.6.2 Perbandingan kepentingan antara faktor-faktor yang berperan
dalam
mewujudkan pembangunan
perikanan tangkap
di Kabupaten Nias
Ada beberapa faktor yang berhubungan dalam mewujudkan tujuan pembangunan perikanan tangkap di Kabupaten Nias antara lain potensi
sumberdaya ikan, sarana dan prasarana, potensi sumberdaya manusia, potensi teknologi, peluang pasar, dan unit penangkapan. Lampiran 30
menunjukkan posisi faktor-faktor tersebut setelah diolah melalui program AHP.
Pada Lampiran 31 terlihat bahwa faktor potensi SDI terhadap tujuan
pembangunan perikanan tangkap menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja mempunyai rasio kepentingan tertinggi yaitu 0,320 pada inconsistency terpercaya
0,02. Hal ini berarti bahwa dengan adanya potensi SDI maka akan memberikan pengaruh yang signifikan dalam menyerap tenaga kerja untuk menangkap,
memasarkan, dan mengelola SDI akan tersebut. Usaha penangkapan berkelanjutan terhadap faktor potensi SDI merupakan tujuan pembangunan yang mempunyai
rasio kepentingan kedua dengan nilai 0,256 pada inconsistency terpercaya 0,02. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan terhadap potensi SDI diharapkan dapat
memberikan usaha penangkapan yang berkelanjutan. Berkelanjutan berarti potensi SDI tetap lestari tanpa menimbulkan adanya over fishing. Peningkatan gizi
masyarakat merupakan tujuan pembangunan perikanan tangkap yang mempunyai rasio kepentingan ketiga terhadap faktor potensi SDI dengan nilai rasio 0,225
pada inconsistency terpercaya 0,02. Ini berarti bahwa pemanfaatan terhadap potensi SDI
akan berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan gizi
masyarakat di
Kabupaten Nias.
Peningkatan ekonomi
masyarakat dan
peningkatan pendapatan PAD merupakan tujuan pembangunan perikanan tangkap yang mempunyai nilai rasio kepentingan hampir sama yaitu 0,100 dan 0,099
pada inconsistency terpercaya 0,02. Ini berati bahwa pemanfaatan potensi sumberdaya ikan akan memberikan pengaruh
langsung terhadap peningkatan ekonomi masyarakat dan peningkatan PAD Kabupaten Nias.
Lampiran 32 menunjukkan posisi sarana dan prasarana dalam
mewujudkan tujuan pembangunan perikanan tangkap di Kabupaten Nias setelah diolah melalui program AHP.
Faktor sarana dan prasarana terhadap tujuan pembangunan perikanan tangkap pada Lampiran 33 menunjukkan bahwa peningkatan PAD
mempunyai rasio
kepentingan tertinggi
dengan nilai
rasio 0,333
pada inconsistency terpercaya 0,09. Hal ini berarti bahwa dengan adanya sarana dan
prasarana yang
berhubungan dengan
kegiatan perikanan
tangkap akan
berpengaruh langsung
terhadap peningkatan
PAD. Tujuan
pembangunan perikanan tangkap yang mempunyai rasio kepentingan kedua terhadap faktor
sarana dan prasarana adalah peningkatan ekonomi masyarakat dengan nilai rasio 0,187 pada inconsistency terpercaya 0,09. Hal ini menunjukkan bahwa
ketersediaan faktor sarana dan prasarana akan berpengaruh secara signifikan terhadap
peningkatan ekonomi
masyarakat. Peningkatan
gizi masyarakat
merupakan tujuan pembangunan perikanan tangkap yang mempunyai rasio kepentingan ketiga terhadap faktor ketersediaan sarana dan prasarana 0,177 pada
inconsistency terpercaya 0,09. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya ketersediaan sarana dan prasarana perikanan tangkap akan memperlancar
pemanfaatan produk perikanan yang berpengaruh langsung terhadap peningkatan gizi masyarakat. Tujuan pembangunan perikanan tangkap yang mempunyai rasio
kepentingan keempat adalah penyerapan tenaga kerja dengan nilai rasio 0,175 pada inconsistency terpercaya 0,09. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya
juga ketersediaan sarana dan prasarana perikanan tangkap akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Tenaga kerja dalam
hal adalah tenaga kerja yang berhubungan langsung dengan penangkapan ikan, pengawetan dan pengolahan ikan, pemasaran ikan, dan tenaga pengelolaan
perikanan. Tujuan pembangunan perikanan tangkap yang mempunyai rasio kepentingan terendah terhadap ketersediaan sarana dan prasarana perikanan
tangkap adalah usaha penangkapan berkelanjutan dengan nilai rasio 0,128 pada inconsistency terpercaya 0,09. Hal ini menunjukkan bahwa dengan tersedianya
sarana dan prasarana perikanan tangkap memberikan pengaruh yang rendah terhadap usaha penangkapan berkelanjutan. Untuk itu ketersediaan sarana dan
prasarana perikanan tangkap perlu dipertimbangkan agar memberi pengaruh yang besar terhadap usaha penangkapan yang berkelanjutan.
Pada Lampiran 34
menunjukkan posisi potensi SDM dalam mewujudkan tujuan pembangunan perikanan tangkap di Kabupaten Nias setelah
diolah melalui program AHP. Rasio Kepentingan Faktor potensi sumberdaya SDM dalam mewujudkan
tujuan pembangunan perikanan tangkap di Kabupaten Nias pada Lampiran 35
menunjukkan bahwa usaha penangkapan berkelanjutan mempunyai rasio kepentingan tertinggi dengan nilai rasio 0,329 pada inconsistency terpercaya 0,09.
Hal ini berarti bahwa dengan potensi SDM yang terampil akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap usaha penangkapan yang berkelanjutan.
Potensi SDM dalam hal ini adalah SDM yang mengetahui lokasi fishing ground yang strategis, penguasaan pengoperasian teknologi alat tangkap yang sesuai
dengan fishing ground dan SDM yang memiliki nilai managemen yang bagus dalam mengelola dan menghasilkan suatu kebijakan yang positif agar usaha
penangkapan berkelanjutan. Peningkatan ekonomi masyarakat merupakan tujuan pembangunan perikanan tangkap yang kedua terhadap faktor potensi SDM
dengan nilai rasio 0,194 pada inconsistency terpercaya 0,09. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya potensi SDM akan memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap peningkatan ekonomi masyarakat. Pengaruh dalam hal ini adalah kemampuan SDM dalam memanfaatkan potensi SDI. Dengan potensi SDM yang
terampil maka secara langsung juga akan meningkatkan ekonomi masyarakat. Tujuan pembangunan perikanan tangkap yang mempunyai rasio kepentingan
ketiga terhadap faktor potensi SDM adalah peningkatan gizi masyarakat dengan nilai rasio 0,186 pada inconsistency terpercaya 0,09. Hal ini menunjukkan bahwa
dengan adanya potensi SDM yang terampil akan memberikan langsung terhadap
peningkatan gizi masyarakat. Pengaruhnya dalam hal ini adalah kemampuan SDM terutama dalam hal pasca panenproduksi. Kegiatan pengolahan dan pengawetan
hasil tangkapan akan berpengaruh terhadap mutu produk yang baik. Produk yang berkualitas secara signifikan akan memberikan pengaruh langsung terhadap
peningkatan gizi masyarakat. Faktor potensi SDM terhadap penyerapan tenaga kerja, merupakan tujuan pembangunan perikanan tangkap yang mempunyai rasio
kepentingan keempat dengan nilai rasio 0,164 pada inconsistency terpercaya
0,09. Hal ini berarti dengan tersedianya SDM yang terampil secara langsung dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Tujuan pembangunan perikanan tangkap
mempunyai rasio kepentingan terendah terhadap faktor potensi SDM adalah
peningkatan PAD dengan nilai rasio 0,127 pada inconsistency terpercaya 0,09. Hal
ini menunjukkan bahwa ketersediaan potensi SDM yang terampil tidak begitu memberikan pengaruh penting terhadap peningkatan PAD.
Pada Lampiran 36 menunjukkan posisi potensi teknologi dalam
mewujudkan tujuan pembangunan perikanan tangkap di Kabupaten Nias setelah diolah melalui program AHP.
Rasio Kepentingan faktor potensi teknologi dalam mewujudkan tujuan pembangunan perikanan tangkap di Kabupaten
Nias pada
Lampiran 37
menunjukkan bahwa usaha penangkapan berkelanjutan merupakan tujuan pembangunan perikanan tangkap yang mempunyai rasio kepentingan tertinggi
dengan nilai rasio 0,370 pada inconsistency terpercaya 0,07. Hal ini berarti bahwa ketersediaan teknologi akan memberikan pengaruh
yang besar terhadap keberlanjutan usaha penangkapan di Kabupaten Nias. Dengan adanya teknologi,
maka kemampuan untuk memanfaatkan potensi sumberdaya ikan lebih efesien, efektif, dan produktif. Peningkatan gizi masyarakat mempunyai rasio kepentingan
kedua terhadap faktor potensi teknologi dengan nilai rasio 0,216 pada inconsistency terpercaya 0,07. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya
teknologi akan dapat menentukan sumberdaya ikan yang tertangkap dan terpilih yang secara langsung akan dapat berpengaruh dalam peningkatan gizi masyarakat.
Peningkatan ekonomi masyarakat mempunyai rasio kepentingan ketiga dengan nilai rasio 0,172 pada inconsistency terpercaya 0,07. Ini berarti bahwa
ketersediaan teknologi dapat juga meningkatkan ekonomi masyarakat. Rasio
kepentingan yang keempat adalah penyerapan tenaga kerja oleh karena faktor ketersediaan teknologi dengan nilai rasio 0,154 pada inconsistency terpercaya
0,07. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan dan penguasaan teknologi dapat juga meningkatkan penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Nias. Rasio
kepentingan yang terendah pada tujuan pembangunan perikanan tangkap terhadap faktor ketersediaan teknologi adalah peningkatan PAD Kabupaten Nias. Ini
menunjukkan bahwa ketersediaan teknologi memberikan pengaruh yang kecil terhadap peningkatan PAD.
Pada Lampiran 38 menunjukkan posisi peluang pasar dalam mewujudkan tujuan pembangunan perikanan tangkap di Kabupaten Nias setelah diolah melalui
program AHP. Rasio Kepentingan faktor peluang pasar
dalam mewujudkan tujuan pembangunan perikanan tangkap di Kabupaten
Nias pada
Lampiran 39
menunjukkan bahwa rasio kepentingan peningkatan gizi masyarakat merupakan yang tertinggi terhadap faktor peluang pasar dengan nilai rasio 0,330 pada
inconsistency terpercaya 0,08. Hal ini menunjukkan bahwa semakin terbukanya peluang pasar atau permintaan pasar yang tinggi akan berpengaruh langsung
terhadap peningkatan gizi masyarakat. Rasio kepentingan kedua terhadap faktor peluang pasar adalah peningkatan ekonomi masyarakat dengan nilai rasio 0,260
pada inconsistency terpercaya 0,08. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya peluang pasar yang cukup terbuka akan memberikan pengaruh terhadap
peningkatan ekonomi masyarakat. Rasio kepentingan yang ketiga adalah usaha penangkapan berkelanjutan dengan nilai rasio 0,155 pada inconsistency terpercaya
0,08. Hal ini menunjukkan bahwa keterbukaan pasar juga diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap keberlanjutan usaha penangkapan. Keterbukaan
pasar harus dapat mempertimbangkan potensi sumberdaya ikan agar tetap terjamin kelestariannya. Rasio kepentingan yang keempat adalah penyerapan
tenaga kerja dengan nilai rasio 0,152 pada inconsistency terpercaya 0,08. Hal ini menunjukkan bahwa keterbukaan peluang pasar juga akan dapat menyerap tenaga
kerja. Penyerapan tenaga kerja dalam hal ini adalah tenaga kerja yang berperan dalam penangkapan, pengawetan, pengolahan, dan pemasaran sumberdaya sesuai
dengan keinginan pasar. Rasio kepentingan terendah adalah peningkatan PAD
dengan nilai rasio 0,102 pada inconsistency terpercaya 0,08. Hal ini menunjukkan bahwa peluang pasar akan memberikan pengaruh yang rendah terhadap
peningkatan PAD. Pada
Lampiran 40 menunjukkan posisi unit penangkapan
dalam mewujudkan tujuan pembangunan perikanan tangkap di Kabupaten Nias setelah
diolah melalui program AHP. Faktor unit penangkapan dalam mewujudkan tujuan pembangunan
perikanan tangkap di Kabupaten Nias pada Lampiran 41 menunjukkan bahwa rasio peningkatan ekonomi masyarakat yang merupakan
tujuan pembangunan perikanan tangkap memiliki rasio kepentingan tertinggi dengan nilai rasio 0,303
pada inconsistency terpercaya 0,06. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan unit penangkapan baik jenis maupun jumlahnya akan berpengaruh penting terhadap
peningkatan penyerapan tenaga kerja. Rasio kepentingan kedua terhadap faktor unit penangkapan adalah penyerapan tenaga kerja dengan nilai rasio 0,233 pada
inconsistency terpercaya 0,06. Hal ini juga menunjukkan bahwa faktor adanya unit penangkapan baik jenis maupun jumlahnya akan memberikan pengaruh yang
besar terhadap peningkatan penyerapan tenaga kerja. Rasio kepentingan ketiga terhadap faktor unit penangkapan adalah
usaha penangkapan berkelanjutan dengan nilai rasio 0,215 pada inconsistency terpercaya 0,06. Hal ini menunjukkan
bahwa faktor unit penangkapan baik jenis maupun jumlahnya dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap keberlanjutan usaha penangkapan. Rasio
kepentingan keempat terhadap faktor unit penangkapan adalah peningkatan PAD dengan nilai rasio 0,133 pada inconsistency terpercaya 0,06. Sedangkan yang
memiliki rasio kepentingan terendah terhadap faktor unit penangkapan adalah peningkatan gizi masyarakat dengan nilai rasio 0,116 pada inconsistency
terpercaya 0,06.
5.1.6.3 Prioritas tujuan pembangunan perikanan tangkap di